BibTex Citation Data :
@article{Kapal16491, author = {Parlindungan Manik and Hartono Yudo and Fredits Siahaan}, title = {Pengaruh Susunan dan Ukuran Bilah Bambu Petung (Dendrocalamus asper) Dan Bambu Apus (Gigantochloa apus) Terhadap Kekuatan Tarik, Kekuatan Tekan Dan Kekuatan Lentur Untuk Komponen Konstruksi Kapal}, journal = {Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan}, volume = {14}, number = {3}, year = {2017}, keywords = {Kayu Laminasi, Kapal Kayu, Kuat Lentur; Kuat Tarik; Kuat Tekan; Variasi Susunan}, abstract = { Bambu laminasi merupakan bahan bangunan rekayasa yang dibentuk dengan sistem perekatan beberapa bilah bambu sehingga memiliki kelebihan dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan sifat mekanika yang lebih uniform dari bahan bambu alami. Teknik laminasi dari bahan bambu menjadi solusi untuk mengembangkan sebuah produk kayu yang memiliki struktur dan sifat mekanik lebih kuat dan awet. Prosedur pembuatan dan pengujian spesimen kayu laminasi bambu petung dan bambu apus mengacu pada SNI-03-3958-1995, SNI-03-3399-1994 dan SNI 03-3959-1995. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kuat tarik, kuat tekan dan kuat lentur dari dua jenis variasi susunan bilah horizontal dan bata/ carvel dengan tebal bilah 3 mm, 5 mm dan 7 mm. Hasil penelitian pada laminasi bambu petung dan bambu apus diperoleh kadar air 12-13 % dan berat jenis 0,60-0,65 gr/cm 3 memiliki kuat tarik terbesar 96,72 Mpa (kode PA7H), kuat lentur 101,69 MPa (kode PA7B) dan kuat tekan 22,11 MPa (kode PA7B). Variasi susunan bata dan tebal bilah semakin besar mempengaruhi kekuatan tekan dan lentur. Namun sebaliknya untuk kuat tarik, susunan horizontal lebih baik dari susunan bata. Nilai tersebut memenuhi persyaratan kayu lapis sebagai bahan material kapal kayu menurut BKI dan termasuk dalam kelas kuat II sehingga dapat digunakan sebagai material konstruksi kapal. }, issn = {2301-9069}, pages = {94--101} doi = {10.14710/kpl.v14i3.16491}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/view/16491} }
Refworks Citation Data :
Bambu laminasi merupakan bahan bangunan rekayasa yang dibentuk dengan sistem perekatan beberapa bilah bambu sehingga memiliki kelebihan dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan sifat mekanika yang lebih uniform dari bahan bambu alami. Teknik laminasi dari bahan bambu menjadi solusi untuk mengembangkan sebuah produk kayu yang memiliki struktur dan sifat mekanik lebih kuat dan awet. Prosedur pembuatan dan pengujian spesimen kayu laminasi bambu petung dan bambu apus mengacu pada SNI-03-3958-1995, SNI-03-3399-1994 dan SNI 03-3959-1995. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kuat tarik, kuat tekan dan kuat lentur dari dua jenis variasi susunan bilah horizontal dan bata/carvel dengan tebal bilah 3 mm, 5 mm dan 7 mm. Hasil penelitian pada laminasi bambu petung dan bambu apus diperoleh kadar air 12-13 % dan berat jenis 0,60-0,65 gr/cm3 memiliki kuat tarik terbesar 96,72 Mpa (kode PA7H), kuat lentur 101,69 MPa (kode PA7B) dan kuat tekan 22,11 MPa (kode PA7B). Variasi susunan bata dan tebal bilah semakin besar mempengaruhi kekuatan tekan dan lentur. Namun sebaliknya untuk kuat tarik, susunan horizontal lebih baik dari susunan bata. Nilai tersebut memenuhi persyaratan kayu lapis sebagai bahan material kapal kayu menurut BKI dan termasuk dalam kelas kuat II sehingga dapat digunakan sebagai material konstruksi kapal.
Article Metrics:
Last update:
Effect analysis of the direction of fiber arrangement on interfaces of laminated bamboo fiber as a construction material for wood vessel hulls
Parametric Computational Simulation of the Expandability of Deployable Bamboo Structures
Last update: 2024-11-12 20:00:20
View statistics
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.