Faktor HLA-DRB pada Penderita Tuberkulosis Paru dengan Pengobatan Strategi DOTS
Abstract
ABSTRACT
HLA-DRB factor in pulmonal tuberculosis with DOTS strategic treatment
Background: Tuberculosis remains one of the world’s greatest public health problems, especially in developing countries. In Indonesia the results of DOTS strategic treatment and conversion have not been fruitful results. Many factors play important roles in the success of DOTS strategic treatment, but a little attention was given to the immuno genetics aspects. This study was aimed at the
association between HLA-DRB factors and clinical output on DOTS strategic treatment (after first 2 months of treatment):conversion of sputum smear positive.
Method: A nested case control study was carried out. The exposure variables were alleles of HLA-DRB (result of PCR examination), while the independent variables were sputum smear positive and negative (result of laboratories examination with Ziehl Neelsen staining, Niacin test). Body mass index (BMI) and sex were confounding variables. Odds ratio (OR) was calculated using bivariate and logistic regression for multivariate analysis.
Result: A total sample of 73 new patients with active tuberculosis (sputum smear positive) in developing treatment with DOTS strategic treatment, consist of 34 cases and 39 controls. The odds ratio (OR) of HLA-DRB1*1502 and HLA-DRB5*01 were 3.2 (95%
CI: 1.103-9.287). The OR of HLA-DRB1*1201 was 0.305 (95% CI: 0.117-0.798), OR of HLA-DRB3*01 was 0.214 (95% CI: 0.077- 0.592). The PAR (population attributable rate) of HLA-DRB1*1502 and HLA-DRB%*01 were 42.64%. While confounding variables were analyzed, only allele HLA-DRB1*1502 was significant, OR 4.9 (95% CI: 1.234-15.617), the probability was 70.57%.
Conclusion: HLA-DRB1*1502 is an allele is a risk factor for the conversion of sputum smear positive after 2 months of treatment.
Keywords: Tuberculosis, human leukocyte antigen (HLA)
ABSTRAK
Latar belakang: Di Indonesia hasil pengobatan tuberkulosis paru belum optimal. Penyebab kekurangberhasilan pengobatan ini belum diketahui, khususnya yang berkaitan dengan faktor imunogenetika. Penelitian bertujuan menjelaskan hubungan faktor HLADRB
dengan kesembuhan klinis, dalam hal ini terjadinya konversi BTA pasca 2 bulan pengobatan dengan strategi DOTS.
Metoda: Rancangan penelitian adalah nested case control, pada penderita baru tuberkulosis paru dengan pemeriksaan sputum BTA positif yang mendapat pengobatan strategi DOTS selama 2 bulan. Jenis alel (HLA-DRB) yang ditemukan dengan pemeriksaan PCR dinyatakan sebagai variabel paparan, variabel efek adalah hasil pemeriksaan sputum (BTA) dengan pengecatan Ziehl Neelsen yang
diteruskan dengan tes Niacin pasca 2 bulan pengobatan. Sebagai variabel perancu ditetapkan BMI dan jenis kelamin. Analisis dilakukan dengan menghitung rasio odds dengan chi-square dan regresi logistik.
Hasil: Jumlah sampel 73, diperoleh dari 158 penderita baru berobat jalan yang diikuti selama 2 bulan, terdiri dari 34 kasus (BTA tetap positif pasca 2 bulan pengobatan) dan 39 kontrol (BTA menjadi negatif). Penelitian dilakukan di BP4, 12 puskesmas dan RSUD di Kota Semarang. Hasil penelitian adalah besar risiko (OR) HLA-DRB1*1502 dan HLA-DRB5*01 untuk tidak terjadinya konversi BTA 3,2 (95% CI: 1,103-9,287). Alel HLA-DRB1*1201 dan alel HLA-DRB3*01 merupakan alel yang bersifat protektif
dengan OR 0,305 (95% CI: 0,117-0,798), sedangkan HLADRB3*01 dengan OR 0,214 (95% CI: 0,077-0,592). PAR untuk alel HLADRB1* 1502 dan HLA-DRB5*01 sebesar 42,64%. Apabila variabel perancu dimasukkan dalam analisis, maka hanya alel HLA-DRB1*1502 yang secara signifikan merupakan faktor risiko untuk tidak terjadinya konversi BTA pasca 2 bulan awal pengobatan dengan strategi DOTS. OR 4,9 (95% CI:1,234-15,617). Probabilitas untuk HLA-DRB1*1502 adalah sebesar 70,57%.
Simpulan: Alel HLA-DRB1*1502 merupakan faktor risiko
untuk tidak terjadinya konversi BTA pasca 2 bulan
pengobatan, dengan probabilitas cukup besar.
Keywords
Full Text:
PDFVisitor Stat :
Media Medika Indonesiana Statistics