skip to main content

Pelarutan Fosfat Anorganik oleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat Secara In Vitro

*Budi Raharjo  -  Undip, Indonesia

Citation Format:
Abstract

ABSTRAK---Fosfat merupakan nutrient essensial yang diperlukan oleh tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Fosfat sebenarnya terdapat dalam jumlah yang melimpah dalam tanah, namun sekitar 95-99% terdapat dalam bentuk fosfat tidak terlarut sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman Upaya untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah dengan pembuatan pupuk biologi dengan mikroba pelarut fosfat sebagai agen biofertilizer. Penelitian terdahulu, diperoleh isolat jamur pelarut fosfat dari sampel tanah gambut yang sudah teruji kemampuannya dalam melarutkan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh perbandingan isolat jamur pelarut fosfat yang tepat untuk digunakan sebagai formula kultur campur agar dapat melarutkan fosfat secara optimal, meningkatkan kemampuan jamur dalam melarutkan fosfat dengan adanya kerja yang sinergis dari jamur-jamur tersebut, menghasilkan pupuk biologi dengan mikroba sebagai agen biofertilizer. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan perbandingan isolat jamur pelarut fosfat yaitu kultur jamur tunggal NSJ 1, NSJ 5, NSJ 6, kultur jamur campur NSJ 1-NSJ 5, NSJ 1-NSJ 6, NSJ 5-NSJ 6, NSJ 1-NSJ 5-NSJ 6 dan kontrol. Kontrol perlakuan digunakan medium uji Pikovskaya tanpa inokulasi jamur. Variabel yang diamati meliputi pH medium kultur, total konsentrasi fosfat yang terlarut. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Analisis data yang digunakan analisis sidik ragam (Ansira) dengan taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Jika Fhitung> Ftabel dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pelarutan fosfat pada setiap perlakuan perbandingan isolat jamur F1-F7 secara umum terlihat pada perubahan medium Pikovskaya cair yang semula keruh menjadi bening. Aktivitas pelarutan fosfat mulai terlihat pada awal inkubasi (jam ke 0), dengan konsentrasi fosfat terlarut tertinggi 7,87 ppm yang dihasilkan oleh F5 dan terendah 5,33 ppm oleh F3. Konsentrasi fosfat terlarut menunjukkan penurunan setelah inkubasi 24 jam dengan memperlihatkan penurunan pH dari pH kultur awal inkubasi (jam ke 0) yang tidak begitu drastis. Pada inkubasi 48 jam, semua perlakuan mulai menunjukkan kenaikan konsentrasi fosfat terlarut. Penurunan pH pada inkubasi 48 jam ini dikarenakan adanya aktivitas metabolisme yang mensekresi asam organik. Hasil analisis sidik ragam konsentrasi fosfat terlarut pada inkubasi 48 jam, menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05) antar perlakuan perbandingan isolat jamur dalam pelarutan fosfat anorganik. Hal ini berarti bahwa formulasi perbandingan isolat jamur F1-F7 mempengaruhi pelarutan fosfat anorganik. Hasil analisis pada inkubasi 48 jam ini memperlihatkan bahwa perlakuan formulasi F7 paling tinggi dalam melarutkan fosfat dan adanya kerja sinergis dalam meningkatkan pelarutan fosfat.

Kata Kunci: Agen biofertilizer, kultur campur, pelarutan fosfat
Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-04-18 10:34:19

No citation recorded.