BibTex Citation Data :
@article{ENDOGAMI71400, author = {Nur Indah and Gunawan Gunawan}, title = {Reproduksi Budaya Pada Seni Pertunjukan Cingcowong}, journal = {Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi}, volume = {8}, number = {2}, year = {2025}, keywords = {Cingcowong; habitus; reproduksi budaya; ritual; seni pertunjukan}, abstract = { Seni pertunjukan memiliki berbagai fungsi di masyarakat. Namun, fungsi seni pertunjukan dapat berganti seiring dengan perubahan pemaknaan terhadap konsep sakral dan profan. Hilangnya sakralitas ritual dan tidak ada penerus ritual setelah meninggalnya punduh terakhir menjadi ancaman terhadap eksistensi ritual Cingcowong. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses reproduksi budaya pada seni pertunjukan Cingcowong di Luragung, Kuningan Jawa Barat sebagai upaya pelestarian untuk mempertahakan eksistensi Cingcowong. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengeksplorasi makna dan mendeskripsikan pengalaman hidup partisipan dalam proses reproduksi seni pertunjukan Cingcowong. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual Cingcowong telah mengalami perubahan makna sakral sehingga diadaptasi menjadi seni pertunjukan profan oleh Perhimpunan Sri Buana Rahayu melalui proses reproduksi budaya. Perhimpunan Sri Buana Rahayu adalah agen yang memiliki modal ekonomi, modal sosial, dan modal kultural sehingga dapat melakukan praktik penanaman habitus kesenian Cingcowong di Kampung Babakan. Terdapat tantangan dalam upaya regenerasi pemain sehingga pertunjukan Cingcowong memasuki arena baru dalam praktik penanaman habitus yaitu di sekolah. Keterlibatan SMP Negeri 1 Luragung didukung oleh modal sosial dan modal simbolik yang dimiliki oleh guru Seni Budaya. Fasilitas sekolah dan budaya sekolah menjadi modal dalam keberhasilan SMP Negeri 1 Luragung sebagai arena praktik penanaman habitus kesenian Cingcowong. }, issn = {2599-1078}, pages = {350--369} doi = {10.14710/endogami.8.2.350-369}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/endogami/article/view/71400} }
Refworks Citation Data :
Seni pertunjukan memiliki berbagai fungsi di masyarakat. Namun, fungsi seni pertunjukan dapat berganti seiring dengan perubahan pemaknaan terhadap konsep sakral dan profan. Hilangnya sakralitas ritual dan tidak ada penerus ritual setelah meninggalnya punduh terakhir menjadi ancaman terhadap eksistensi ritual Cingcowong. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses reproduksi budaya pada seni pertunjukan Cingcowong di Luragung, Kuningan Jawa Barat sebagai upaya pelestarian untuk mempertahakan eksistensi Cingcowong. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengeksplorasi makna dan mendeskripsikan pengalaman hidup partisipan dalam proses reproduksi seni pertunjukan Cingcowong. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual Cingcowong telah mengalami perubahan makna sakral sehingga diadaptasi menjadi seni pertunjukan profan oleh Perhimpunan Sri Buana Rahayu melalui proses reproduksi budaya. Perhimpunan Sri Buana Rahayu adalah agen yang memiliki modal ekonomi, modal sosial, dan modal kultural sehingga dapat melakukan praktik penanaman habitus kesenian Cingcowong di Kampung Babakan. Terdapat tantangan dalam upaya regenerasi pemain sehingga pertunjukan Cingcowong memasuki arena baru dalam praktik penanaman habitus yaitu di sekolah. Keterlibatan SMP Negeri 1 Luragung didukung oleh modal sosial dan modal simbolik yang dimiliki oleh guru Seni Budaya. Fasilitas sekolah dan budaya sekolah menjadi modal dalam keberhasilan SMP Negeri 1 Luragung sebagai arena praktik penanaman habitus kesenian Cingcowong.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2025-06-05 14:19:26
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.