skip to main content

Ragam Vegetasi Hutan Rawa Air Tawar di Taman Wisata Alam Jering Menduyung, Bangka Barat

Universitas Bangka Belitung, Indonesia

Received: 16 Dec 2019; Published: 29 Apr 2020.
Editor(s): Sudarno Utomo

Citation Format:
Abstract

Taman Wisata Alam (TWA) Jering Menduyung merupakan salah satu hutan konservasi Bangka Belitung yang terletak di Kabupaten Bangka Barat. Pada kawasan ini mempunyai hutan mangrove primer yang mendominasi seluas 1209,7 Ha dari seluruh tutupan lahan. Selain itu, juga terdapat ekosistem hutan rawa 405,519 Ha dan hutan belukar rawa 478,709 Ha. Hutan rawa air tawar pada beberapa tahun terakhir keadaan vegetasi mengalami banyak gangguan seperti adanya aktivitas pertanian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman vegetasi hutan rawa air tawar di TWA Jering Menduyung. Metode analisis vegetasi menggunakan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak, sedangkan penempatan jalur menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hutan rawa air tawar memiliki 25 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 19 famili. Famili Rubiaceae merupakan jenis yang paling banyak, diantaranya yaitu jenis Ixora paludosa (Blume) Kurz, Psychotria sp., Oxyceros longiflorus (Lam.) T.Yamaz, Psychotria sp.. Melaleuca leucadendron L merupakan spesies yang mendominasi pada tingkat pertumbuhan pancang (115,64%), tiang (300%) dan pohon (300%). Sementara tingkat semai, spesies yang mendominasi adalah Cyperus sp. (58,62%). Indeks keanekaragaman Shannon-Weiner yang ditemukan tertinggi berkisar anatara 1,591-2,197 yang ditemukan pada tingkat semai dan pancang. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Weiner pada tingkat tiang dan pohon <1. Distribusi spesies berdasarkan indeks kemerataan Evennes untuk semua tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang dan pohon) di hutan rawa air tawar menunjukkan distribusi spesies yang tidak sama (0-0,792). Stategi yang tepat dalam pengelolaan hutan rawa air tawar TWA Jerieng Menduyung ini melalui pendekatan partisipatif pada tingkat lanskap untuk perencanaan pengelolaan ekosistem hutan yang efektif dan berkelajutan.

Fulltext View|Download
Keywords: TWA Jering Menduyung; hutan rawa air tawar; keragaman; vegetasi

Article Metrics:

  1. Abotsi, K.E., Radji, A.R., Rouhan, G., Dubuisson, J.Y., & Kokou, K. (2015). The Pteridaceae family diversity in Togo. Biodiversity Data Journal. 3(1): 1–63
  2. Abywijaya, I. (2014). Keanekaragaman dan Pola Sebaran Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur. Jurnal Biologi Indonesia. 10(2): 221–235
  3. Ardhana, I.P. (2012). Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Universitas Udayana
  4. Barchia, M. (2006). Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  5. BKSDA SUMSEL [Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan]. (2017). Profil Jering Menduyung. Bangka Belitung
  6. Borges, J.G., Marques, S., Garcia-Gonzalo, J., Rahman, A.U., Bushenkov, V., Sottomayor, M., Nordström, E.M. (2017). A Multiple Criteria Approach for Negotiating Ecosystem Services Supply Targets and Forest Owners’ Programs. Forest Science. 63(1): 49–61
  7. Daty, N.I., Hardiansyah, & Amintarti, S. (2015). Komposisi dan Struktur Vegetasi Pohon di Kawasan Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Jurnal Wahana-Bio. 13(1): 71–92
  8. Delprete, P.G., & Jardim, J.G. (2012). Systematics, taxonomy and floristics of Brazilian Rubiaceae: An overview about the current status and future challenges. Rodriguesia. 63(1): 101–128
  9. Govaerts, R., Frodin, D.G., Ruhsam, M., Bridson, D.M., & Davis, A.P. (2007). World checklist & bibliography of Rubiaceae. Kew: The Trustees of the Royal Botanic Gardens
  10. Gunawan, W., Basuni, S., Indrawan, A., Prasetyo, L.B., & Soedjito, H. (2011). Analisis Komposisi dan Struktur Vegetasi Terhadap Upaya Restorasi Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. JPSL. 1(2): 93–105
  11. Indrawan, M., Primack, R.B., & Supriatna, J. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  12. Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
  13. Kunarso, A., & Azwar, F. (2013). Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 10(2): 85–98
  14. Lafare, B., Pitopang, R., & Suleman, S.M. (2018). Komposisi Jenis Tumbuhan herba pada Hutan Pegunungan di sekitar Danau Kalimpa’a Kawasan taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Biocelebes. 12(3): 54–64
  15. Lisdayanti, L., Hikmat, A., & Istomo, I. (2016). Komposisi Flora dan Keragaman Tumbuhan di Hutan Rawa Musiman, Rimbo Tujuh Danau Riau. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 13(1): 15–28
  16. Martins, H., & Borges, J.G. (2007). Addressing collaborative planning methods and tools in forest management. Forest Ecology and Management. 248(1–2): 107–118
  17. Melawati, J., Susiati, H., & Wahyuningsih, F. (2011). Kajian Awal Keberadaan Flora dan Fauna Langka pada Kegiatan Pra-survei Tapak PLTN di Pulau Bangka. In Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir (pp. 135–144). Jakarta: Badan Tenaga Nuklir Nasional
  18. Noor, M. (2004). Lahan Rawa: Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
  19. Pramono, A.A., Syamsuwida, D., & Aminah, A. (2016). Variasi produksi benih gelam (Melaleuca leucadendron) pada beberapa tegakan di Sumatera Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 2(2): 143–148
  20. Pujiarti, R., Ohtani, Y., & Ichiura, H. (2011). Physicochemical properties and chemical compositions of Melaleuca leucadendron leaf oils taken from the plantations in Java, Indonesia. Journal of Wood Science. 57(5): 446–451
  21. Purborini, D. (2006). Struktur dan Komposisi Tumbuhan di Kawasan Rawa Pening Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Universitas Negeri Semarang
  22. Purwaningsih. (2009). Analisa Vegetasi Hutan Riparian Dataran Rendah di Tepi Sungai Nggeng, Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur. Berita Biologi. 9(5): 547–559
  23. Purwaningsih, & Yusuf, R. (2005). Species composition and vegetation structure in Pakuli area, Lore Lindu National Park, Central Sulawesi. Biodiversitas, Journal of Biological Diversity. 6(2): 123–128
  24. Schall, P., & Ammer, C. (2013). How to quantify forest management intensity in Central European forests. European Journal of Forest Research. 132(2): 379–396
  25. Sedio, B.E., Wright, S.J., & Dick, C.W. (2012). Trait evolution and the coexistence of a species swarm in the tropical forest understorey. Journal of Ecology. 100(5): 1183–1193
  26. Setiadi, D. (2005). Keanekaragaman Spesies Tingkat Pohon di Taman Wisata Alam Ruteng , Nusa Tenggara Timur. Biodiversitas. 6(1): 118–122
  27. Sharma, N., & Joshi, S. (2008). Comparative Study of a Fresh Water Swamp of Doon Valley. The Journal of American Science. 4(1): 7–10
  28. Tuheteru, F.D., & Mahfudz. (2012). Ekologi, Manfaat dan Rehabilitasi, Hutan Pantai Indonesia. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado
  29. Yusuf, R., & Purwaningsih. (2009). Studi Vegetasi Hutan Rawa Air Tawar di Cagar Alam Rimbo Panti, Sumatera Barat. Berita Biologi. 9(5): 491–508

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-23 10:16:06

No citation recorded.