skip to main content

MERAWAT KAMPUNG KULITAN SEMARANG SEBAGAI KAMPUNG TEMATIK TEMPO DOELOE

*Sukawi Sukawi orcid scopus  -  Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Kampung Kulitan telah dikenal sebagai "Kerajaan Taripin”, hal ini dikarenakan Kampung Kulitan merupakan kediaman salah satu orang terkaya di Semarang pada zamannya. Satu kampung ini awalnya dimiliki oleh Tasripin untuk tempat tinggal kerabat dan keturunannya serta pabrik industri pengolahan kulit di belakangnya. Tasripin merupakan seorang pedagang kulit yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang mewarisi bisnis kulit ayahnya, Tasimin. Selain bergerak dalam bisnis kerajinan kulit, Tasripin mengembangkan usahanya di usaha kopra dan properti. Dalam mengelola usahanya, Tasripin melakukan hal yang tidak biasa bagi pengusaha lokal saat itu: ia menyewa seorang ahli hukum asal Belanda. Aset yang diperoleh dari berbagai usahanya kemudian diinvestasikan dalam bentuk tanah dan bangunan. Oleh karena itu, ia juga terkenal sebagai tuan tanah. Tasripin meninggal dunia pada tanggal 9 Agustus 1919. Tasripin juga menyediakan rumah bagi para pekerjanya yang berasal dari luar kota Semarang. Para pekerja migran ini dikenal dengan sebutan kaum boro. Salah satunya terletak di pinggir Kali Semarang (Kali Kuping) yang berada dibelakang hunian keluarga Tasripin.

.

Fulltext View|Download
Keywords: Tasripin; Kampung Kulitan; Kampung Tempo Doeloe
  1. Dewi, D. I. K., Maharani, E. T., Mahardika, P. P., Nurini, N., & Dewi, S. P. (2022). Rancangan Elemen Fisik Kampung Tematik Tempo Doeloe Jagalan sebagai Destinasi Wisata. Jurnal Riptek, 16(2), 111–118. https://doi.org/10.35475/riptek.v16i2.152
  2. Hikmah, N. I., Bafaleo, C., Rachmawati, E. D., & Prasetya, A. D. (2022). Jurnal Bina Desa Pelestarian Potensi Cagar Budaya Kampung Kulitan sebagai Urban Heritage Bertemakan Kampoeng Tempoe Doloe Pendahuluan Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki kawasan. Jurnal Bina Desa, 4(1), 32–38
  3. Nurini. (2002). Kajian Perkembangan Morfologi Kampung Gandek Puspo-Semarang (Priode 1800 - 2000)
  4. Purwanto, A. A., & Nurini. (2016). Sense of Place Masyarakat Kampung Kulitan dan Kampung Gandekan Kota Semarang Sense of Place Community of Kampong Kulitan and Kampong Gandekan. Ruang, 2(4), 310–318
  5. Sukawi S, Hardiman G, R. S. (2022). Interaction Spaces in the Segregation of Settlement Infrastructure in Kampung Kulitan Semarang. ISVS Journal, 9(5), 189–203
  6. Sukawi, S. (2010). Wujud Arsitektur Islam Pada Rumah Tradisional Kampung Kulitan Semarang. Semnas Universitas Khairun Ternate. http://eprints.undip.ac.id/32378/
  7. Sukawi, S., Firmandhani, S. W., & Hardiman, G. (2018). Passive fire protection in high density village (case study, Bustaman Semarang). IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 99(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/99/1/012002
  8. Sukawi, S., Hardiman, G., & Rukayah, S. (2019). Mapping Kampong Kulitan as Cultural Tourism Potential in Semarang City. Advances in Engineering Research, 167(ICoMA 2018), 337–341
  9. Sukawi S, H. G., & S, R. (2023). CULTURAL ACCULTURATION IN THE LANDLORD FAMILY RESIDENCE. MODUL UNDIP, 2877, 30–36
  10. Suprapti, A. (2014). Menuju Harmonisasi Kehidupan: Ruang Padat Manfaat di Kampung Kauman Semarang. Jurnal MODUL, 14(1), 29–38
  11. Syarifa, N. H., & Wijaya, A. (2019). Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pemberdayaan melalui Program Kampung Tematik (Studi Kasus di Kampung Batik Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang). Solidarity: Journal of Education, Society and Culture, 8(1), 515–531

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-25 22:18:23

No citation recorded.