skip to main content

Analysis on the Difference of Partograph Usage and the Associated Factors Between Private Practice and Village Midwives in Banjar District South Kalimantan Province

*Erni Yuliastuti  -  Poltekkes Kemenkes, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia
Martha Irene Kartasurya  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Dharminto Dharminto  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Abstrak

Partograf sebagai alat bantu dalam pemantauan kemajuan persalinan merupakan standar dalammemberikan asuhan persalinan dan berguna untuk mencegah terjadinya keterlambatan penanganan.Hasil studi pendahuluan pada lima wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Banjar menunjukkan50% bidan di desa dan 30% Bidan Praktik Swasta (BPS) belum memanfaatkan partograf secararutin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pemanfaatan partograf dan faktor yangterkait oleh bidan di desa dan BPS. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik denganpendekatan cross sectional. Variabel bebas adalah status kepegawaian yaitu BPS dan bidan di desa.Variabel terikat yaitu pemanfaatan partograf, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, motivasi,dan persepsi supervisi. Pengumpulan data melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur danlembar observasi. Populasi penelitian adalah seluruh bidan di desa dan BPS di Kabupaten Banjar.Responden sejumlah 86 orang dipilih secara purposif dan proporsional terhadap jumlah bidan ditiap Puskesmas. Analisis bivariat dilakukan dengan Mann Whitney Test dan analisis multivariatdengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pendidikanDiploma III. Rerata umur BPS 39 tahun dan bidan di desa 36 tahun, rerata masa kerja BPS 18 tahundan bidan di desa 15 tahun. Pemanfaatan partograf oleh BPS lebih tinggi (83,7%) daripada bidan didesa (65,1%). Pengetahuan dan sikap BPS terhadap pemanfaatan partograf baik, sedangkan bidandi desa kurang. Motivasi dan persepsi supervisi BPS dan bidan di desa baik. Pemanfaatan partograf,pengetahuan dan sikap BPS terhadap pemanfaatan partograf lebih baik daripada bidan di desa.Faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan partograf oleh BPS dan bidan di desa adalah sikap.Disimpulkan bahwa pemanfaatan partograf oleh BPS lebih baik daripada bidan desa. Faktordeterminan pemanfaatan partograf oleh bidan di desa dan BPS adalah sama, yaitu sikap terhadappemanfaatan partograf.

 

Abstract

Partograph, a supporting tool for monitoring the progress of delivery process, was a standard tool used in a delivery process, and it could be utilized to prevent delayed action. Results of a preliminary study on five work areas of primary healthcare centers (puskesmas) in Banjar district showed that 50% of village midwives and 30% of private practice midwives (BPS) did not use Partograph routinely. Objective of this study was to analyze the difference on the utilization of Partograph and related factors by village midwives and BPS. This was an observational-analytical study with cross sectional approach. Independent variable was worker status namely BPS and village midwives. Dependent variables were Partograph utilization, education, working period, knowledge, attitude, motivation, and perception on supervision. Data collection was done through interview guided by structured questionnaire and observation sheet. Study population was all village midwives and BPS in Banjar district. Study respondents were 86 midwives selected purposively and proportionally from each puskesmas. Mann Whitney test was applied in the bivariate analysis. Logistic regression was applied in the multivariate analysis. Results of the study showed that majority of respondents’ level of education were D3. The average age of BPS was 39 years old, and for village midwives was 36 years old. The average working period of BPS was 18 years old, and for village midwives was 15 years old. Utilization of Partograph by BPS was higher (83.7%) than that of by village midwives (65.1%). Knowledge and attitude of BPS toward Partograph utilization was good; however, it was still insufficient for village midwives. Motivation and perception on supervision by BPS and village midwives were good. A factor affecting the utilization of Partograph by BPS and village midwives was attitude towards Partograph utilization. In conclusion, utilization of Partograph by BPS was better than by village midwives, and the affecting factor was attitude.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Pemanfaatan; Partograf; Bidan di Desa; Bidan Praktik Swasta

Article Metrics:

  1. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta; 2008
  2. Badan Pusat Statistik. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI 2008
  3. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Martapura; 2011
  4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Laporan Tahunan Bidang Kesehatan Keluarga Tahun 2010. Martapura; 2010
  5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta:Dirjen Binkesmas; 2001
  6. Manuaba IGB. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2001
  7. Ahmadi A. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003
  8. Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009
  9. Gibson JL DJH. Organisasi Perilaku Struktur Proses, Jilid I . Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1997
  10. Siagian S.P. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
  11. Departemen Kesehatan RI. Buku Acuan Pelatihan Klinik APN. Jakarta: JNPK-KR; 2008
  12. Notoatmodjo. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta; 2003
  13. Wirawan. Evaluasi Kinerja. Jakarta: Rineka Cipta; 2009

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-04-23 15:19:32

No citation recorded.