BibTex Citation Data :
@article{JNH13744, author = {Natalia Wardani}, title = {Emotional Focused Therapy pada Pasangan Paska Perselingkuhan}, journal = {JNH (Journal of Nutrition and Health)}, volume = {5}, number = {1}, year = {2020}, keywords = {}, abstract = { Pengalaman dan ekspresi emosi berperan penting dalam mengubah relasi pasangan. Ekspresi afektif merupakan bentuk komunikasi dan ekspresi emosi tertentu merupakan hal penting dalam relasi pasangan. Emosi, persepsi, kognisi dan interaksi merupakan target yang perlu diubah dalam penyelesaian masalah. Enam bulan yang lalu pasien kembali berhubungan intensif dengan mantan pacar. Hal ini kemudian diketahui suami yang melihat telepon seluler pasien. Sejak itu pasien menyesal dan tidak lagi berhubungan dengan mantan pacarnya. Suami merasa sakit hati kemudian mulai berhubungan lagi dengan mantan pacar suami hingga berhubungan intim. Sejak itu pasien sedih dan mempertanyakan apa yang membuat suami tega melakukan hal tersebut dengan mantan pacar. Pasien menyesalkan suami yang tidak memikirkan keluarganya dan dua anak mereka yang masih kecil. Sejak itu pasien takut kehilangan suami dan ingin ikut suami berangkat bekerja karena sering sesak nafas dan berdebar-debar saat suami akan berangkat bekerja. Suami jengah dengan perilaku pasien dan makin sering berhubungan pesan dengan mantan yang sudah menikah di Bandung. Saat pasien pergi dengan keluarga besarnya ke Jakarta, suami pergi ke Bandung menemui mantan pacarnya. Suami mantan pacar suami memberitahu pasien tentang kedatangan suami pasien ke Bandung. Pasien makin marah dan memukul suami ketika pulang dan mengusir suami. Suami setelah diusir pergi ke Bandung untuk meminta maaf pada keluarga besar mantan pacar dan berjanji pada mereka untuk tidak akan berhubungan lagi. Dalam proses terapi, suami menceritakan bahwa dia merasa dikekang dan kecewa karena istri terlalu perhitungan. Contohnya saat suami menghilangkan jam tangan pasien, pasien marah-marah. Suami merasa pasien berselera tinggi dan suami sering tidak mengerti barang yang sesuai dengan keinginan pasien. Akhirnya suami memilih pasif dan banyak diam karena takut salah. Sedangkan pasien merasa suami banyak diam dan kurang perhatian ke pasien padahal ke orang lain perhatian sekali. Bisa dilihat dari aktivitas suami di media sosial ke teman-teman tampak akrab dan dekat namun pasien merasa saat bersama pasien tidak perhatian. Suami sering tidak menelpon pasien dan anak, diam saja saat menyetir hingga pasien meminta suami untuk mengobrol. Pasien ingin mendapat perhatian suami dan bisa mengobrol dengan suami seperti suami ke teman-temannya. Dari ilustrasi di atas bisa dilihat adanya siklus interaksi yang negatif antara pasien dan suami. Pasien banyak memulai kontak dengan suami namun tidak direspon oleh suami. Semakin pasien menuntut, suami semakin menarik diri. Terapis kemudian mengidentifikasi siklus interaksi negatif ini dan mengeksplorasi perasaan yang mendasari interaksi mereka tersebut. Keywords : ekspresi emosi, pasangan, perselingkuhan}, issn = {2622-8483}, pages = {1--11} doi = {10.14710/jnh.5.1.2017.1-11}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/actanutrica/article/view/13744} }
Refworks Citation Data :
Pengalaman dan ekspresi emosi berperan penting dalam mengubah relasi pasangan. Ekspresi afektif merupakan bentuk komunikasi dan ekspresi emosi tertentu merupakan hal penting dalam relasi pasangan. Emosi, persepsi, kognisi dan interaksi merupakan target yang perlu diubah dalam penyelesaian masalah.
Enam bulan yang lalu pasien kembali berhubungan intensif dengan mantan pacar. Hal ini kemudian diketahui suami yang melihat telepon seluler pasien. Sejak itu pasien menyesal dan tidak lagi berhubungan dengan mantan pacarnya. Suami merasa sakit hati kemudian mulai berhubungan lagi dengan mantan pacar suami hingga berhubungan intim. Sejak itu pasien sedih dan mempertanyakan apa yang membuat suami tega melakukan hal tersebut dengan mantan pacar. Pasien menyesalkan suami yang tidak memikirkan keluarganya dan dua anak mereka yang masih kecil.
Sejak itu pasien takut kehilangan suami dan ingin ikut suami berangkat bekerja karena sering sesak nafas dan berdebar-debar saat suami akan berangkat bekerja. Suami jengah dengan perilaku pasien dan makin sering berhubungan pesan dengan mantan yang sudah menikah di Bandung. Saat pasien pergi dengan keluarga besarnya ke Jakarta, suami pergi ke Bandung menemui mantan pacarnya. Suami mantan pacar suami memberitahu pasien tentang kedatangan suami pasien ke Bandung. Pasien makin marah dan memukul suami ketika pulang dan mengusir suami. Suami setelah diusir pergi ke Bandung untuk meminta maaf pada keluarga besar mantan pacar dan berjanji pada mereka untuk tidak akan berhubungan lagi.
Dalam proses terapi, suami menceritakan bahwa dia merasa dikekang dan kecewa karena istri terlalu perhitungan. Contohnya saat suami menghilangkan jam tangan pasien, pasien marah-marah. Suami merasa pasien berselera tinggi dan suami sering tidak mengerti barang yang sesuai dengan keinginan pasien. Akhirnya suami memilih pasif dan banyak diam karena takut salah.
Sedangkan pasien merasa suami banyak diam dan kurang perhatian ke pasien padahal ke orang lain perhatian sekali. Bisa dilihat dari aktivitas suami di media sosial ke teman-teman tampak akrab dan dekat namun pasien merasa saat bersama pasien tidak perhatian. Suami sering tidak menelpon pasien dan anak, diam saja saat menyetir hingga pasien meminta suami untuk mengobrol. Pasien ingin mendapat perhatian suami dan bisa mengobrol dengan suami seperti suami ke teman-temannya.
Dari ilustrasi di atas bisa dilihat adanya siklus interaksi yang negatif antara pasien dan suami. Pasien banyak memulai kontak dengan suami namun tidak direspon oleh suami. Semakin pasien menuntut, suami semakin menarik diri. Terapis kemudian mengidentifikasi siklus interaksi negatif ini dan mengeksplorasi perasaan yang mendasari interaksi mereka tersebut.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-21 06:39:24
View statistics