IPB University, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JIL36641, author = {Regan Kaswanto and Ruth Aurora and Doni Yusri and Sofyan Sjaf}, title = {Analisis Faktor Pendorong Perubahan Tutupan Lahan selama Satu Dekade di Kabupaten Labuhanbatu Utara}, journal = {Jurnal Ilmu Lingkungan}, volume = {19}, number = {1}, year = {2021}, keywords = {Analisis spasial, Klasifikasi penggunaan lahan, Pemekaran wilayah, Peningkatan lahan perkebunan, Perubahan lahan}, abstract = { Mengacu pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008, sejak tanggal 24 Juni 2008 Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) mulai berdiri sendiri sebagai kabupaten dan terpisah dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pada dasarnya wilayah pemekaran memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data BPS tahun 2019, sektor unggulan dan mata pencaharian di Kabupaten Labura adalah pertanian. Akan tetapi seiring berjalannya waktu usaha pertanian semakin menurun. Hal ini terjadi diduga karena perubahan tutupan lahan. Secara geografis pemekaran wilayah akan mempengaruhi perubahan tutupan penggunaan lahan. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi perlu dilakukan analisis tutupan lahan tahun 2010-2019, kurang lebih 10 tahun setelah masa pemekaran terjadi. Analisis tutupan lahan satu dekade ini dilakukan menggunakan Citra Landsat yang diolah melalui metode klasifikasi penggunaan dan perubahan lahan. Hasilnya Kabupaten Labura mengalami perubahan yang relatif lambat. Perkebunan karet dan sawit mengalami perluasan lahan yang besar sedangkan hutan mangrove berubah fungsi dominan menjadi perkebunan. Sementara lahan terbuka mengalami perubahan terkecil yang juga mengarah ke perkebunan. Setelah dilakukan analisis tutupan lahan, dilakukan Seleksi Bivariat dengan menggunakan metode Logistic Regression Analysis (LRA) untuk mendapatkan faktor pendorong perubahan. Ada 7 variabel yang diduga mempengaruhi perubahan yaitu 1) jenis tanah, 2) kemiringan lereng, 3) curah hujan, 4) jumlah penduduk, 5) kepadatan penduduk, 6) jarak dari pusat kecamatan, dan 7) jarak dengan jalan utama. Hasil analisis menunjukan 6 variabel mempengaruhi dan hanya 1 variabel yakni curah hujan yang tidak mempengaruhi. Nilai positif pengaruh terbesar adalah jenis tanah. Semakin subur tanah maka perubahan semakin cepat terjadi. Nilai negatif pengaruh terbesar adalah jarak dari pusat kota yaitu kecamatan. Semakin jauh jarak dengan pusat kota, perubahan semakin cepat terjadi. Hal ini terjadi karena perkebunan dan pertanian yang lebih banyak mengalami perubahan berada jauh dari pusat pemukiman kecamatanan. Rekomendasi berupa perlunya zonasi tata ruang dan pengawasan alih fungsi lahan. }, pages = {107--116} doi = {10.14710/jil.19.1.107-116}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/36641} }
Refworks Citation Data :
Mengacu pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008, sejak tanggal 24 Juni 2008 Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) mulai berdiri sendiri sebagai kabupaten dan terpisah dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pada dasarnya wilayah pemekaran memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data BPS tahun 2019, sektor unggulan dan mata pencaharian di Kabupaten Labura adalah pertanian. Akan tetapi seiring berjalannya waktu usaha pertanian semakin menurun. Hal ini terjadi diduga karena perubahan tutupan lahan. Secara geografis pemekaran wilayah akan mempengaruhi perubahan tutupan penggunaan lahan. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi perlu dilakukan analisis tutupan lahan tahun 2010-2019, kurang lebih 10 tahun setelah masa pemekaran terjadi. Analisis tutupan lahan satu dekade ini dilakukan menggunakan Citra Landsat yang diolah melalui metode klasifikasi penggunaan dan perubahan lahan. Hasilnya Kabupaten Labura mengalami perubahan yang relatif lambat. Perkebunan karet dan sawit mengalami perluasan lahan yang besar sedangkan hutan mangrove berubah fungsi dominan menjadi perkebunan. Sementara lahan terbuka mengalami perubahan terkecil yang juga mengarah ke perkebunan. Setelah dilakukan analisis tutupan lahan, dilakukan Seleksi Bivariat dengan menggunakan metode Logistic Regression Analysis (LRA) untuk mendapatkan faktor pendorong perubahan. Ada 7 variabel yang diduga mempengaruhi perubahan yaitu 1) jenis tanah, 2) kemiringan lereng, 3) curah hujan, 4) jumlah penduduk, 5) kepadatan penduduk, 6) jarak dari pusat kecamatan, dan 7) jarak dengan jalan utama. Hasil analisis menunjukan 6 variabel mempengaruhi dan hanya 1 variabel yakni curah hujan yang tidak mempengaruhi. Nilai positif pengaruh terbesar adalah jenis tanah. Semakin subur tanah maka perubahan semakin cepat terjadi. Nilai negatif pengaruh terbesar adalah jarak dari pusat kota yaitu kecamatan. Semakin jauh jarak dengan pusat kota, perubahan semakin cepat terjadi. Hal ini terjadi karena perkebunan dan pertanian yang lebih banyak mengalami perubahan berada jauh dari pusat pemukiman kecamatanan. Rekomendasi berupa perlunya zonasi tata ruang dan pengawasan alih fungsi lahan.
Article Metrics:
Last update:
ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI POTONG COMMUNAL DAN NON COMMUNAL DI DESA AEK LEDONG KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA
Analysis of land cover changes case in the Batang Toru landscape
DETERMINAN PRODUKSI DAN ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH: STUDI KASUS DESA TANJUNG IBUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT
DESAIN REGULASI SPASIAL LANSKAP LAHAN PERTANIAN UNTUK KEMANDIRIAN PANGAN KABUPATEN MAJALENGKA HINGGA TAHUN 2045
KEBIJAKAN MENUJU KEMANDIRIAN BERAS, KASUS DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH
SIMULASI KEBIJAKAN PRODUKSI DAN PERDAGANGAN INDONESIA TERHADAP INDUSTRI GULA DOMESTIK
Last update: 2024-11-19 23:53:40
View My Stats
JURNAL ILMU LINGKUNGAN ISSN:1829-8907 by Graduate Program of Environmental Studies, School of Postgraduate Studies is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Based on a work at www.undip.ac.id.