1Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Indonesia
2Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Tanjungpura, Indonesia
3Program Studi D3 Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura;, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JIL37578, author = {Dika Riyani and Evi Gusmayanti and Muhammad Pramulya}, title = {Dampak Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Terhadap Emisi CO2 Pada Perkebunan Kelapa Sawit Di Lahan Gambut}, journal = {Jurnal Ilmu Lingkungan}, volume = {19}, number = {2}, year = {2021}, keywords = {Emisi CO2; gambut,;kelapa sawit; pemupukan}, abstract = { Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit selalu disertai dengan pemupukan, seperti pupuk hayati dan NPK. Namun kegiatan pemupukan ini berpotensi meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik gambut yang selanjutnya menghasilkan emisi CO 2 . Penelitian ini bertujuan untuk mengukur emisi CO 2 sebelum dan sesudah pemupukan hayati dan NPK dari perkebunan kelapa sawit fase belum menghasilkan (umur tanaman 3 tahun) dan fase menghasilkan (umur tanaman 12 tahun). Penelitian ini dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Emisi CO 2 yang diukur pada enam belas subplot dengan metode sungkup tertutup menggunakan sensor CO 2 Vaisala GMP343. Pengukuran emisi CO 2 dilakukan seminggu sekali dari bulan Agustus sampai Oktober 2020. Bersamaan dengan pengukuran emisi CO 2 dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara dan kedalaman muka air tanah yang diikuti pengambilan sampel tanah untuk analisis pH, Eh dan kadar air gravimetrik. Pengambilan sampel tanah terganggu untuk analisis kesuburan gambut dilakukan sebanyak tiga kali yaitu seminggu sebelum pengukuran emisi CO 2 , setelah aplikasi pupuk hayati dan setelah aplikasi pupuk NPK. Hasil penelitian menunjukan emisi CO 2 sebelum dan sesudah pemupukan tidak berbeda nyata. Rerata emisi CO 2 setelah pemupukan hayati cenderung lebih rendah dan kembali meningkat setelah pemupukan NPK. Besaran emisi CO 2 pada tanaman belum menghasilkan sebelum pemupukan sebesar 0,65 ± 0,36 g CO 2 m -2 jam -1 , setelah pemupukan hayati sebesar 0,56 ± 0,28 g CO 2 m -2 jam -1 dan setelah pemupukan NPK sebesar 0,60 ± 0,32 g CO 2 m -2 jam -1 . Sedangkan rerata emisi CO 2 pada lokasi tanaman menghasilkan sebelum pemupukan yaitu 0,53 ± 0,24 g CO 2 m -2 jam -1 , setelah pemupukan hayati 0,38 ± 0,18 g CO 2 m -2 jam -1 dan setelah pemupukan NPK meningkat menjadi 0,66 ± 0,43 g CO 2 m -2 jam -1 . ABSTRA CT Fertilization is a common practice when utilizing peatlands for oil palm plantation. It includes bio fertilizer and compound NPK fertilizer. However, fertilization may potentially increase microorganism activities leading to higher CO 2 emission. This study aims to measure CO 2 emissions before and after application of bio fertilizer and compound NPK fertilizer to oil palm plantations. This research was conducted on palm plantations in West Kalimantan. There are two plots of measurements i.e. immature oil palm, about 3 years of age and producing oil palm about 12 years of age, and every plot consists eight subplots. The measurement of CO 2 emissions carried out according to closed chamber method using Vaisala GMP343 CO 2 sensor once a week from August to October 2020. Along with measurement of CO 2 emissions, environmental factors were also measured, i.e. soil temperature, air temperature and groundwater level, pH, Eh and gravimetric water content. Sampling of disturbed soil for peat fertility analysis was carried out three times, a week before measuring CO 2 emissions, after application of bio-fertilizers and after application of compound NPK fertilizer. The results showed that CO 2 emissions before and after fertilization were not significantly different. The average CO 2 emission after biological fertilization tends to be lower than that before fertilizer application and tend to increase after NPK fertilization. The amount of CO 2 emission in immature plot before fertilization is 0,65 ± 0,36 g CO 2 m -2 hour -1 , after biological fertilization is 0,56 ± 0,28 g CO 2 m -2 hour -1 and after NPK fertilization is 0,60 ± 0,32 g CO 2 m -2 hour -1 . Meanwhile, the average CO 2 emission at the location of the plant produced before fertilization was 0,53 ± 0,24 g CO 2 m -2 hour -1 , after biological fertilization was 0,38 ± 0,18 g CO 2 m -2 hour -1 and after NPK fertilization increased to 0,66 ± 0,43 g CO 2 m -2 hour -1 . }, pages = {219--226} doi = {10.14710/jil.19.2.219-226}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/37578} }
Refworks Citation Data :
Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit selalu disertai dengan pemupukan, seperti pupuk hayati dan NPK. Namun kegiatan pemupukan ini berpotensi meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik gambut yang selanjutnya menghasilkan emisi CO2. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur emisi CO2 sebelum dan sesudah pemupukan hayati dan NPK dari perkebunan kelapa sawit fase belum menghasilkan (umur tanaman 3 tahun) dan fase menghasilkan (umur tanaman 12 tahun). Penelitian ini dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Emisi CO2 yang diukur pada enam belas subplot dengan metode sungkup tertutup menggunakan sensor CO2 Vaisala GMP343. Pengukuran emisi CO2 dilakukan seminggu sekali dari bulan Agustus sampai Oktober 2020. Bersamaan dengan pengukuran emisi CO2 dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara dan kedalaman muka air tanah yang diikuti pengambilan sampel tanah untuk analisis pH, Eh dan kadar air gravimetrik. Pengambilan sampel tanah terganggu untuk analisis kesuburan gambut dilakukan sebanyak tiga kali yaitu seminggu sebelum pengukuran emisi CO2, setelah aplikasi pupuk hayati dan setelah aplikasi pupuk NPK. Hasil penelitian menunjukan emisi CO2 sebelum dan sesudah pemupukan tidak berbeda nyata. Rerata emisi CO2 setelah pemupukan hayati cenderung lebih rendah dan kembali meningkat setelah pemupukan NPK. Besaran emisi CO2 pada tanaman belum menghasilkan sebelum pemupukan sebesar 0,65 ± 0,36 g CO2 m-2 jam-1, setelah pemupukan hayati sebesar 0,56 ± 0,28 g CO2 m-2 jam-1 dan setelah pemupukan NPK sebesar 0,60 ± 0,32 g CO2 m-2 jam-1. Sedangkan rerata emisi CO2 pada lokasi tanaman menghasilkan sebelum pemupukan yaitu 0,53 ± 0,24 g CO2 m-2 jam-1, setelah pemupukan hayati 0,38 ± 0,18 g CO2 m-2 jam-1 dan setelah pemupukan NPK meningkat menjadi 0,66 ± 0,43 g CO2 m-2 jam-1.
ABSTRACT
Fertilization is a common practice when utilizing peatlands for oil palm plantation. It includes bio fertilizer and compound NPK fertilizer. However, fertilization may potentially increase microorganism activities leading to higher CO2 emission. This study aims to measure CO2 emissions before and after application of bio fertilizer and compound NPK fertilizer to oil palm plantations. This research was conducted on palm plantations in West Kalimantan. There are two plots of measurements i.e. immature oil palm, about 3 years of age and producing oil palm about 12 years of age, and every plot consists eight subplots. The measurement of CO2 emissions carried out according to closed chamber method using Vaisala GMP343 CO2 sensor once a week from August to October 2020. Along with measurement of CO2 emissions, environmental factors were also measured, i.e. soil temperature, air temperature and groundwater level, pH, Eh and gravimetric water content. Sampling of disturbed soil for peat fertility analysis was carried out three times, a week before measuring CO2 emissions, after application of bio-fertilizers and after application of compound NPK fertilizer. The results showed that CO2 emissions before and after fertilization were not significantly different. The average CO2 emission after biological fertilization tends to be lower than that before fertilizer application and tend to increase after NPK fertilization. The amount of CO2 emission in immature plot before fertilization is 0,65 ± 0,36 g CO2 m-2 hour-1, after biological fertilization is 0,56 ± 0,28 g CO2 m-2 hour-1 and after NPK fertilization is 0,60 ± 0,32 g CO2 m-2 hour-1. Meanwhile, the average CO2 emission at the location of the plant produced before fertilization was 0,53 ± 0,24 g CO2 m-2 hour-1, after biological fertilization was 0,38 ± 0,18 g CO2 m-2 hour-1 and after NPK fertilization increased to 0,66 ± 0,43 g CO2 m-2 hour-1.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-27 12:55:40
View My Stats
JURNAL ILMU LINGKUNGAN ISSN:1829-8907 by Graduate Program of Environmental Studies, School of Postgraduate Studies is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Based on a work at www.undip.ac.id.