skip to main content

KONTRIBUSI LUBANG ANGIN DAN VENTILASI UDARA PADA BANGUNAN SOBOKARTTI SEMARANG DALAM MEWUJUDKAN KENYAMANAN TERMAL

djudjun rusmiatmoko  -  Universitas Diponegoro, Indonesia
*Erni Setyowati scopus  -  Universitas Diponegoro, Indonesia
Gagoek Hardiman scopus  -  Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Di Kota Semarang terdapat beberapa bangunan yang berfungsi sebagai pertunjukan kesenian peninggalan penjajahan Belanda yang sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dengan menggunakan ventilasi udara alami melalui lubang angin pada atap dan kisi-kisi jendela di dalam ruangan dari awal pembangunan tahun 1930 sampai sekarang, bangunan kesenian di Jl. Dr. Cipto yang diberi nama Volkstheater Sobokartti yang kini dikenal dengan nama Sobokartti karya Thomas Karsten. Metode penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung di lokasi lapangan dan menggunakan responden. Pelaksanaan pengukuran dilakukan selama 17 jam, masing-masing dilakukan dalam 1 jam sekali. Variabel yang diukur adalah suhu udara, kelembaban udara, pergerakan udara untuk memberikan kontribusi dalam mewujudkan  kenyamanan termal. Yang sementara itu nilai temperatur efektif dijadikan dasar dalam menentukan kenyamanan termal pada bangunan Sobokartti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan lubang angin pada atap dan kisi – kisi jendela pada bangunan dapat berpengaruh pada kondisi kenyamanan termal, terutama area dalam bangunan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi didalam gedung tetap nyaman karena ventilasi udara di dalam gedung tetap terjaga dan berkecukupan dengan mengandalkan lubang angin pada atap dan kisi-kisi jendela.

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  Research Instrument
Untitled
Subject
Type Research Instrument
  Download (3MB)    Indexing metadata
Keywords: Sobokartti; Temperatur Efektif; Kenyamanan Termal; Ventilasi

Article Metrics:

  1. Erni Setyowati, Bambang Setioko. 2013. Metodologi Riset dan Statistik. Semarang: UPT UNDIP
  2. Frick, Heinz dan Fx. Bambang Suskiyanto. 2007. Dasar – dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius
  3. James C. Snyder dan Anthony J. Catanese. 1997. Pengantar Arsitektur. Jakarta: Erlangga
  4. Karyono, T. H. 1996. Thermal Comfort in the Tropical South East Asia Region. Architectur Science Review 39: 135-139
  5. Lippsmeier, George. 1994. Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga
  6. Kukreja, C. P. 1978. Tropical Architecture. New Delhi: Tata McGraw - Hill
  7. Mediastika. 2013. Hemat Energi dan Lestari Lingkungan Melalui Bangunan. Yogyakarta: Andi
  8. Rahim, Ramli. 2012. Fisika Bangunan Untuk Area Tropis. Bogor: IPB
  9. Satwiko. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: Andi
  10. Sugianto. 1998. Bangunan di Indonesia, dengan Iklim Tropis Lembab ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdiknas
  11. Szokolay, S.V. 1980. Enviromental Science Handbook for Architects and Engineers. New York: John Willey & Sons

Last update:

  1. Characteristics of swiftlet houses on the plains and hills and their contribution to regional development for export development. Case study: Banten Province, Indonesia

    A K Dewi, M S S Ali, I M Fahmid, S Baco. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1341 (1), 2024. doi: 10.1088/1755-1315/1341/1/012100

Last update: 2024-11-20 19:39:41

No citation recorded.