BibTex Citation Data :
@article{ENDOGAMI62155, author = {Ridly Ponto and Tony Tampake and Mariska Lauterboom}, title = {Studi Histori-Feminis Di Zaman Kolonial: Domestifikasi Sebagai Resistensi Perempuan Minahasa}, journal = {Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi}, volume = {7}, number = {2}, year = {2024}, keywords = {perempuan minahasa, zaman kolonial, domestifikasi, resistensi}, abstract = { Perempuan Minahasa sejak masa primodial mengenal akan sistem egaliter. Namun, semenjak kolonialisme dengan sistem patriarki masuk dan berkembang mengubah sosio-kultural masyarakat. Pada era kolonial, akibat sistem patriarki menempatkan perempuan pada posisi inferior. Terlihat dalam pendidikan yang diterima kaum perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena mereka dipersiapkan dalam ranah domestik tetapi laki-laki bisa melanjutkan pendidikannya. Oleh karena itu, Maria Walanda Maramis membuka ruang bagi kaum perempuan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Walaupun, pendidikan yang diberikan Maria di dalam PIKAT adalah urusan kerumahtanggan tetapi domestikasi tersebut adalah resistesi untuk mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan historis sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta sejarah mengenai domestifikasi perempuan sebagai resistensi di zaman kolonial di Minahasa. Maka, ditemukan sebauah fakta historis tentang kedudukan perempuan dalam ranah domestik yang adalah bentuk resistensi terhadap kaum kolonial dengan sistem patriarki di Minahasa. }, issn = {2599-1078}, pages = {353--367} doi = {10.14710/endogami.7.2.353-367}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/endogami/article/view/62155} }
Refworks Citation Data :
Perempuan Minahasa sejak masa primodial mengenal akan sistem egaliter. Namun, semenjak kolonialisme dengan sistem patriarki masuk dan berkembang mengubah sosio-kultural masyarakat. Pada era kolonial, akibat sistem patriarki menempatkan perempuan pada posisi inferior. Terlihat dalam pendidikan yang diterima kaum perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena mereka dipersiapkan dalam ranah domestik tetapi laki-laki bisa melanjutkan pendidikannya. Oleh karena itu, Maria Walanda Maramis membuka ruang bagi kaum perempuan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Walaupun, pendidikan yang diberikan Maria di dalam PIKAT adalah urusan kerumahtanggan tetapi domestikasi tersebut adalah resistesi untuk mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan historis sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta sejarah mengenai domestifikasi perempuan sebagai resistensi di zaman kolonial di Minahasa. Maka, ditemukan sebauah fakta historis tentang kedudukan perempuan dalam ranah domestik yang adalah bentuk resistensi terhadap kaum kolonial dengan sistem patriarki di Minahasa.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-10-12 19:04:41
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.