Pertumbuhan kawasan pinggiran kota telah menjadi fenomena dunia, menyebabkan kota berkembang tanpa batas. Fisik kota dengan cepat tumbuh dan berkembang kearah horisontal dengan skala gigantis, mengokupasi kawasan pedesaan disekitarnya. Pertumbuhan kota tidak lagi berlangsung di pusat kota tetapi berpindah ke kawasan pinggiran. Morfologi kota mengalami metamorfosa menyebabkan terjadinya inverted metropolis dimana inti kota berciri marjinal, sebaliknya kawasan pinggiran berciri sentral.
Bentukan fisik sebuah kota merupakan kumpulan urban artefacts hasil sejarah panjang proses pembentukannya selalu mempunyai ke-unik-an. Oleh karenanya dalam upaya “membaca” bentuk kota dan menelaah proses pertumbuhan kota diperlukan pemahaman pada nilai lokal. Pada hakekatnya kota merupakan konfigurasi spasial dari struktur sosial dan budaya masyarakatnya. Pendekatan yang paling sesuai untuk dapat dipakai dalam mengelola pertumbuhan kota haruslah berbasis pada nilai lokal.
Fragmentasi ruang perkotaan dikawasan pinggiran ternyata tidak diikuti dengan segmentasi struktur sosial pelaku ruang, yang justru menyatu. Masyarakat kawasan pinggiran mempunyai karakter saling tergantung (interdependensi) dan berciri kekerabatan. Interdependensi di bidang ekonomi menciptakan koeksistensi antar pelaku ruang dan merupakan embrio tumbuhnya struktur sosial yang terintegrasi. Aspek tersebut merupakan bahan utama terbangunnya konsep kearifan lokal pada pertumbuhan kawasan pinggiran.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2025-03-01 16:28:33
The Copyright belong to the author and the right to reproduce, reprint, and distribute manuscriot that published on MODUL ( ISSN 2598-327X) shall be assigned to the journal and Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro as publisher of the journal by the author (s) via copyright transfer that being signed by the corresponding author before issued by MODUL.