BibTex Citation Data :
@article{ENDOGAMI43532, author = {Zulfa Kusumaningrum}, title = {Pemosisian Perempuan dan Relasi Kuasa dalam Tradisi Pertunangan: Suatu Tinjauan Antropologi Gender}, journal = {Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi}, volume = {6}, number = {1}, year = {2022}, keywords = {anthropology; gender; culture; agency}, abstract = { Perempuan dalam tradisi pertunangan menduduki posisi subordinat. Dilihat dari persiapan pertunangan, berlangsungnya ritual, hingga diskusi pelaksanaan pernikahan yang ditentukan oleh keluarga dan orang yang menduduki posisi tertinggi dalam struktur sosial seperti kiai, pemuka adat dan lainnya. Sejumlah penelitian ilmu sosial belum membahas mengenai tradisi pertunangan yang diteliti dari sudut pandang calon mempelai perempuan, karena itu diperlukan analisis tentang proses memosisikan perempuan dan pengaruhnya dengan relasi kuasa dalam tradisi pertunangan menggunakan teori praktik oleh Sherry B. Ortner. Tulisan ini bertujuan memberikan suatu tinjauan Antropologi khususnya di bidang Gender tentang tradisi pertunangan sebagai fenomena kultural. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa perempuan dapat menyadari situasi yang membuat posisinya menjadi subordinat dan melakukan agensi sebagai bentuk perlawanan untuk mengupayakan keberdayaan pikiran dan tindakan atas keinginannya dan pemosisian dirinya dalam tradisi pertunangan. Tugas Antropolog adalah menafsirkan fenomena tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari hubungan dominasi kekuasaan atas perempuan, menelusuri nilai dan norma budaya yang memojokkan posisi perempuan serta memahami dan menjelaskan fenomena budaya adalah sebuah praktik bermakna yang di dalamnya terdapat pola interaksi para aktor. }, issn = {2599-1078}, pages = {1--15} doi = {10.14710/endogami.6.1.%p}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/endogami/article/view/43532} }
Refworks Citation Data :
Perempuan dalam tradisi pertunangan menduduki posisi subordinat. Dilihat dari persiapan pertunangan, berlangsungnya ritual, hingga diskusi pelaksanaan pernikahan yang ditentukan oleh keluarga dan orang yang menduduki posisi tertinggi dalam struktur sosial seperti kiai, pemuka adat dan lainnya. Sejumlah penelitian ilmu sosial belum membahas mengenai tradisi pertunangan yang diteliti dari sudut pandang calon mempelai perempuan, karena itu diperlukan analisis tentang proses memosisikan perempuan dan pengaruhnya dengan relasi kuasa dalam tradisi pertunangan menggunakan teori praktik oleh Sherry B. Ortner. Tulisan ini bertujuan memberikan suatu tinjauan Antropologi khususnya di bidang Gender tentang tradisi pertunangan sebagai fenomena kultural. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa perempuan dapat menyadari situasi yang membuat posisinya menjadi subordinat dan melakukan agensi sebagai bentuk perlawanan untuk mengupayakan keberdayaan pikiran dan tindakan atas keinginannya dan pemosisian dirinya dalam tradisi pertunangan. Tugas Antropolog adalah menafsirkan fenomena tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari hubungan dominasi kekuasaan atas perempuan, menelusuri nilai dan norma budaya yang memojokkan posisi perempuan serta memahami dan menjelaskan fenomena budaya adalah sebuah praktik bermakna yang di dalamnya terdapat pola interaksi para aktor.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-16 02:20:38
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.