skip to main content

Kandungan Merkuri dan Sianida pada Ikan yang Tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara

1Departemen PSP, FPIK-IPB Bogor, Jl. Agatis, Kampuas IPB Darmaga, Bogor. Hp. 085888656767, domu_psp@yahoo.com, Indonesia

2Politeknik Perdamaian Halmahera, Tobelo-Halmahera Utara, Indonesia

3Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Received: 8 Feb 2012; Published: 8 Feb 2012.

Citation Format:
Abstract

Aktivitas penambangan emas di sekitar Teluk Kao berdampak positif terhadap pendapatan daerah Kabupaten Halmahera Utara. Namun, penggunaan merkuri (Hg) dan sianida (CN) dalam proses ekstraksi emas dapat menimbulkan  pencemaran  perairan,  keracunan  dan  kematian  terhadap  sumberdaya  ikan.  Penelitian  ini bertujuan untuk mengetahui kandungan merkuri dan sianida pada tubuh ikan, dan menentukan tingkat kelayakan konsumsi ikan yang tertangkap dari Teluk Kao. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Data penelitian dikumpulkan dari bulan Maret-Juni 2010 di sekitar muara sungai tempat pembuangan limbah perusahaan penambangan emas Tanjung Taolas dan Akesone, di Teluk Kao. Sampel ikan yang diteliti adalah kakap merah, belanak, ikan biji nangka, dan udang. Analisis kandungan Hg dan CN pada tubuh ikan dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan metode Atomic Absoption Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian menunjukkan kandungan Hg pada organ hati dari keempat jenis ikan sampel berkisar 0,13-0,51 ppm. Kandungan Hg pada organ hati lebih tinggi dibandingkan dengan organ daging yang berkisar 0,03-0,19 ppm. Kandungan Hg tertinggi pada hati ikan ditemukan pada ikan biji nangka (0,45-0,51). Kandungan CN pada organ hati lebih tinggi (6,0-18,0 ppm) dibanding dengan organ daging (4,2-8,5 ppm). Mengacu pada standar yang ditetapkan oleh WHO, maka ikan kakap merah dan belanak tidak layak dikonsumsi. Daging ikan biji nangka dan udang masih layak dikonsumsi maksimal 300 gram/hari.

Kata kunci: merkuri, sianida, ikan konsumsi, Teluk Kao.

 

Gold mining activities around the Kao Bay have a positive impact on regional income of North Halmahera. However, the use of mercury (Hg) and cyanide (CN) in the gold extraction process can cause water pollution, poisoning and death of fish resources. This study aims to determine the content of mercury and cyanide on the fish body, and determine the feasibility level of consumption of fish caught from the Kao Bay. This research used survey method. Data were collected from March-June 2010 near waste disposal around the estuary of the river of gold mining companies in Tanjung Taolas and Akesone, Kao Bay. Samples of fish were observed are red snapper, mullet, jack fruit fish, and shrimp. Analysis of the Hg and CN content in fish body was conducted in Productivity and Environmental Waters Laboratory, Bogor Agricultural University using Absoption Atomic Spectrophotometry (AAS) method. The content of Hg in four species of fish liver samples ranged from 0.13 to 0.51 ppm. The content of Hg in liver was higher than with the organ meats that range from 0.03 to 0.19 ppm.  The highest Hg content in fish liver found in jackfruit fish (0.45 to 0.51). CN content of the liver was higher (6.0 to 18.0 ppm) compared with muscle (4.2 to 8.5 ppm). Referring to the standards by WHO, the red snapper and mullet inedible (can not eat for consumption). Jackfruit fish and shrimp still worth consumed for a maximum of 300 grams / day.

Key words: mercury, cyanide, fish consumption, Kao Bay.

Fulltext View|Download

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-10-30 11:01:30

  1. Mangrove forest utilization for sustainable livelihood through community-based ecotourism in kao village of north halmahera district

    Singgalen Y.A.. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 26 (2), 2020. doi: 10.7226/JTFM.26.2.155