skip to main content

Film Horor Agama di Indonesia, Kesalehan, dan Kesakralan Yang Terpinggirkan?

*Muh. Nur Rahmat Yasim  -  Departement of Anthropology, Univeritas Indonesia, Indonesia
Muh. Yahya  -  Politeknik Pariwisata Makassar, Indonesia
Open Access Copyright 2024 Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi under http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Film horor di Indonesia berfungsi sebagai cermin yang memantulkan ketakutan dan harapan masyarakat, sekaligus mengungkapkan kompleksitas hubungan antara kesalehan dan kesakralan yang di cap terpinggirkan. Tulisan ini berawal dari berbagai keresahan terhadap film horor di Indonesia bertemakan agama yang sering menampilkan simbol-simbol agama yang dianggap begitu sakral bagi masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan etnografi media dan digital, tulisan ini menganalisis representasi film horor melalui platform media sosial X/Twitter, yang memungkinkan peneliti untuk memahami respons penonton dan dinamika sosial yang terjadi akibat menonton film horor bertemakan agama. Mengacu pada pandangan Talal Asad terkait kesalehan yang dianggap embodied, tulisan ini menyoroti bagaimana film horor sering kali mereduksi makna ritual keagamaan menjadi sekadar alat hiburan yang sejatinya bisa mempengaruhi kesalehan penikmat film horor. Selain itu, pandangan David MacDougall tentang makna dalam representasi visual membantu memahami bagaimana penonton merespons adegan sakral, seperti sholat dan doa, dalam konteks menakutkan. Penelitian ini membahas ketegangan antara tradisi dan modernitas, di mana simbol-simbol agama dapat menarik perhatian tetapi juga menimbulkan kontroversi dengan melihat bagaimana film horor memvisualisasikan simbol-simbol agama dan praktik keagamaan, serta dampaknya terhadap persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai sakral.

Fulltext View|Download
Keywords: Film horor, Ketakutan, Kesalehan, Sakral, Simbol Agama.

Article Metrics:

  1. Asch, Patsy, and Linda Connor 1993 A “Visual Dialogic”: Contexts of Cross-Cultural Speaking in Our Films. In Eyes Across the Water II. Robert Boonzajer Flaes and Douglas Harper, eds. Amsterdam: Het Spinhuis Publishers
  2. Bateson, Gregory, and Margaret Mead (1942)Balinese Character: A Photographic Analysis. New York Academy of Sciences
  3. Basir, M. A. (2022). Islamic Literature Criticism Of Horror Films: Analysis Of The Main Characters Of Film Munafik 2 (2018) And Makmum (2019): Kritikan Sastera Islam Terhadap Filem Seram: Analisis Watak Utama Filem Munafik 2 (2018) Dan Makmum (2019). al-Qanatir: International Journal of Islamic Studies, 27(2), 116-125
  4. Geertz, C. (1957). Ethos, World-View and the Analysis of Sacred Symbols. The Antioch Review, 17(4), 421-437
  5. Hakim, A. M. (2023). Islam dan Film Horor: Membentengi Individu dengan Keimanan dalam Film Qodrat. Journal of Religion and Film, 2(1), 245-258
  6. Heeren, K. v. (2012). Contemporary Indonesian film (spirits of reform and ghosts from the past). Leiden: Brill
  7. Heider, K. G. (1991). Indonesian cinema: National culture on screen. University of Hawaii Press
  8. Kristanto, J. B. (1995). Katalog film Indonesia, 1926-1995. Jakarta: Grafiasri Mukti
  9. Long, P., & Wall, T. (2012). Media studies: Texts, production, context (2nd ed.). Routledge
  10. MacDougall, David (1989). Filming Ritual. Society for Visual Anthropology News 5(l):19–20
  11. Muhammad, N. (2013). Memahami konsep sakral dan profan dalam agama-agama. Jurnal Substantia. 15,2
  12. Partovi, Pedram. (2009). Representation of Popular Muslim Belief and Practice in Modern Iran: A Study of the Horror Film 'Girls' Dormitory'. Visual Anthropology Review 25(2): 186-207
  13. Sutandio, A. (2014). Historical trauma and the discourse of Indonesian-ness in contemporary Indonesian horror films. Ohio University
  14. Strathern, A. (2010). Ritual (P.J. Stewart, Ed.) (1st ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315244099

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-15 16:03:36

No citation recorded.