skip to main content

Kesiapan Perubahan Puskesmas Rawat Jalan menjadi Puskesmas Rawat Inap dan Potensi Kebijakan Diskresi di Puskesmas Sawangan II Kabupaten Magelang

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Received: 27 May 2019; Revised: 18 Feb 2020; Accepted: 3 Mar 2020; Published: 1 Apr 2020.
Open Access Copyright (c) 2020 MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2014-2019 menargetkan untuk menambah 9 puskesmas rawat inap baru sampai dengan tahun 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor perubahan dari lingkungan internal dan eksternal organisasi Puskesmas Sawangan II dalam proses menjadi rawat inap, mengidentifikasi manfaat perubahan bagi individu dan organisasi, dan mengidentifikasi kesiapan puskesmas untuk berubah status menjadi rawat inap dari level individu dan organisasi.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengeksplorasi variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian dan kerangka konsep dari puskesmas rawat jalan yang akan berubah status menjadi rawat inap. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mengambil tempat di Puskesmas Sawangan II yang dalam tahap persiapan menuju status ”Rawat Inap” di Kabupaten Magelang, waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan di bulan Januari 2019. Subyek penelitian ini berasal dari lingkungan internal dan eksternal Puskesmas Sawangan II.

Hasil : Faktor perubahan di lingkungan eksternal dan internal yang dapat menjadi Kelemahan dan ancaman yang paling vital dalam perubahan organisasi di Puskesmas Sawangan II yaitu jumlah SDM, pendapatan Puskesmas Sawangan II yang rendah, kebutuhan sarana dan prasarana yang masih minimalis, pengembangan kapasitas SDM yang kurang pelatihan karena anggaran BLUD yang terbatas, terhambatnya regulasi berupa peraturan bupati untuk pemenuhan SDM, Anggaran dari APBD Kabupaten Magelang yang terbatas untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan puskesmas rawat inap. Individu di Puskesmas Sawangan II tidak dapat langsung menerima dan siap dengan perubahan, namun tidak dapat pula menentang adanya perubahan secara langsung karena menganggap perubahan tersebut adalah kewajiban sebagai ASN yang harus dilaksanakan dengan segala konsekuensinya.

Simpulan : Kelemahan dan ancaman di lingkungan internal dan eksternal Puskesmas Sawangan II menyebabkan ketidaksiapan individu dan organisasi dalam menjalankan perubahan menjadi rawat inap.

Kata Kunci : Kesiapan Perubahan (readiness to change), manfaat perubahan, lingkungan internal dan eksternal, street level bureaucracy


ABSTRACT

Title : Readiness to Change Outpatient Health Center to Inpatient Health Center and Potential Discretion Policy at Sawangan II Health Center in Magelang District

 

Background: Magelang District Regulation No. 7 of 2014 concerning the Medium-Term Development Plan of the Magelang Regency in 2014-2019 targets to add 9 new inpatient puskesmas up to 2019. The purpose of this study is to identify the factors of change in the internal and external environment of the Sawangan II Puskesmas organization in the process of becoming an inpatient, identify the benefits of change for individuals and organizations, and identify the readiness of the puskesmas to change status to inpatient from the individual and organizational level.

Method: This research is a qualitative research with a case study approach to explore variables related to research problems and the conceptual framework of outpatient health centers that will change to inpatient status. This type of research is a case study descriptive study with a qualitative approach. This research takes place at the Sawangan II Health Center which is in the preparation stage towards the status of "Inpatient" in Magelang District, when the research was conducted for one month in January 2019. The research subjects were from the internal and external environment of the Sawangan II Health Center.

Results: Factors of change in the external and internal environment that can be the most vital weaknesses and threats in organizational change in the Sawangan II Health Center, namely the number of human resources, low income Health Center Sawangan II, the need for facilities and infrastructure that is still minimal, the development of human resource capacity that lacks training because the BLUD budget is limited, regulations are hampered in the form of a regent regulation for the fulfillment of human resources, the budget from the Magelang Regency APBD is limited for the fulfillment of inpatient puskesmas facilities, infrastructure and medical equipment. Individuals in Sawangan II Health Center cannot directly accept and be ready for change, but cannot also directly oppose changes because they consider these changes as an obligation as ASN that must be implemented with all the consequences

Conclusions: Weaknesses and threats in the internal and external environment of Sawangan II Health Center cause the unpreparedness of individuals and organizations in carrying out the change into hospitalization.

Keywords: Readiness to change, the benefits of change, internal and external environment, street level bureaucracy

Fulltext View|Download
Keywords: Kesiapan Perubahan; manfaat perubahan; lingkungan internal dan eksternal; street level bureaucracy
Funding: Health and Policy Management

Article Metrics:

  1. Hasniati, Badu, Yani AA. Coping Behavior Street Level Bureaucrats dalam Pelayanan. Pros Semin Has Penelit. 2018;2018:343–7
  2. Nugroho AP. Potensi Diskresi Street Level Bureaucrat di Puskesmas dalam Implementasi Universal Health Coverage : Studi Kasus Puskesmas Krembangan Selatan, Surabaya. J Kebijak Kesehat Indones. 2014;3(3):138–45
  3. Weiner BJ. A theory of organizational readiness for change. 2009;9:1–9
  4. Choi M, Ruona WEA. Individual Readiness for Organizational Change and Its Implications for Human Resource and Organization Development. 10 (1), 46-73. 2011;
  5. Armenakis AA, Harris SG, Mossholder KW. Creating Readiness for Change. Hum relations. 1993;46(6)
  6. Holt DT, Helfrich, CD, et.al. Are You Ready? How Health Professionals Can Comprehensively Conceptualize Readiness for Change. J of J Gen Intern Med.2010
  7. Greenberg J. and Baron RA. Behavior in Organization. New Jersey: Prentice Hall International Inc. 2003
  8. Vakola M. What's in there for me? Individual readiness to change and the perceived impact of organizational change. Leadership & Organization Development J. 2014; 35(3):195–209
  9. Robbins SP. and Judge TA. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) (16 ed.). (D. Angelica, R. Cahyani, & A. Rosyid, Trans.)2014. Jakarta: Salemba Empat
  10. Gunawan Y. Pengaruh Pemberian Kompensasi Finansial Langsung dan Tidak Langsung terhadap Motivasi dan Loyalitas Karyawan di Perusahaan Manufaktur di Surabaya. Univ.Kristen Petra. 2014
  11. Hasibuan, MSP. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2011.Bumi Aksara
  12. Widaningrum A. Street level bureaucracy: dillemmas of providers in health centres. 1980;
  13. Kritiansen S & Santoso P. Surviving decentralization? Impacts of regional autonomy on health service provision in Indonesia. Health Policy J. 2006 July; 77: 247-259
  14. Holt DT, Armenakis AA, Feild HS, Harris SG. Readiness for organizational change: The systematic development of a scale. J Appl Behav Sci. 2007;43(2):232–55

Last update:

  1. Analisis Kesiapan Perubahan Organisasi Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

    Lily Liana Liana. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 7 (2), 2021. doi: 10.29241/jmk.v7i2.676

Last update: 2024-11-22 04:28:30

No citation recorded.