Jurusan Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{METANA50480, author = {Rendy Ardianto and Rizka Amalia}, title = {Optimasi Proses Deasetilasi Kitin menjadi Kitosan dari Selongsong Maggot menggunakan RSM}, journal = {METANA}, volume = {19}, number = {1}, year = {2023}, keywords = {maggot; selongsong, kitosan; deasetilasi; RSM}, abstract = { Maggot ( Hermetia illucens ) adalah organisme yang berasal dari telur Black Soldier Fly (BSF) dan salah satu organisme pembusuk karena mengonsumsi bahan-bahan organik untuk bertahan hidup. Di Indonesia budidaya Black Soldier Fly (BSF) semakin diminati belakangan ini. Dalam budidaya Black Soldier Fly selalu menghasilkan limbah berupa selongsong Black Soldier Fly yang masih belum banyak digunakan yaitu sekitar 2/5 dari total produksi. Saat ini selongsong maggot belum banyak dimanfaatkan. Padahal, selongsong maggot berpotensi menjadi bahan baku alternatif dalam produksi kitosan.. Dengan demikian, Black Soldier Fly (BSF) ini merupakan sumber baru biopolimer kitin yang menarik untuk diteliti dan digunakan dalam berbagai aplikasi. Untuk produksi kitin sendiri ada 3 tahap yaitu meliputi proses demineralisasi, deproteinasi, dan depigmentasi. Untuk mengubah kitin menjadi kitosan dilakukan proses deasetilasi. Nilai derajat deasetilasi sangat mempengaruhi kualitas kitosan yang dihasilkan. Faktor-faktor utama yang menentukan keberhasilan proses deasetilasi adalah suhu dan waktu ekstraksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui optimasi produksi kitosan berbasis selongsong maggot dengan variasi waktu dan suhu. Optimasi suhu dilakukan pada variasi suhu deasetilasi 60 o C, 70 o C, 80 o C dan variasi waktu 8, 10, dan 12 jam dengan metode Response Surface Metodhology (RSM). Derajat deasetilasi tertinggi diperoleh saat suhu 84,14214°C dengan waktu 10 jam menghasilkan 93,03823% Maggot (Hermetia illucens) is an organism that comes from Black Soldier Fly (BSF) eggs and is one of the decaying organisms because it consumes organic materials to survive. In Indonesia, the cultivation of the Black Soldier Fly has been increasingly in demand lately. In Black Soldier Fly cultivation, it always produces waste in the form of Black Soldier Fly casings which are still not widely used, which is around 2/5 of the total production. Currently maggot casings have not been used much. In fact, maggot sleeves have the potential to become alternative raw materials in chitosan production. Therefore, the Black Soldier Fly (BSF) is an interesting new source of biopolymer chitin for research and use in various applications. For the production of chitin itself there are 3 stages which include the process of demineralization, deproteination, and depigmentation. To convert chitin into chitosan, a deacetylation process is carried out. The degree of deacetylation greatly affects the quality of the chitosan produced. The main factors that determine the success of the deacetylation process are temperature and extraction time. Therefore, this research was conducted to determine the optimization of chitosan production based on maggot sleeves with variations in time and temperature. Temperature optimization was carried out at various deacetylation temperatures of 60oC, 70oC, 80oC and time variations of 8, 10 and 12 hours using the Response Surface Methodology (RSM) method. The highest degree of deacetylation was obtained at 84.14214°C for 10 hours to produce 93.03823% }, issn = {2549-9130}, pages = {1--12} doi = {10.14710/metana.v19i1.50480}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/50480} }
Refworks Citation Data :
Maggot (Hermetia illucens) adalah organisme yang berasal dari telur Black Soldier Fly (BSF) dan salah satu organisme pembusuk karena mengonsumsi bahan-bahan organik untuk bertahan hidup. Di Indonesia budidaya Black Soldier Fly (BSF) semakin diminati belakangan ini. Dalam budidaya Black Soldier Fly selalu menghasilkan limbah berupa selongsong Black Soldier Fly yang masih belum banyak digunakan yaitu sekitar 2/5 dari total produksi. Saat ini selongsong maggot belum banyak dimanfaatkan. Padahal, selongsong maggot berpotensi menjadi bahan baku alternatif dalam produksi kitosan.. Dengan demikian, Black Soldier Fly (BSF) ini merupakan sumber baru biopolimer kitin yang menarik untuk diteliti dan digunakan dalam berbagai aplikasi. Untuk produksi kitin sendiri ada 3 tahap yaitu meliputi proses demineralisasi, deproteinasi, dan depigmentasi. Untuk mengubah kitin menjadi kitosan dilakukan proses deasetilasi. Nilai derajat deasetilasi sangat mempengaruhi kualitas kitosan yang dihasilkan. Faktor-faktor utama yang menentukan keberhasilan proses deasetilasi adalah suhu dan waktu ekstraksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui optimasi produksi kitosan berbasis selongsong maggot dengan variasi waktu dan suhu. Optimasi suhu dilakukan pada variasi suhu deasetilasi 60oC, 70oC, 80oC dan variasi waktu 8, 10, dan 12 jam dengan metode Response Surface Metodhology (RSM). Derajat deasetilasi tertinggi diperoleh saat suhu 84,14214°C dengan waktu 10 jam menghasilkan 93,03823%
Maggot (Hermetia illucens) is an organism that comes from Black Soldier Fly (BSF) eggs and is one of the decaying organisms because it consumes organic materials to survive. In Indonesia, the cultivation of the Black Soldier Fly has been increasingly in demand lately. In Black Soldier Fly cultivation, it always produces waste in the form of Black Soldier Fly casings which are still not widely used, which is around 2/5 of the total production. Currently maggot casings have not been used much. In fact, maggot sleeves have the potential to become alternative raw materials in chitosan production. Therefore, the Black Soldier Fly (BSF) is an interesting new source of biopolymer chitin for research and use in various applications. For the production of chitin itself there are 3 stages which include the process of demineralization, deproteination, and depigmentation. To convert chitin into chitosan, a deacetylation process is carried out. The degree of deacetylation greatly affects the quality of the chitosan produced. The main factors that determine the success of the deacetylation process are temperature and extraction time. Therefore, this research was conducted to determine the optimization of chitosan production based on maggot sleeves with variations in time and temperature. Temperature optimization was carried out at various deacetylation temperatures of 60oC, 70oC, 80oC and time variations of 8, 10 and 12 hours using the Response Surface Methodology (RSM) method. The highest degree of deacetylation was obtained at 84.14214°C for 10 hours to produce 93.03823%
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-21 23:18:10
METANA diterbitkan oleh Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.