1Universitas Dipnegoro, Indonesia
2Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{SABDA62904, author = {Dinara Tsafina Asmarani and Vania Pramudita Hanjani}, title = {Makhluk Nyata Dunia Maya: Fenomena Alienasi Diri Para Non-Biner sebagai Dampak Ketaksaan Gender}, journal = {Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan}, volume = {15}, number = {2}, year = {2020}, keywords = {self-alienation, heternormativity, gender identity, non-binary}, abstract = { The phenomenon of self-alienation that is rampant in marginalized communities has become an issue of great concern. This bitter reality confirms the values and norms of heteronormativity that ensnare individuals with identities outside the binary in invisible shackles. In this case, the shackles do not come without cause; the concepts of shame and institutional power are believed to be the underlying factors of self-alienation. Through a comprehensive review of the literature, this research utilizes Michel Foucault's theory, which reveals that the body will always obey because there is power that supervises and regulates it. Therefore, we find a struggle of the complexity of problems in societal dynamics and heternormativity. This research uses participant observation techniques on a number of individuals with gender identities outside the binary spectrum, so that it will present varied perspectives and perceptions of the societal norms formed by the awareness of non-binary gender identities. The research found that the phenomenon of self-alienation among non-binary individuals is largely motivated by conservatism and inherent heteronormativity, leading to shame and bodily conformity. The combination of these reasons transforms into a binding factor that increasingly entangles individuals, thus causing the silencing of self-identity. Fenomena alienasi diri yang marak terjadi di kelompok masyarakat yang termarginalisasi telah menjadi isu yang penuh sorotan. Realitas pahit ini menegaskan nilai dan norma heteronormativitas yang menjerat individu dengan identitas di luar biner dalam belenggu tidak kasat mata. Dalam kasus ini, belenggu tersebut datang bukan tanpa sebab, konsep rasa malu dan kekuasaan institusi diyakini menjadi faktor yang melatar-belakangi terjadinya alienasi diri. Melalui peninjauan literatur secara komprehensif, penelitian ini menggunakan teori Michel Foucault yang mengungkap bahwa tubuh akan selalu patuh karena ada kekuasaan yang mengawasi dan mengaturnya. Oleh karena itu, kami menemukan adanya pergulatan kompleksitas permasalahan dalam dinamika sosial-masyarakat dan heternormativitas. Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan terhadap sejumlah individu dengan identitas gender di luar spektrum biner, sehingga akan menyajikan sudut pandang dan persepsi yang bervariasi mengenai norma masyarakat yang terbentuk akan adanya kesadaran identitas gender non-biner. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa fenomena alienasi diri yang terjadi di kalangan individu non-biner secara garis besar dilatar-belakangi oleh konservatisme dan heteronormativitas yang melekat sehingga memunculkan rasa malu dan kepatuhan tubuh terhadapnya. Kombinasi dari beberapa alasan tersebut menjelma sebagai faktor pengikat yang semakin menjerat individu, sehingga menyebabkan pembungkaman identitas diri menjadi semakin kuat. }, issn = {2549-1628}, doi = {10.14710/sabda.15.2.%p}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/view/62904} }
Refworks Citation Data :
The phenomenon of self-alienation that is rampant in marginalized communities has become an issue of great concern. This bitter reality confirms the values and norms of heteronormativity that ensnare individuals with identities outside the binary in invisible shackles. In this case, the shackles do not come without cause; the concepts of shame and institutional power are believed to be the underlying factors of self-alienation. Through a comprehensive review of the literature, this research utilizes Michel Foucault's theory, which reveals that the body will always obey because there is power that supervises and regulates it. Therefore, we find a struggle of the complexity of problems in societal dynamics and heternormativity. This research uses participant observation techniques on a number of individuals with gender identities outside the binary spectrum, so that it will present varied perspectives and perceptions of the societal norms formed by the awareness of non-binary gender identities. The research found that the phenomenon of self-alienation among non-binary individuals is largely motivated by conservatism and inherent heteronormativity, leading to shame and bodily conformity. The combination of these reasons transforms into a binding factor that increasingly entangles individuals, thus causing the silencing of self-identity.
Fenomena alienasi diri yang marak terjadi di kelompok masyarakat yang termarginalisasi telah menjadi isu yang penuh sorotan. Realitas pahit ini menegaskan nilai dan norma heteronormativitas yang menjerat individu dengan identitas di luar biner dalam belenggu tidak kasat mata. Dalam kasus ini, belenggu tersebut datang bukan tanpa sebab, konsep rasa malu dan kekuasaan institusi diyakini menjadi faktor yang melatar-belakangi terjadinya alienasi diri. Melalui peninjauan literatur secara komprehensif, penelitian ini menggunakan teori Michel Foucault yang mengungkap bahwa tubuh akan selalu patuh karena ada kekuasaan yang mengawasi dan mengaturnya. Oleh karena itu, kami menemukan adanya pergulatan kompleksitas permasalahan dalam dinamika sosial-masyarakat dan heternormativitas. Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan terhadap sejumlah individu dengan identitas gender di luar spektrum biner, sehingga akan menyajikan sudut pandang dan persepsi yang bervariasi mengenai norma masyarakat yang terbentuk akan adanya kesadaran identitas gender non-biner. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa fenomena alienasi diri yang terjadi di kalangan individu non-biner secara garis besar dilatar-belakangi oleh konservatisme dan heteronormativitas yang melekat sehingga memunculkan rasa malu dan kepatuhan tubuh terhadapnya. Kombinasi dari beberapa alasan tersebut menjelma sebagai faktor pengikat yang semakin menjerat individu, sehingga menyebabkan pembungkaman identitas diri menjadi semakin kuat.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-12-27 09:11:06
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to SABDA: Jurnal Kajian Kebudayaan and Faculty of Humanities Diponegoro University as publisher of the journal.
Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms and any other similar reproductions, as well as translations. The reproduction of any part of this journal, its storage in databases and its transmission by any form or media, such as electronic, electrostatic and mechanical copies, photocopies, recordings, magnetic media, etc. , will be allowed only with a written permission from SABDA: Jurnal Kajian Kebudayaan and Faculty of Humanities Diponegoro University.
SABDA: Jurnal Kajian Kebudayaan and Faculty of Humanities Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JTSiskom journal are sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
View My Stats