STFT Widya Sasana, Malang, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{SABDA67870, author = {Covin Lumban Gaol and Wilson B. Lena Meo}, title = {Simbolisme Ulos dalam Tradisi Kematian Batak Toba: Perspektif Teori Interpretatif Simbolik Clifford Geertz}, journal = {Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan}, volume = {20}, number = {1}, year = {2025}, keywords = {}, abstract = { Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna simbolis ulos dalam ritual kematian masyarakat Batak Toba, menggunakan pendekatan interpretatif-simbolik Clifford Geertz. Sebagai kain tenun tradisional, ulos bukan hanya artefak budaya, tetapi simbol yang dijiwai dengan makna sosial dan spiritual yang mendalam. Melalui metode berbasis literatur kualitatif, penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam konteks kematian, ulos berfungsi sebagai simbol kesedihan yang mendalam, kehormatan akhir, dan harapan abadi bagi keluarga yang berduka. Ritual pemberian ulos mengungkapkan nilai-nilai komunal seperti menghormati almarhum, solidaritas antar kerabat, dan keberlangsungan hidup. Dengan demikian, ulos bertindak sebagai media simbolis yang mengikat yang hidup, yang mati, dan yang sakral, mencerminkan bagaimana masyarakat Batak Toba menafsirkan kematian bukan sebagai akhir, tetapi sebagai transisi dalam siklus kehidupan. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna simbolik ulos dalam ritus kematian masyarakat Batak Toba, dengan menggunakan pendekatan interpretatif simbolik Clifford Geertz. Ulos, sebagai kain adat khas Batak Toba, bukan sekadar benda budaya, melainkan simbol yang sarat makna sosial dan spiritual. Melalui pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka, penelitian ini menemukan bahwa dalam konteks kematian, ulos berperan sebagai simbol duka mendalam, penghormatan terakhir, serta pengharapan bagi keluarga yang ditinggalkan. Pemberian ulos dalam ritus kematian menunjukkan nilai-nilai kebudayaan yang hidup dalam komunitas Batak Toba, seperti penghormatan kepada leluhur, solidaritas keluarga, dan kelanjutan hidup. Dengan demikian, ulos menjadi sarana simbolik yang mengikat manusia dengan sesamanya, dengan leluhur, dan dengan kekuatan spiritual yang lebih tinggi. }, issn = {2549-1628}, pages = {97--108} doi = {10.14710/sabda.20.1.%p}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/view/67870} }
Refworks Citation Data :
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menggali makna simbolis ulos dalam ritual kematian masyarakat Batak Toba, menggunakan pendekatan interpretatif-simbolik Clifford Geertz. Sebagai kain tenun tradisional, ulos bukan hanya artefak budaya, tetapi simbol yang dijiwai dengan makna sosial dan spiritual yang mendalam. Melalui metode berbasis literatur kualitatif, penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam konteks kematian, ulos berfungsi sebagai simbol kesedihan yang mendalam, kehormatan akhir, dan harapan abadi bagi keluarga yang berduka. Ritual pemberian ulos mengungkapkan nilai-nilai komunal seperti menghormati almarhum, solidaritas antar kerabat, dan keberlangsungan hidup. Dengan demikian, ulos bertindak sebagai media simbolis yang mengikat yang hidup, yang mati, dan yang sakral, mencerminkan bagaimana masyarakat Batak Toba menafsirkan kematian bukan sebagai akhir, tetapi sebagai transisi dalam siklus kehidupan.
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna simbolik ulos dalam ritus kematian masyarakat Batak Toba, dengan menggunakan pendekatan interpretatif simbolik Clifford Geertz. Ulos, sebagai kain adat khas Batak Toba, bukan sekadar benda budaya, melainkan simbol yang sarat makna sosial dan spiritual. Melalui pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka, penelitian ini menemukan bahwa dalam konteks kematian, ulos berperan sebagai simbol duka mendalam, penghormatan terakhir, serta pengharapan bagi keluarga yang ditinggalkan. Pemberian ulos dalam ritus kematian menunjukkan nilai-nilai kebudayaan yang hidup dalam komunitas Batak Toba, seperti penghormatan kepada leluhur, solidaritas keluarga, dan kelanjutan hidup. Dengan demikian, ulos menjadi sarana simbolik yang mengikat manusia dengan sesamanya, dengan leluhur, dan dengan kekuatan spiritual yang lebih tinggi.
Note: This article has supplementary file(s).
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2025-06-07 15:41:26
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to SABDA: Jurnal Kajian Kebudayaan and Faculty of Humanities Diponegoro University as publisher of the journal.
Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms and any other similar reproductions, as well as translations. The reproduction of any part of this journal, its storage in databases and its transmission by any form or media, such as electronic, electrostatic and mechanical copies, photocopies, recordings, magnetic media, etc. , will be allowed only with a written permission from SABDA: Jurnal Kajian Kebudayaan and Faculty of Humanities Diponegoro University.
SABDA: Jurnal Kajian Kebudayaan and Faculty of Humanities Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JTSiskom journal are sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
View My Stats