BibTex Citation Data :
@article{JSM7903, author = {Sunarno Sunarno and M. Anwar Djaelani}, title = {Analisis Produktivitas Itik Petelur di Kabupaten Semarang Berdasarkan Indikator Nilai Konversi Pakan, Rasio Tingkat Konsumsi Pakan dengan Intestinum dan Bobot Intestinum dengan Pertambahan Bobot Badan}, journal = {JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA}, volume = {19}, number = {2}, year = {2014}, keywords = {}, abstract = { Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan jumlah peternak itik petelur lokal cukup banyak. Berbagai itik lokal dibudidayakan oleh masyarakat setempat, antara lain itik Pengging, Magelang, dan Tegal. Selain letaknya yang strategis, wilayah ini memiliki kondisi mikroklimat yang menunjang kegiatan budidaya itik petelur. Mikroklimat merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada produktivitas itik petelur. Penelitian ini bertujuan menganalisis produktivitas itik petelur lokal di Kabupaten Semarang dengan menggunakan beberapa indikator penting, yang meliputi konversi pakan (KP), rasio antara pakan dengan bobot intestinum (BK:BI), dan rasio antara bobot intestinum dengan bobot badan (BI:BB). Metode yang digunakan adalah sampling sederhana dengan cara memilih ketiga jenis itik petelur lokal yang berumur 6 bulan (itik siap bertelur), antara lain itik Pengging, Magelang, dan Tegal, masing-masing sebanyak 6x ulangan. Pengukuran bobot pakan dilakukan setiap hari dengan menggunakan timbangan digital. Bobot badan diukur setiap 5 hari sekali selama satu bulan, sedangkan bobot intestinum diukur pada akhir bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik petelur Pengging memiliki nilai KP 98,04, BK:BI = 2,17, dan BI:BB = 0,05, sedangkan itik Magelang dan Tegal, berturut-turut (134,08; 4,08; 0,03) dan (101,35; 2,57; 0,04). Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa itik Pengging memiliki kemampuan konversi pakan, rasio bobot pakan dengan bobot intestinum, dan rasio bobot intestinum dengan bobot badan yang lebih baik dibanding itik Magelang dan Tegal. Berdasarkan indikator tersebut, itik Pengging lebih produktif dibanding itik Magelang dan Tegal dan direkomendasikan untuk dibudidayakan, terutama di daerah yang memiliki karakteristik mikroklimat seperti yang ada di Kabupaten Semarang. Keywords: itik petelur, produktivitas, konversi pakan, intestinum, bobot badan }, pages = {38--42} url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sm/article/view/7903} }
Refworks Citation Data :
Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan jumlah peternak itik petelur lokal cukup banyak. Berbagai itik lokal dibudidayakan oleh masyarakat setempat, antara lain itik Pengging, Magelang, dan Tegal. Selain letaknya yang strategis, wilayah ini memiliki kondisi mikroklimat yang menunjang kegiatan budidaya itik petelur. Mikroklimat merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada produktivitas itik petelur. Penelitian ini bertujuan menganalisis produktivitas itik petelur lokal di Kabupaten Semarang dengan menggunakan beberapa indikator penting, yang meliputi konversi pakan (KP), rasio antara pakan dengan bobot intestinum (BK:BI), dan rasio antara bobot intestinum dengan bobot badan (BI:BB). Metode yang digunakan adalah sampling sederhana dengan cara memilih ketiga jenis itik petelur lokal yang berumur 6 bulan (itik siap bertelur), antara lain itik Pengging, Magelang, dan Tegal, masing-masing sebanyak 6x ulangan. Pengukuran bobot pakan dilakukan setiap hari dengan menggunakan timbangan digital. Bobot badan diukur setiap 5 hari sekali selama satu bulan, sedangkan bobot intestinum diukur pada akhir bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik petelur Pengging memiliki nilai KP 98,04, BK:BI = 2,17, dan BI:BB = 0,05, sedangkan itik Magelang dan Tegal, berturut-turut (134,08; 4,08; 0,03) dan (101,35; 2,57; 0,04). Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa itik Pengging memiliki kemampuan konversi pakan, rasio bobot pakan dengan bobot intestinum, dan rasio bobot intestinum dengan bobot badan yang lebih baik dibanding itik Magelang dan Tegal. Berdasarkan indikator tersebut, itik Pengging lebih produktif dibanding itik Magelang dan Tegal dan direkomendasikan untuk dibudidayakan, terutama di daerah yang memiliki karakteristik mikroklimat seperti yang ada di Kabupaten Semarang.
Last update:
Last update: 2024-12-23 16:26:33