skip to main content

Dampak Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Terhadap Emisi CO2 Pada Perkebunan Kelapa Sawit Di Lahan Gambut

1Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Indonesia

2Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Tanjungpura, Indonesia

3Program Studi D3 Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura;, Indonesia

Received: 1 Apr 2021; Revised: 14 Jun 2021; Accepted: 26 Jun 2021; Available online: 28 Jun 2021; Published: 1 Aug 2021.
Editor(s): H Hadiyanto

Citation Format:
Abstract

Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit selalu disertai dengan pemupukan, seperti pupuk hayati dan NPK. Namun kegiatan pemupukan ini berpotensi meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik gambut yang selanjutnya menghasilkan emisi CO2. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur emisi CO2 sebelum dan sesudah pemupukan hayati dan NPK dari perkebunan kelapa sawit fase belum menghasilkan (umur tanaman 3 tahun) dan fase menghasilkan (umur tanaman 12 tahun). Penelitian ini dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat.  Emisi CO2 yang diukur pada enam belas subplot dengan metode sungkup tertutup menggunakan sensor CO2 Vaisala GMP343.  Pengukuran emisi CO2 dilakukan seminggu sekali dari bulan Agustus sampai Oktober 2020.  Bersamaan dengan pengukuran emisi CO2 dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara dan kedalaman muka air tanah yang diikuti pengambilan sampel tanah untuk analisis pH, Eh dan kadar air gravimetrik.  Pengambilan sampel tanah terganggu untuk analisis kesuburan gambut dilakukan sebanyak tiga kali yaitu seminggu sebelum pengukuran emisi CO2, setelah aplikasi pupuk hayati dan setelah aplikasi pupuk NPK.  Hasil penelitian menunjukan emisi CO2 sebelum dan sesudah pemupukan tidak berbeda nyata.  Rerata emisi CO2 setelah pemupukan hayati cenderung lebih rendah dan kembali meningkat setelah pemupukan NPK.  Besaran emisi CO2 pada tanaman belum menghasilkan sebelum pemupukan sebesar 0,65 ± 0,36 g CO2 m-2 jam-1, setelah pemupukan hayati sebesar 0,56 ± 0,28 g CO2 m-2 jam-1 dan setelah pemupukan NPK sebesar  0,60 ± 0,32 g CO2 m-2 jam-1.  Sedangkan rerata emisi CO2 pada lokasi tanaman menghasilkan sebelum pemupukan yaitu 0,53 ± 0,24 g CO2 m-2 jam-1, setelah pemupukan hayati 0,38 ± 0,18 g CO2 m-2 jam-1 dan setelah pemupukan NPK meningkat menjadi 0,66 ± 0,43 g CO2 m-2 jam-1.

ABSTRACT

Fertilization is a common practice when utilizing peatlands for oil palm plantation.  It includes bio fertilizer and compound NPK fertilizer.  However, fertilization may potentially increase microorganism activities leading to higher CO2 emission. This study aims to measure CO2 emissions before and after application of bio fertilizer and compound NPK fertilizer to oil palm plantations. This research was conducted on palm plantations in West Kalimantan. There are two plots of measurements i.e. immature oil palm, about 3 years of age and producing oil palm about 12 years of age, and every plot consists eight subplots. The measurement of CO2 emissions carried out according to closed chamber method using Vaisala GMP343 CO2 sensor once a week from August to October 2020. Along with measurement of CO2 emissions, environmental factors were also measured, i.e.  soil temperature, air temperature and groundwater level, pH, Eh and gravimetric water content.  Sampling of disturbed soil for peat fertility analysis was carried out three times, a week before measuring CO2 emissions, after application of bio-fertilizers and after application of compound NPK fertilizer. The results showed that CO2 emissions before and after fertilization were not significantly different. The average CO2 emission after biological fertilization tends to be lower than that before fertilizer application and tend to increase after NPK fertilization. The amount of CO2 emission in immature plot before fertilization is 0,65 ± 0,36 g CO2 m-2 hour-1, after biological fertilization is 0,56 ± 0,28 g CO2 m-2 hour-1 and after NPK fertilization is 0,60 ± 0,32 g CO2 m-2 hour-1.  Meanwhile, the average CO2 emission at the location of the plant produced before fertilization was 0,53 ± 0,24 g CO2 m-2 hour-1, after biological fertilization was 0,38 ± 0,18 g CO2 m-2 hour-1 and after NPK fertilization increased to 0,66 ± 0,43 g CO2 m-2 hour-1.

Fulltext View|Download
Keywords: Emisi CO2; gambut,;kelapa sawit; pemupukan

Article Metrics:

  1. Agus, F..2013. Kontroversi Pengembangan Perkebunan Sawit pada Lahan Gambut. Hlm 454-473. Dalam Haryono et al. (Eds.). Politik Pengembangan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta: IAARD Press
  2. Astiani, D., Burhanuddin. 2017. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Emisi CO2 di Lahan Gambut Terbuka. Prosiding Seminar Nasional Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (hal. 151-158). 23-24 Mei 2017. Pontianak: Universitas Tanjungpura
  3. Astiani, D., Mujiman, Hatta, M., Hanisah, Fifian, F., 2015. Soil CO2 Respiration Along Annual Crops or Land-cover Type Gradients on West Kalimantan Degraded Peatland Forest. Procedia Environmental Sciences, 28:132–141
  4. Aswandi, A., Sadono, R., Supriyo, H., Hartono, H. 2016. Kehilangan Karbon Akibat Drainae dan Degradasi Lahan Gambut Tropika di Trumon dan Singkil Aceh. J. Man & Ling, 23: 334-341
  5. Chadirin, Y., Krido Saptomo, S., Rudiyanto, R., Kazutoshi, O. 2016. Lingkungan Biofisik dan Emisi Gas CO2 Lahan Gambut untuk Produksi Biomassa yang Berkelanjutan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21: 146–151
  6. Darmadi.2019. Dampak Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Fluks CO2 di Lahan Gambut. Skripsi. Pontianak: Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura
  7. Fitra, S., Prijono, S., Maswar, M., 2019. The Effect of Fertilization of Peat Land on Soil Characteristics, CO2 Emissions, and Productivity of Rubber Plant. JTSL, 06: 1145–1156
  8. Gunarto, L. 2015. Bio Max Grow Tanaman. Jakarta: Kementrian Pertanian Republik Indonesia
  9. Gusmayanti, E., Anshari, G.Z., Pramulya, M., Ruliyansyah, A., 2019. CO2 fluxes from drained tropical peatland used for oil palm plantation in relation to peat characteristics and crop age after planting. Biodiversitas J. of Biol. Divers, 20: 1650-1657
  10. Hajoeningtijas. O., D. 2005. Mikro Biologi Pertanian. Jakarta: Graha Ilmu
  11. Handayani, E.P., Idris, K., Sabiham, S., Juniwati, S., Noordwijk, M.V. 2019. Emisi CO2 pada Kebun Kelapa Sawit di Lahan Gambut: Evaluasi Fluks CO2 di Daerah Rizosfer dan Non Rizosfer. J. Ilmu Tanah Dan Lingkung, 11: 8–13
  12. Juliandini, P. 2018. Analisis Emisi CO2 Dari Gambut Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan. Skripsi. Pontianak: Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura
  13. Juliansyah, G., Supijatno. 2018. Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah. Bul. Agrohorti, 6:32-41
  14. Marwanto, S., Sabiham, S., Sudadi, U. 2013. Pengaruh Kerapatan Akar, Pupuk dan Kedalaman Muka Air Tanah terhadap Emisi CO2 dari Tanah Gambut pada Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Tanah dan Iklim, 37: 9–18
  15. Maswar, 2009. Pengaruh Aplikasi Pupuk NPK Terhadap Kehilangan Karbon pada Lahan Gambut yang di Drainase. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi (hal. 171-178). 29-30 Juni 2012. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian
  16. Matysek, M., Leake, J., Banwart, S., Johnson, I., Page, S., Kaduk, J., Smalley, A., Cumming, A., Zona, D. 2019. Impact of fertiliser, water table, and warming on celery yield and CO2 and CH4 emissions from fenland agricultural peat. Science of The Total Environment, 667:179–190
  17. Miettinen, J., Shi, C., Liew, S.C. 2016. Land cover distribution in the peatlands of Peninsular Malaysia, Sumatra and Borneo in 2015 with changes since 1990. Global Ecology and Conservation, 6:67–78
  18. Pahan, I., 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisinis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya
  19. Pinsonneault, A.J., Moore, T.R., Roulet, N.T. 2016. Effects of long-term fertilization on peat stoichiometry and associated microbial enzyme activity in an ombrotrophic bog. Biogeochemistry, 129: 149–164
  20. Prayitno, M.B., Runtung, P.E.A. 2018. Pengaruh Muka Air Tanah dan Pupuk Nitrogen terhadap Emisi Karbon Tanaman Padi di Tanah Gambut. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal (hal 225-235). 18-19 Oktober 2018. Palembang: Unsri Press
  21. Prihutami, M.D., Gusmayanti, E., Pramulya, M. 2019. Fluks CO2 di Lahan Kelapa Sawit dan Hubungannya Dengan Faktor Lingkungan pada Siang Hari. Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa 1:57–67
  22. Putri, T.T.A., Syaufina, L., Anshari, G.Z. 2016. Emisi Karbon Dioksida (CO2) Rizosfer dan Non Rizosfer dari Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) pada Lahan Gambut Dangkal. Jurnal Tanah dan Iklim, 40: 43-50
  23. Rahsia, S.A., Gusmayanti, E., Nusantara, R.W., 2020. Emisi Karbondioksida (CO2) Lahan Gambut Pasca Kebakaran Tahun 2018 di Kota Pontianak. Jurnal Ilmu Lingkungan 18, 384–391
  24. Razak, F. R. 2019. Dampak Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Respirasi Heterotrofik di Lahan Gambut. Skripsi. Pontianak: Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura
  25. Salwati, S., Purnamayani, R., Firdaus, Endrizal. 2014. Respon Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Berbagai Amelioran (Studi Kasus Desa Arang-Arang Provinsi Jambi). Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
  26. Sano, T., Hirano, T., Liang, N., Hirata, R., Fujinuma, Y. 2010. Carbon dioxide exchange of a larch forest after a typhoon disturbance. For. Ecol. Manag, 260: 2214–2223
  27. Sihi, D., Inglett, P.W., Gerber, S., Inglett, K.S. 2018. Rate of warming affects temperature sensitivity of anaerobic peat decomposition and greenhouse gas production. Glob Change Biol, 24: 259–274
  28. Soewandita, H. 2018. Kajian Pengelolaan Tata Air dan Produktivitas Sawit di Lahan Gambut. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 19: 41–50
  29. Subuh, A. 2019. Fluks CO2 Malam Hari pada Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Skripsi. Pontianak: Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura
  30. Sukarman S, Mamat H.S. 2012. Karakteristik tanah gambut dan hubungannya dengan emisi gas rumah kaca pada perkebunan kelapa sawit di Riau dan Jambi. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan.4 Mei 2012. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
  31. Sulaeman, Suparto, Eviati, 2005. Petunjuk Teknis. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, Dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor
  32. Tiemeyer, B., Albiac Borraz, E., Augustin, J., Bechtold, M., Beetz, S., Beyer, C., Drösler, M., Ebli, M., Eickenscheidt, T., Fiedler, S., Förster, C., Freibauer, A., Giebels, M., Glatzel, S., Heinichen, J., Hoffmann, M., Höper, H., Jurasinski, G., Leiber-Sauheitl, K., Peichl-Brak, M., Roßkopf, N., Sommer, M., Zeitz, J. 2016. High emissions of greenhouse gases from grasslands on peat and other organic soils. Glob Change Biol, 22: 4134–4149
  33. Triadi, L.B., F. Adji, F., Lasmana, Y. 2018. Dampak Dinamika Muka Air Tanah pada Besaran Dan Laju Emisi Carbon Di Lahan Rawa Gambut Tropika. Jsda, 14: 15–30
  34. Uning R, Latif MT, Othman M, Juneng L, Mohd Hanif N, Nadzir MSM, Abdul Maulud KN, Jaafar WSWM, Said NFS, Ahamad F, Takriff MS. 2020. A Review of Southeast Asian Oil Palm and Its CO2 Fluxes. Sustainability. 12(12):5077-5092
  35. Winarna, W., Santoso, H., 2020. Karakteristik Emisi CO2 Tanah Gambut di Bawah Tegakan Kelapa Sawit. J. Penelitian Kelapa Sawit, 28: 41–50
  36. Winarna. 2015. Pengaruh Kedalaman Muka Air Tanah dan Dosis Terak Baja terhadap Hidrofobisitas Tanah Gambut, Emisi Karbon, dan Produksi Kelapa Sawit (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor
  37. Yusuf, M.A., Rahutomo, S., Winarna. 2017. Emisi CO2 pada Beberapa Praktek Kultur Teknis Kelapa Sawit di Lahan Gambut. J. Pertan. Trop, 4:75–83

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-27 12:55:40

No citation recorded.