skip to main content

Ragam Warna di Bawah Langit Tarakan: Paguyuban, Kerukunan Etnis dan Memori Konflik

*Millah Ananda Yunita  -  Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan, Km 10, Makassar., Indonesia
Pawennari Hijjang scopus  -  Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan, Km 10, Makassar., Indonesia
Muh. Nur Rahmat Yasim  -  Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok., Indonesia
Open Access Copyright 2025 Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi under http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract
Artikel ini mengkaji peran strategis paguyuban lokal dalam memelihara harmoni sosial dan menangani dampak konflik antaretnis tahun 2010 di Tarakan, Indonesia, yang melibatkan etnis Bugis Letta dan Tidung. Konflik ini meninggalkan dampak mendalam dalam memori kolektif masyarakat dan terus memengaruhi hubungan sosial hingga saat ini. Penelitian ini dilaksanakan pada periode Oktober 2022 hingga Januari 2023 menggunakan pendekatan etnografi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Informan penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling, dengan total sebanyak 10 orang. Fokus penelitian adalah pada kontribusi paguyuban seperti Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), Lembaga Adat Tidung Ulun Pagun (LATUP), Paguyuban Keluarga Warga Jawa (PAKUWAJA), dan Persatuan Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) dalam mendukung rekonsiliasi dan integrasi sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paguyuban berfungsi sebagai mediator yang efektif, memfasilitasi kegiatan budaya dan inisiatif sosial yang memperkuat inklusivitas, toleransi, dan kepercayaan antaretnis. Dengan mendorong interaksi lintas budaya dan memperkuat komitmen bersama terhadap perdamaian, paguyuban berhasil meredakan ketegangan dan memperkuat kohesi sosial. Artikel ini menyoroti pentingnya peran mekanisme sosial lokal dalam resolusi konflik, membangun ketahanan komunitas, dan memelihara harmoni dalam masyarakat multikultural.
Fulltext View|Download
Keywords: Paguyuban, Kerukunan, Multikulturalisme, Tarakan, Konflik

Article Metrics:

  1. Arcan, H. E. (2014). Ethnic identities and conflict: Ethnic conflict prevention approach of the European Union. Journal of Educational and Social Research, 4(1), 27–35. doi: 10.5901/jesr.2014.v4n1p27
  2. Creswell, John. W. (2012). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: pustaka pelajar
  3. Fanny, N. M., Husda, H., & Munawiah. (2022). Harmony between Javanese, Sundanese, and Batak Ethnics in Babussalam Village, Marbau Sub-District, North Labuhan Batu Regency. Indonesian Journal of Islamic History and Culture, 3(2), 79-101. doi: 10.22373/ijihc.v3i2.1980
  4. Fanselow, F. (2015). Indigenous and Anthropological Theories of Ethnic Conflict in Kalimantan. ZINBUN, 45, 131-147. doi: 10.14989/197513
  5. Ginting, J. S., Sumarno, E., Karina, N., & Lubis, M. A. R. (2020). Banjar-Jowo-Karo (BAJOKA): The tolerance and harmony between three ethnicities in Paya Itik Village, Galang District, Deli Serdang Regency. TALENTA Conference Series: Local Wisdom, Social, and Arts, 3(4). doi: 10.32734/LWSA.V3I4.1139
  6. Ismail, A. (2010). Refleksi pola kerukunan umat beragama: Fenomena keagamaan di Jawa Tengah, Bali, dan Kalimantan Barat. Jurnal Analisa, 17(2), 175-186. doi: 10.18784/analisa.v17i2.36
  7. Kyrou, C., & Rubinstein, R. A. (2008). Cultural anthropology: Studies of conflict. In R. A. Rubinstein & M. E. Foster (Eds.), The Anthropology of Peace and Conflict. New Haven: Yale University Press
  8. Lestari, D. T., & Parihala, Y. (2020). Merawat Damai Antar Umat Beragama Melalui Memori Kolektif dan Identitas Kultural Masyarakat Maluku. Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 3(1), 43-54. https://doi.org/10.15575/hanifiya.v3i1.8697
  9. Majid, A. N., & Amalina, D. (2020). Religious Socially Based Harmony Education in Tanèan Lanjâng Society. In Proceeding of 4th International Conference on Islamic Studies (ICONIS), 117-130. Madura: IAIN Madura
  10. Manan, M. A. (2018). Kerukunan berlandaskan tradisi dan toleransi keberagamaan: Pembelajaran dari komunitas Desa Probur Utara, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Masyarakat & Budaya, 20(1), 105–117. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan - LIPI. doi: 10.14203/JMB.V20I1.563
  11. Mansouri, F., & Lobo, M. (2010). Intercultural Harmony and Understanding in the City of Whittlesea. Deakin University
  12. Marta, R. F., & Fernando, J. (2020). Dialectics of Forgiveness between Ethnic Communities for West Kalimantan Harmony. The Messenger.12(1), 1-13. doi: 10.26623/themessenger.v12i1.1408
  13. Rachmadhani, A. (2018). Dimensi Etnik dalam Kerukunan Umat Beragama di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Panangkaran, 2(1), 1-10. Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. doi: 10.14421/PANANGKARAN.2018.0201-01
  14. Rais, M. (2012). Index of Harmony Inter-Religious Communities in East Kalimantan. Analisa, 19(2), 189-195. doi: 10.18784/analisa.v19i2.165
  15. Rumahuru, Y. Z., & Gaspersz, A. C. W. (2021). Community Based Diversity Management: Analysis of Community Activities Building Post-Conflict Social Harmony in Tual, Maluku Province, Indonesia. Humaniora, 33(1), 39-49. doi: 10.22146/jh.56933
  16. Spradley, James P. (1979). The Etnographic Interview. Belmont, California: Wadsworth Group
  17. Sutanti, S. (2020). Dinamika Konflik Antar Etnis Dayak dan Madura di Samalantan, Kalimantan Barat. Jurnal Demokrasi dan Sosial Budaya, 2(1), 90-95. doi: 10.37950/ijd.v2i1.35
  18. Windiani, W., dan Rahmawati, F. N. (2016). “Menggunakan Metode Etnografi dalam Penelitian Sosial”, DIMENSI-Journal of Sociology, 9(2):87-92. 10.21107/djs.v9i2.3747

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2025-06-27 18:00:49

No citation recorded.