Penilaian Fungsi Pribadi dan Sosial Sebelum dan Sesudah Mendapat Pengobatan pada Penderita Gangguan Jiwa Korban Pemasungan

Alifiati Fitrikasari, Titis Hediati


Abstract


ABSTRACT
Assessment of personal and social function in shackled mentally disorders patients before and after treatment

Background: The deprivation of people suspected of suffering from psychiatric disorders is an act contrary to human rights. Action deprivation is a common practice in developing countries, including Indonesia. The absence of regulations, low levels of education, lack of understanding of the symptoms of psychiatric disorders, as well as economic limitations are factors determining the emergence of shackled events. The objective of this study is to know the differences in the level of personal ability and social function in persons being deprived of their life before and after treatment at the Mental Hospital (RSJ).

Method: The study was an observational study conducted in Pekalongan, Pati, Jepara, Salatiga, and Blora, Central Java, which aimed to find out the level of social and personal values in patients with mental disorders being deprived. The method used was done to 27 shackled cases with the scale of the personal and social performance (PSP scale).

Results: There were 21 men (77.7%) and 6 women (22.3%), and almost all were diagnosed as schizophrenia. All of them are from poor families. The period of restraint ranged from 8 months to 27 years. Based on PSP scale, 19 cases (70.4%) had a low value and as many as 8 cases (29.6%) were categorized as having better value. There was improvement in PSP scale of every case after being treated.

Conclusion: Medical treatment improve the value of the PSP. Thus deprivation, bedside inhumane is also depriving mentally ill persons for having better quality of life.

Keywords: Shackled, stocks, schizophrenia, PSP scale

ABSTRAK
Latar belakang: Pemasungan terhadap orang yang diduga mengidap gangguan kejiwaan merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM. Tindakan pemasungan merupakan gejala yang umum ditemukan di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Ketiadaan aturan hukum, rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan pemahaman terhadap gejala gangguan kejiwaan, serta keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendeterminasi munculnya kejadian pasung. Penelitian ini merupakan studi observasi awal yang dilaksanakan di Kabupaten Pekalongan, Pati, Jepara, Salatiga, Rembang, dan Blora Jawa Tengah yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan nilai sosial dan pribadi pada penderita gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan fungsi pribadi dan sosial pada penderita jiwa yang mengalami pemasungan sebelum dan setelah dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ) pada penderita yang dipasung dalam
wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Metode: Metode yang digunakan adalah pemeriksaan fungsi pribadi dan sosial yang dilakukan terhadap 27 orang penderita
gangguan jiwa yang di pasung dengan skala personal and social performance (PSP). Data disajikan secara deskriptif dan uji beda pada skala PSP sebelum dan sesudah pengobatan.

Hasil: Didapatkan 21 pria (77,7%) dan 6 wanita (22,3%) dan hampir semua terdiagnosis sebagai skizofrenia. Semuanya berasal dari keluarga miskin. Masa pengekangan berkisar dari 8 bulan sampai 27 tahun. Didapatkan sebanyak 19 kasus (70,4%) yang mempunyai nilai PSP yang buruk dan sebanyak 8 kasus (29,6%) yang mempunyai nilai PSP sedang. Didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai PSP saat pasung dan setelah dirawat di RSJ.

Simpulan: Pengobatan dapat memperbaiki nilai PSP, dengan demikian pemasungan selain merendahkan martabat manusia, menghilangkan kesempatan penderita gangguan jiwa untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.


Keywords


Shackled, stocks, schizophrenia, PSP scale



Visitor Stat :
Media Medika Indonesiana Statistics