1Politeknik Statistika STIS, Jl. Otto Iskandardinata No. 64 C, Jakarta Timur. Indonesia, Indonesia
2Pancasila University, Jakarta, Indonesia
3National Population Board and Family Planning, Jakarta, Indonesia, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{MKMI63028, author = {Neli Agustina and Rini Rahani and Siti Muchlisoh and Nurita Andayani and Siskarossa Ika Oktora and Fahar Faharuddin}, title = {Peran Ayah Dalam Menurunkan Kejadian Stunting di Nusa Tenggara Barat}, journal = {MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA}, volume = {23}, number = {3}, year = {2025}, keywords = {Stunting; Pola Konsumsi; Makanan beresiko; Regresi Logistik Biner.}, abstract = { Latar belakang: Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2018 dan SSGI 2021 masih jauh dari target WHO. Nusa Tenggara Barat (NTB) menempati urutan ke-4 tertinggi dengan prevalensi stunting mencapai 31,4 persen. Berdasarkan framework stunting WHO, faktor keluarga (orang tua) menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting pada balita. Oleh karena itu tujuan penelitian, menganalisis peran ayah dalam menurunkan kejadian stunting. Metode: Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Metode regresi logistik biner digunakan untuk mengkaji pengaruh karakteristik ayah, diantaranya Pendidikan, status pekerjaan dan pola konsumsi makanan berisiko terhadap status stunting pada balita di NTB. Selain itu, variabel berat lahir dan tinggi lahir digunakan untuk mengukur status gizi balita. Hasil: Pendidikan, status pekerjaan dan pola konsumsi makanan berisiko ayah memengaruhi kejadian stunting pada balita. Ayah dengan pendidikan rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk memiliki balita stunting. Ayah yang bekerja bukan sebagai pegawai PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD memiliki kecenderungan 2,503 lebih besar untuk memiliki anak yang menderita stunting. Perilaku ayah dalam mengkonsumsi berlebih pada makanan yang kurang sehat berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting pada balita. Simpulan: Pendidikan orangtua menjadi poin penting dalam memengaruhi kejadian stunting, oleh karena itu diperlukan penguatan pendidikan orang tua maupun calon orang tua untuk memutus mata rantai stunting di NTB, melalui rekomendasi kebijakan-kebijakan diantaranya optimalisasi pelaksanaan Wajib Belajar 12 tahun, pelaksanaan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C untuk masyarakat yang putus sekolah atau yang telah melewati usia sekolah. Pelaksanaan kelas parenting secara kontinu untuk para orang tua dan calon orang tua, serta peningkatan promosi program penanganan stunting. Kata kunci: Stunting; Pola Konsumsi; Makanan beresiko; Regresi Logistik Biner. ABSTRACT Title: The Role of Fathers in Reducing Stunting Incidences in West Nusa Tenggara Background: Prevalence of stunting in Indonesia based on the results of the 2018 Riskesdas and the 2021 SSGI is still far from that targeted by WHO, with the province of West Nusa Tenggara (NTB) being the 4th highest with a stunting prevalence reaching 31.4 percent. Based on the WHO stunting framework, family factors (parents) are one of the factors causing stunting in children. Therefore, the aim of the research is to analyze the role of fathers as heads of families in reducing the incidence of stunting, especially in NTB. Method: The research used 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data. The binary logistic regression method was used to examine the influence of father characteristic variables, including education, employment status and risky food consumption patterns on stunting status in toddlers in NTB. In addition, birth weight and birth height are used to measure the nutritional status of toddlers. Result: Father's education, employment status and risky food consumption patterns influence the incidence of stunting. Fathers with low education have a greater tendency to have stunted toddlers. Fathers who do not work as civil servants/TNI/Polri/BUMN/BUMD employees have a 2,503 greater tendency to have children who suffer from stunting. Father's behavior in consuming too much unhealthy food has a significant effect on the incidence of stunting in toddlers. Conclusion: Parental education is an important point in influencing the incidence of stunting, therefore it is necessary to strengthen the education of parents and prospective parents to break the chain of stunting in NTB, through policy recommendations including optimizing the implementation of 12 years of Compulsory Education, implementation of Study Groups (Pursuit) Packages A, B, and C for people who have dropped out of school or who have passed school age. Implementation of continuous parenting classes for parents and prospective parents, as well as increasing promotion of stunting management programs. Keywords: Stunting; Consumption Patterns; Risky Foods; Binary Logistic Regression }, issn = {2775-5614}, pages = {229--235} doi = {10.14710/mkmi.23.3.229-235}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi/article/view/63028} }
Refworks Citation Data :
Latar belakang: Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2018 dan SSGI 2021 masih jauh dari target WHO. Nusa Tenggara Barat (NTB) menempati urutan ke-4 tertinggi dengan prevalensi stunting mencapai 31,4 persen. Berdasarkan framework stunting WHO, faktor keluarga (orang tua) menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting pada balita. Oleh karena itu tujuan penelitian, menganalisis peran ayah dalam menurunkan kejadian stunting.Metode: Penelitian menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Metode regresi logistik biner digunakan untuk mengkaji pengaruh karakteristik ayah, diantaranya Pendidikan, status pekerjaan dan pola konsumsi makanan berisiko terhadap status stunting pada balita di NTB. Selain itu, variabel berat lahir dan tinggi lahir digunakan untuk mengukur status gizi balita. Hasil: Pendidikan, status pekerjaan dan pola konsumsi makanan berisiko ayah memengaruhi kejadian stunting pada balita. Ayah dengan pendidikan rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk memiliki balita stunting. Ayah yang bekerja bukan sebagai pegawai PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD memiliki kecenderungan 2,503 lebih besar untuk memiliki anak yang menderita stunting. Perilaku ayah dalam mengkonsumsi berlebih pada makanan yang kurang sehat berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting pada balita. Simpulan: Pendidikan orangtua menjadi poin penting dalam memengaruhi kejadian stunting, oleh karena itu diperlukan penguatan pendidikan orang tua maupun calon orang tua untuk memutus mata rantai stunting di NTB, melalui rekomendasi kebijakan-kebijakan diantaranya optimalisasi pelaksanaan Wajib Belajar 12 tahun, pelaksanaan Kelompok Belajar Paket A, B, dan C untuk masyarakat yang putus sekolah atau yang telah melewati usia sekolah. Pelaksanaan kelas parenting secara kontinu untuk para orang tua dan calon orang tua, serta peningkatan promosi program penanganan stunting.
Kata kunci: Stunting; Pola Konsumsi; Makanan beresiko; Regresi Logistik Biner.
ABSTRACT Title: The Role of Fathers in Reducing Stunting Incidences in West Nusa TenggaraBackground: Prevalence of stunting in Indonesia based on the results of the 2018 Riskesdas and the 2021 SSGI is still far from that targeted by WHO, with the province of West Nusa Tenggara (NTB) being the 4th highest with a stunting prevalence reaching 31.4 percent. Based on the WHO stunting framework, family factors (parents) are one of the factors causing stunting in children. Therefore, the aim of the research is to analyze the role of fathers as heads of families in reducing the incidence of stunting, especially in NTB.Method: The research used 2018 Basic Health Research (Riskesdas) data. The binary logistic regression method was used to examine the influence of father characteristic variables, including education, employment status and risky food consumption patterns on stunting status in toddlers in NTB. In addition, birth weight and birth height are used to measure the nutritional status of toddlers.Result: Father's education, employment status and risky food consumption patterns influence the incidence of stunting. Fathers with low education have a greater tendency to have stunted toddlers. Fathers who do not work as civil servants/TNI/Polri/BUMN/BUMD employees have a 2,503 greater tendency to have children who suffer from stunting. Father's behavior in consuming too much unhealthy food has a significant effect on the incidence of stunting in toddlers. Conclusion: Parental education is an important point in influencing the incidence of stunting, therefore it is necessary to strengthen the education of parents and prospective parents to break the chain of stunting in NTB, through policy recommendations including optimizing the implementation of 12 years of Compulsory Education, implementation of Study Groups (Pursuit) Packages A, B, and C for people who have dropped out of school or who have passed school age. Implementation of continuous parenting classes for parents and prospective parents, as well as increasing promotion of stunting management programs.
Keywords: Stunting; Consumption Patterns; Risky Foods; Binary Logistic Regression
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2025-06-02 18:39:42