skip to main content

KEARIFAN LOKAL TERBONSAI ARUS GLOBALISASI: KAJIAN TERHADAP EKSISTENSI MASYARAKAT HUKUM ADAT

*Danggur Konradus  -  Law Office Danggur Konradus & Partner, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2018 Masalah-Masalah Hukum under http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0.

Citation Format:
Abstract

Eksistensi masyarakat hukum adat sudah ada sebelum Negara terbentuk. Keberadaannya itu sarat nilai kearifan lokal yang kemudian menuangkan dalam konstitusi Negara Indonesia. Pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat sebatas dalam norma hukum sektoral sumber daya alam, terkesan jauh dari kepastian dan satu sama lainya bertentangan. Harmonisasi hukum dan rekonstruksi cara pandang atas masyarakat hukum adat, hak-hak tradisionalnya yang semula monointerpretasi / tafsir, menjadi co-interpretasi. Negara hadir untuk mema kmurkan dan mensejahterakan dengan memberdayakan kearifan lokal masyarakat hukum adat, untuk itu memerlukan norma instrumental masyarakat hukum adat yang pro-kearifan lokal, pro keadilan karena demikian kearifan lokal masyarakat hukum adat bisa maju dari glokalisasi menuju globalisasi tanpa kehilangan ke-indonesiaan.

Fulltext View|Download
Keywords: masyarakat hukum adat, kearifan lokal, globalisasi, Pancasila

Article Metrics:

  1. Geriya. (2009). Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali. Retrieved January 10, 2015, from http://www.balipos.co.id
  2. Lawang, R. M. Z. (1999). Konflik Tanah di Manggarai Flores Barat. NTT. Jakarta: UI Press
  3. Madung, O. G. (2013). Filsafat Politik Negara Dalam Bentangan Diskursus Filosofis. NTT: Penerbit Ledalero
  4. Menski, W. F. (2009). Comparative Law In A Global Context (Perbandingan Hukum Dalam Konteks Global, Sistem Eropa, Asia dan Afrika. Bandung: Nusa Media
  5. Riyanto, A. (2014). Berfilsafat Politik. Yogyakarta: Kanisius
  6. Samosir, D. (2013). Hukum Adat Indonesia Eksistensi Dalam Dinamika Perkembangan Hukum di Indonesia. Nuansa Aulia
  7. Sarong. (2013). Serpihan Budaya NTT (kumpulan Ficer di Harian Kompas). Maumere: Ledalero
  8. Toda. (1999). Manggarai Mencari Pencerahan Histografi. NTT: Penerbit Nusa Indah
  9. Waruwuh, F. E. (2010). Membangun Budaya Berbasis Nilai. Yogyakarta: Kanisius
  10. Wignjosoebroto. (2013). Hukum Dalam Masyarakat (ke-2). Yogyakarta: Graha Ilmu
  11. Wignjosoebroto. (2014). Sosio-Legal Indonesia, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional (Revisi). Jakarta: HuMa

Last update:

  1. Tradisi Membuat Cipi’ dan Sapu Lidi Menyambut Bulan Muharram bagi Masyrakat Suku Mandar di Kecamatan Campalagian, Desa Lematto, Sulbar (Tinjauan Semiotik)

    Nurul Fitrah Yani. DEIKTIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 1 (2), 2021. doi: 10.53769/deiktis.v1i2.140
  2. Eksistensi Horja Mandailing di Era Globalisasi

    Muhammad Zusanri Batubara, Atem Atem, M. Syaeful Anam. CENDERAWASIH: Jurnal Antropologi Papua, 4 (1), 2023. doi: 10.31957/jap.v4i1.3330
  3. Modernization and Local Wisdom in the Agricultural System: The Case of Samin Indigenous Community in Baturejo Village, Pati Regency, Central Java

    Windi Mayang Sari, Rina Mardiana, Bayu Eka Yulian. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 12 (1), 2024. doi: 10.22500/12202451492

Last update: 2025-06-27 07:11:37

No citation recorded.