skip to main content

Hubungan Pajanan Merkuri Dengan Gejala Neurologis Pada Penambang Emas Tradisional Di Kecamatan Mantikulore Kota Palu

Magister Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Open Access Copyright 2023 Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Menggunakan merkuri pada proses amalgamasi dapat menyebabkan gejala neurologis pada penambang emas tradisional. Penelitian awal ditemukan 5 orang bergejala neurologis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pajanan merkuri dengan gejala neurologis penambang emas tradisional di Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

Metode: Merupakan penelitian observasi analitik dengan metode kuantitatif dan desain cross-sectional. Populasi adalah penambang emas tradisional di Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Subjek penelitian adalah rambut 41 penambang emas tradisional di Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Data diperoleh dengan wawancara dan pengukuran sampel rambut responden yang diukur di laboratorium dengan metode ICP-MS. Data dinalisis menggunakan SPSS dengan uji-square untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel.

Hasil: Hasil penelitian menunjukan kadar merkuri rambut responden ditemukan terendah 0,8038 µg/gr dan tertinggi 99,6737 µg/g dengan rata-rata 9,76 µg/g. Menurut  WHO, ambang batas kadar Hg di rambut adalah 2 ppm. Penambang emas tradisonal di Kecamatan Mantikulore Kota Palu telah mengalami gejala neurologis berjumlah 63% yaitu sakit kepala, pelupa, mudah lelah, tremor, mati rasa, kesulitan berkosentrasi. Variabel yang berhubungan signifikan dengan gejala neurologis yaitu kadar merkuri 26(81,3%) dengan p-value=0,001, masa kerja >5 tahun ada 18(81,8%) dengan p-value=0,047, lama kerja >8 jam/hari 17(85,0%) dengan p-value=0,028, frekwensi pajanan >4 kali/hari 14(87,5%) dengan p-value=0,045, usia>40 tahun 14 (87,5%) dengan p-value=0,45.Analisis multivariat menjelaskan variabel yang sangat berisiko menimbulkan gejala neurologis pada penambang emas tradisional  yaitu kadar merkuri rambut dan masa kerja.

Simpulan: Ada hubungan signifikan antara kadar mercuri, masa kerja, lama kerja, frekuensi pajanan dan usia dengan gejala neurologis pada penambang emas tradisional di Kecamatan Manticulore, Kota Palu.

 

ABSTRACT

Title: The Relatinship Between Mercury Exposure and Neurological Symptoms On Traditional Gold Miners in Mantikulore District, Palu City

Background: Using mercury in amalgamation can cause neurological symptoms in traditional gold miners. Preliminary research found five people with neurological symptoms. This study aimed to determine the relationship between mercury exposure and neurological symptoms of conventional gold miners in Mantikulore District, Palu City.

Methods: This is an analytic observational study with a quantitative approach and a cross-sectional design. The population is traditional gold miners in Mantikulore District, Palu City. The research subject was the hair of 41 convenstional gold miners in Mantikulore District, Palu City. Data were obtained by interviewing and measuring respondents' hair samples in the laboratory using the ICP-MS method. Data were analyzed using SPSS with a chi-square to see whether there was a relationship between the variables.

Results:  Measurement of mercury levels in respondents' hair found the lowest was 0.8038 µg/gr, and the highest was 99.6737 µg/g. Traditional gold miners in Mantikulore Subdistrict, Palu City, experienced neurological symptoms totaling 63%, namely headaches, forgetfulness, fatigue, tremors, numbness, difficulty concentrating. Independent variables have a significant relationship (α=0.05) with neurological symptoms, namely, concentration s of mercury 26(81.3%) of  respondents with p-value=0,001, year’s of service >5 years, 18(81.8%) of respondents with p-value=0.047, length of work > 8 hours/day, 17( 85.0%) of respondents p-value= 0.028, frequency of exposure >4 times/day 14(87.5%) of respondentswith with p-value=0.045, age >40 year’s 14 (87,5%) of respondent with p-value=0,045. Analysis multivariate describes the variables that are very at risk of causing neurological symptoms in traditional gold miners, namely hair mercury levels and years of service.

Conclusion: There is a significant relationship between mercury levels, year’s of service, length of work frequency of exposure, and age, with neurological symptoms in traditional gold miners in Mantikulore sub-district, Palu city.

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  Turnitin
Turnitin
Subject
Type Turnitin
  Download (2MB)    Indexing metadata
 CTA
Copyright Transfer Agreement
Subject
Type CTA
  Download (138KB)    Indexing metadata
 ES
Etichal Statement
Subject
Type ES
  Download (208KB)    Indexing metadata
Keywords: Pajanan merkuri; kadar merkuri pada rambut; gejala geurologis; tambang emas tradisional

Article Metrics:

  1. Ilmu Kimia. 10 Sifat Merkuri dan Penjelasannya. In: Materi Kimia Dari Pakarakar. Jakarta, Indonesia: pakarkimia; 2022
  2. Sofia S, Ibrahim T, Risqa M. Neurological Status Disturbances Caused by Mercury Exposures from Artisanal Gold Mining Area in West Aceh, Aceh Province. 2017;1(PHICo 2016):57–61. https://doi.org/10.2991/phico-16.2017.53
  3. Abbas HH, Sakakibara M, Sera K, Arma LH. Mercury exposure and health problems in urban artisanal gold mining (UAGM) in Makassar, South Sulawesi, Indonesia. Geosci [Internet]. 2017;7(3). https://doi.org/10.3390/geosciences7030044
  4. Suhelmi R, Amqam H, Thaha RM. Distribusi Gejala Neurologi Pada Pengrajin Emas Di Kecamatan Wajo Kota Makassar. J Kesehat Masy Marit. 2020;3(1). https://doi.org/10.30597/jkmm.v3i1.10285
  5. Mirdat, Patadungan YS, Isrun. Status of Heavy Metal Mercury (Hg) in Soil in the Gold Mine Processing Area in Poboya Village, Palu City. E-journal Agrotekbis. 2013;1(2):127–34
  6. Albasar MI, Daud A, Maria IL. Pajanan Merkuri (Hg) pada Masyarakat di Kelurahan Poboya Kota Palu Sulawesi Tengah. E_Journal Progr Pascasarj Univ Hasanuddin. 2013;14(23):11
  7. Santoso FJ, Wahyudi HI, Isrun. Evaluasi Kandungan Logam Berat Merkuri ( Hg ) Pada Beberapa Tanaman Pangan Dan Palawija Di Sekitar Areal Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan Poboya , Kota Palu. e-J Agrotekbis. 2014;2(2):138–45
  8. Hidayanti R, Wawo A, Widodo S, Jafar N, Yusuf FN. Analisis Pengaruh Penambangan Emas Terhadap Kondisi Tanah Pada Pertambangan Rakyat Poboya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. 2017;5(3). https://doi.org/10.33536/jg.v5i3.141
  9. Nirmalasari R, Jaya AI, Ratianingsih R. Prediksi Pola Penyebaran Merkuri (Hg) Di Udara Pada Kondisi Steady State Di Kawasan Pertambangan Emas Poboya, Kota Palu Menggunakan Metode Beda Hingga. J Ilm Mat Dan Terap. 2016;10(1):89–97. https://doi.org/10.22487/2540766X.2013.v10.i1.7456
  10. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pengusahaan Tambang Mineral Batubara 2020. https://doi.org/10.56301/csj.v3i2.476
  11. Astolfi ML, Protano C, Marconi E, Massimi L, Piamonti D, Brunori M, et al. Biomonitoring of mercury in hair among a group of eritreans (Africa). Int J Environ Res Public Health. 2020;17(6). https://doi.org/10.3390/ijerph17061911
  12. Nurhastuti MI. Anatomi Tubuh dan Sistem Persarafan Manusia. Pena T, editor. Goresan Pena. 2018;236
  13. Hartati RS. Analisis Risiko Pajanan Merkuri Terhadap Efek Neuropsikologis Pada Masyarakat Di Lokasi Pengolahan Emas Desa Krueng Kalee Kecamatan Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2018. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara; 2018
  14. Syafruddin. Dampak Lama Bekerja Terhadap Kadar Merkuri ( Hg ) dalam Darah pada Pekerja Tambang Emas Tradisional di Desa Panton Luas Kabupaten Aceh Selatan. Vol. 79, Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara; 2015
  15. Arifin YI, Sakakibara M, Sera K. Impacts of artisanal and small-scale gold mining (ASGM) on environment and human health of Gorontalo utara regency, Gorontalo Province, Indonesia. Geosci. 2015;5(2):160–76. https://doi.org/10.3390/geosciences5020160
  16. Mulyadi I, Putrajaya F, Hasanah N, Sumiyati S. Mercury content on hair as an indication of mercury exposure on gold miners in Tambang Sawah Village, Lebong Regency. Ann Trop Med Public Heal. 2021;24(01). https://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24103
  17. Mahmud M, Lihawa F, Banteng B, Desei F, Saleh Y. Konsentrasi Merkuri Pada Rambut Kepala Dan Kesehatan Masyarakat Pada Lokasi Penambangan Emas Tradisional Buladu Kabupaten Gorontalo Utara. J Pengelolaan Sumberd Alam dan Lingkung. 2018;8(2):235–40. https://doi.org/10.29244/jpsl.8.2.235-240
  18. Agung Taufiqur Rokhman SY. Faktor-Faktor Yang Berhubugan Dengan Kadadr Merkuri Dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor [Internet]. J Conserv Dent. 2013; Vol. 16
  19. Novarianti. Analisis Faktor Risiko Paparan Merkuri ( Hg ) Pada Penambang Emas Di Kelurahan Kawatuna. Hasanuddin, Makassar; 2013
  20. Indah MF, Agustina N. Analisis Kadar Merkuri, Derajat Keasaman dan Faktor Risiko Kesehatan Pada Penambang Emas Tanpa Izin di Kecamatan Cempaka. Bul Penelit Kesehat. 2021;48(4):281–90. https://doi.org/10.22435/bpk.v48i4.3452
  21. Izza HSN. Hubungan Paparan Merkuri (Hg) Dengan Gangguan Fungsi Tiroid Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. J Kesehat Lingkung Indones. 2013;12(1):58–63
  22. Kementerian perindustrian. Undang - Undang RI No 13 Tahun 2003. Jakarta, Indonesia; 2003
  23. Rianto S, Setiani O. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Merkuri Pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. J Kesehat Lingkung Indones [Internet]. 2012;11(1):54–60
  24. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Jakarta; 2016
  25. Aprilyanti S. Pengaruh Usia dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus: PT. OASIS Water International Cabang Palembang). J Sist dan Manaj Ind. 2017;1(2):68. https://doi.org/10.30656/jsmi.v1i2.413
  26. Kementerian Luar Negeri. COP4.2 Konvensi Minamata di Bali Sukses Berikan Hasil Strategis dan Monumental [Internet]. Jakarta, Indonesia; 2022
  27. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2019 Tentang Penghapusan dan Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: sitkb3.menlhk.go.id; 2019

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-30 18:00:40

No citation recorded.