skip to main content

Makhluk Nyata Dunia Maya: Fenomena Alienasi Diri Para Non-Biner sebagai Dampak Ketaksaan Gender

1Universitas Dipnegoro, Indonesia

2Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 25 Dec 2020.
Editor(s): Yuniardi Fadilah

Citation Format:
Abstract

The phenomenon of self-alienation that is rampant in marginalized communities has become an issue of great concern. This bitter reality confirms the values and norms of heteronormativity that ensnare individuals with identities outside the binary in invisible shackles. In this case, the shackles do not come without cause; the concepts of shame and institutional power are believed to be the underlying factors of self-alienation. Through a comprehensive review of the literature, this research utilizes Michel Foucault's theory, which reveals that the body will always obey because there is power that supervises and regulates it. Therefore, we find a struggle of the complexity of problems in societal dynamics and heternormativity. This research uses participant observation techniques on a number of individuals with gender identities outside the binary spectrum, so that it will present varied perspectives and perceptions of the societal norms formed by the awareness of non-binary gender identities. The research found that the phenomenon of self-alienation among non-binary individuals is largely motivated by conservatism and inherent heteronormativity, leading to shame and bodily conformity. The combination of these reasons transforms into a binding factor that increasingly entangles individuals, thus causing the silencing of self-identity.


Fenomena alienasi diri yang marak terjadi di kelompok masyarakat   yang   termarginalisasi   telah   menjadi isu yang penuh sorotan. Realitas pahit ini menegaskan nilai dan norma heteronormativitas yang menjerat individu dengan identitas di luar biner dalam belenggu tidak kasat mata. Dalam kasus ini, belenggu tersebut datang bukan tanpa sebab, konsep rasa malu dan kekuasaan institusi diyakini menjadi faktor yang melatar-belakangi terjadinya alienasi diri. Melalui peninjauan literatur secara komprehensif, penelitian ini menggunakan teori Michel Foucault yang mengungkap bahwa tubuh akan selalu patuh karena ada kekuasaan yang mengawasi dan mengaturnya. Oleh karena itu, kami menemukan adanya pergulatan kompleksitas permasalahan dalam dinamika sosial-masyarakat dan heternormativitas. Penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan terhadap sejumlah individu dengan identitas gender di luar spektrum biner, sehingga akan menyajikan sudut pandang dan persepsi yang bervariasi mengenai norma masyarakat yang terbentuk akan adanya kesadaran identitas gender non-biner. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa fenomena alienasi diri yang terjadi di kalangan individu non-biner secara garis besar dilatar-belakangi oleh konservatisme dan heteronormativitas yang melekat sehingga memunculkan rasa malu dan kepatuhan tubuh terhadapnya. Kombinasi dari beberapa alasan tersebut menjelma sebagai faktor pengikat yang semakin menjerat individu, sehingga menyebabkan pembungkaman identitas diri menjadi semakin kuat.

Fulltext View|Download
Keywords: self-alienation, heternormativity, gender identity, non-binary

Article Metrics:

  1. Ariyanto, & Triawan, R. 2008. Jadi, Kau Tak Merasa Bersalah!? Jakarta: Arus Pelangi
  2. Bartky, S. L. 1990. Femininity and Domination: Studies in The Phenomenology of Opperession. New York: Routledge
  3. Berkowitz, D., Manohar, N. N., & Tinkler, J. E. 2010. Walk Like a Man, Talk Like a Woman: Teaching The Social Construction of Gender. Teaching Sociology, 38(2), 132-143
  4. Creswell, J. W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th ed.). Boston, MA: Pearson
  5. Davies, S. G. (2010). Gender Diversity in Indonesia: Sexuality, Islam and Queer Selves. New York: Routledge
  6. Davies, S. G. 2017. Pengaturan Seksualitas di Indonesia. Dalam L. R. Bennett, S. G. Davies, & I. M. Hidayana (Eds.), Seksualitas di Indonesia: Politik Seksual, Kesehatan, Keberagaman, dan Representasi (pp. 31–62). essay, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
  7. Fiani, C. N., & Han, H. J. 2018. Navigating Identity: Experiences of Binary and Non-Binary Transgender and Gender Non-Conforming (TGNC) Adults. International Journal of Transgenderism, 20(2-3), 181-194
  8. Foucault, M. 1978. The History of Sexuality: An Introduction. New York: Pantheon Books
  9. Foucault, M. 1995. Discipline and Punish. New York: Vintage Books
  10. Kartinaningdryani, I. 2019. Heteronormativitas, Wacana LGBT dan Perjuangan Komunitas Waria Melawan Stigma. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 6(2), 191-209
  11. Nurohim, S. 2018. Identitas dan Peran Gender Pada Masyarakat Suku Bugis. Sosietas, 8(1), 457–461
  12. Ortner, S. 1974. Is Female to Male as Nature is to Culture? Woman, Culture, and Society, 68- 87
  13. Parker, L. 2009. Religion, Class and Schooled Sexuality Among Minangkabau Teenage Girls. Bijdragen tot de taal-, land-en volkenkunde/Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia, 165(1), 62-94
  14. Richards, C., Bouman, W. P., Seal, L., Barker, M. J., Nieder, T. O., & T’Sjoen, G. 2016. Non-Binary or Genderqueer Genders. International Review of Psychiatry, 28(1), 95-102
  15. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
  16. West, C., & Zimmerman, D. H. 1987. Doing Gender. Gender & Society 1(2): 125-51
  17. Wieringa, S. E. 2017. Perdebatan Diskursif Mengenai Interseks di Indonesia: Stigma, Hak Asasi, dan Identitas. Dalam L. R. Bennett, S. G. Davies, & I. M. Hidayana (Eds.), Seksualitas di Indonesia: Politik Seksual, Kesehatan, Keberagaman, dan Representasi (pp. 255–274). essay, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
  18. Wospakrik, M. M. 2013. Gender dalam Perspektif Agama Kristen. DINAMIS, 2(12), 20-23
  19. Zubeir, R. 2012. Gender Dalam Perspektif Islam. An Nisa'a, 7(2), 119-133

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-27 09:11:06

No citation recorded.