skip to main content

Dinamika Kuasa Adat, Kekerabatan, dan Kemunduran Budaya: Studi Kritis atas Transformasi Sosial di Nagari Peninggalan Kerajaan Pagaruyung

1Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya, Sumatra Selatan Jl. Ogan, RT.37/RW.12, Bukit Lama, Kec. Ilir Bar. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30139, Indonesia

2Dosen S1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sriwijaya, Indonesia

Received: 1 May 2025; Published: 4 Jun 2025.
Editor(s): Muhammad Mukafi

Citation Format:
Abstract

The Kingdom of Pagaruyung was one of the most important centers of culture and government in Sumatra in the past, especially for the Minangkabau people. This article discusses descriptively the role of the Pagaruyung Kingdom in shaping the social structure, government system, and the development of customary and religious values in the Minangkabau environment. Using a qualitative approach through a literature study, this article explores how the Rajo Tigo Selo collective government system was implemented, as well as how customary law and matrilineal structure played a role in maintaining social harmony. In addition, the integration of adat and Islam is the main force that makes Pagaruyung a center of cultural value stability that has been preserved to this day. Despite the kingdom's political decline due to colonialism and internal conflict, its influence remains strong in the lives of Minang people today, making it a living symbol of cultural heritage. This article aims to strengthen the understanding of Pagaruyung's importance in Minangkabau history and identity as a whole.

 

Kerajaan Pagaruyung merupakan salah satu pusat kebudayaan dan pemerintahan terpenting di wilayah Sumatra pada masa lampau, khususnya bagi masyarakat Minangkabau. Artikel ini membahas secara deskriptif tentang peran Kerajaan Pagaruyung dalam membentuk struktur sosial, sistem pemerintahan, serta pengembangan nilai-nilai adat dan keagamaan di lingkungan Minangkabau. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi literatur, artikel ini menelusuri bagaimana sistem pemerintahan kolektif Rajo Tigo Selo dijalankan, serta bagaimana hukum adat dan struktur matrilineal berperan dalam menjaga harmoni sosial. Selain itu, integrasi antara adat dan Islam menjadi kekuatan utama yang menjadikan Pagaruyung sebagai pusat stabilitas nilai budaya yang lestari hingga kini. Meskipun secara politik kerajaan ini mengalami kemunduran akibat kolonialisme dan konflik internal, pengaruhnya tetap kuat dalam kehidupan masyarakat Minang masa kini, menjadikannya simbol warisan budaya yang hidup. Artikel ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman akan pentingnya Pagaruyung dalam sejarah dan identitas Minangkabau secara menyeluruh.
Fulltext View|Download
Keywords: Pagaruyung, Minangkabau, Adat
Funding: Universitas Sriwijaya

Article Metrics:

  1. Aizid, U. R. (2016). Sejarah Islam Nusantara: Dari analisis historis hingga arkeologis tentang penyebaran Islam di Nusantara. Diva Press
  2. Arditya, P. (2022). Telaah konseptual pendekatan kuantitatif dalam sejarah. Kalpataru Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, 8(1), 76-85
  3. Arsil, F., Novrizal, M., Wasti, R. M., Abiyoso, Y., & Abdillah, A. (2022). Praktik Demokrasi Modern Dalam Pemerintahan Nagari Di Minangkabau. Arena Hukum, 15, 610-29
  4. Endri, Y. (2021). Bunga Rampai Seminar Nasional Hukum Adat Dan Islam Minangkabau (Seri 2)
  5. Hasibuan, N. A., Sudarman, S., & Hakim, L. (2023). Perkembangan Urbanisasi Kota Padang Tempo Dulu. JAWI, 6(2), 110-122
  6. Igo, F. (2025). DISTORSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN FUNGSI SURAU DI MINANGKABAU (Studi Kasus: Surau Gadang Syekh Burhanuddin, Korong Tanjung Medan, Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat)
  7. Kahin, A. R. (2005). Dari pemberontakan ke integrasi Sumatra Barat dan politik Indonesia, 1926-1998. Yayasan Obor Indonesia
  8. Prayogi, A. (2021). Paradigma positivisme dan idealisme dalam ilmu sejarah: Tinjauan reflektif terhadap posisi sejarah sebagai ilmu. Tamaddun: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam, 21(1), 75-90
  9. Putri, A. O., & Yuniseffendri, Y. (2025). PENGGUNAAN EPONIM PADA PAPAN NAMA JALAN KOTA SURABAYA JAWA TIMUR: KAJIAN LANSKAP LINGUISTIK. BAPALA, 12(1), 74-83
  10. Raharja, F. S., & Puspitawati, P. (2024). DINAMIKA ORGANISASI MAJELIS ADAT BUDAYA MELAYU INDONESIA (MABMI) DALAM MELESTARIKAN BUDAYA MELAYU DI KOTA MEDAN. HUMANIS: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, 16(1), 20-28
  11. Rahim, A. (2021). Kerajaan Minangkabau Sebagai Asal-usul Kesultanan Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 399-412
  12. Rismansyah, N. (2014). Perancangan pusat seni tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat: Tema reinterpreting tradition (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim)
  13. Rohmah, N., Pd, M., & Salabi, A. S. (2025). Sejarah Pendidikan Islam. Jakad Media Publishing
  14. Sadad, A. (2023). Kerajaan Tulang Bawang, Rangkaian Sejarah yang Hilang. Iphedia Network
  15. Sahrul, N. (2015). Estetika Struktur dan Estetika Tekstur Pertunjukan Teater Wayang Padang Karya Wisran Hadi. Disertasi Doktor Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
  16. Thaib, P. R. R., Jamrah, A., Arda, F., Nurmatias, N., & Undri, U. (2016). Perjuangan Sultan Alam Bagagar Syah dalam melawan penjajah Belanda di Minangkabau pada abad ke-19. Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat
  17. Ulhaq, Z. (2020). Modul pembelajaran SMA sejarah kelas XI: kerajaan-kerajaan maritim Indonesia pada masa Islam
  18. Yulika, D. F., & Hum, M. (2017). Epistemologi minangkabau: Makna pengetahuan dalam filsafat adat Minangkabau. ISI Padangpanjang

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2025-06-07 16:22:37

No citation recorded.