skip to main content

Uji Spesifikasi Pengukuran PM10 Dengan EPAM5000 dan BAM 1020 Terhadap Kelembaban Udara

Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, Sumatera Barat, Indonesia

Received: 3 Nov 2021; Revised: 16 Dec 2021; Accepted: 1 Jan 2022; Available online: 10 Jan 2022; Published: 3 Apr 2022.
Editor(s): H. Hadiyanto

Citation Format:
Abstract

PM10 merupakan salah satu aerosol yang merupakan bagian dari partikel pencemar. Keberadaannya menempati  volume ruang di atmosfer dengan konsentrasi yang selalu tergabung dengan materi lainnya dan dipengaruhi oleh kondisi atmosfer setempat. Pengukuran PM10 pada periode waktu siang dan malam dengan menggunakan EPAM5000 dan BAM1020 telah dilakukan untuk mengetahui specifikasi alat terhadap hasil pengukuran pada responnya terhadap unsur cuaca (kelembaban). Data hasil pengukuran dan analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada hasil ukur konsentrasi PM10 pada periode malam pada EPAM5000 dan BAM1020 yang disebabkan oleh perbedaan pendukung instrument pada aliran udara masuk.  Adanya smart heather pada BAM1020 berfungsi untuk mengontrol kadar uap air dari aliran udara yang dihisap sedangan pada EPAM5000 udara yang dihisap langsung diukur kosentrasinya sehingga hasil ukur konsentrasi PM10 pada EPAM5000 lebih tinggi karena masih mengandung banyak uap air (aerosol hidroskopis). Adanya menu Manual Zero atau Auto Zero pada EPAM5000 untuk membersihkan optic sensor dan mereset menjadi 0 mg/m3. Pada periode malam, partikulat PM10 akan bergabung dengan uap air menyebabkan konsentrsi yang terukur pada EPAM5000 tinggi. Hal ini diperkuat oleh hasil korelasi menunjukkan bahwa nilai PM10 berkorelasi kuat terhadap kelembaban data pengukuran EPAM5000. Untuk ini perlu adanya metode untuk memisahkan PM10 dan materi lainnya (uap air) agar didapatkan nilai konsentarsi yang sebenarnya untuk menentukan kebijakan terkait kondisi udara yang terjadi.

ABSTRACT

PM10 is one of the aerosols which is part of polluting particles. Its existence occupies a volume of space in the atmosphere with a concentration that is always combined with other materials and is influenced by local atmospheric conditions. Measurement of PM10 in the time period of day and night using EPAM5000 and BAM1020 has been carried out to determine the specifications of the instrument on the measurement results in response to weather elements (humidity). Measurement data and correlation analysis indicate that there are differences in the results of measuring PM10 concentrations in the night period on EPAM5000 and BAM1020 due to differences in instrument support in the intake air flow. The presence of a smart heather on the BAM1020 functions to control the water vapor content of the sucked air stream, while on the EPAM5000 the air that is sucked is directly measured so that the concentration of PM10 on EPAM5000 is higher because it still contains a lot of water vapor (hydroscopic aerosol). There is a Manual Zero or Auto Zero menu on the EPAM5000 to clean the optical sensor and reset it to 0 mg/m3. During the night period, PM10 particulates will combine with water vapor causing concentrations measured at high EPAM5000. This is confirmed by the correlation results showing that the PM10 value has a strong correlation to the humidity of the EPAM5000 measurement data. For this, it is necessary to have a method for separating PM10 and other materials (water vapor) in order to obtain the actual concentration value to determine policies related to air conditions that occur.

Fulltext View|Download
Keywords: PM10; EPAM5000; BAM1020; Smart Heather; Aerosol Hidroskopis; Partikulat; Manual Zero

Article Metrics:

  1. Arya, P.S. (2001). Introduction to icrometeorology, Second Edition. San Diego, New York, Berkeley, Boston, London, Sydney, Tokyo, Toronto: Academic Press, Inc
  2. Burhanuddin, M. (2012). Koefisien Korelasi, Signifikansi, & Determinasi. Diakses dari https://alvinburhani.wordpress.com/2012/06/28/koefisien-korelasi-signifikansi-determinasi/
  3. Dua Pelita Mandiri. (2019). Haz-Dust EPAM-5000 Environmental Particulate Air Monitor, EPAM5000. Diakses dari http://duapelitamandiri.com/home/-haz-dust-epam-5000-environmental-particulate-air-monitor-epam-5000-97.html
  4. Chueinta, W, dan Hopke, P.K. (2001). Beta gauge for aerosol mass measurement. Aerosol Sci. Technol. 35, 840
  5. Handayani, D.T. (2012). Atmospheric Boundary Layer. Diakses dari https://www.academia.edu/7280881/AtmosphericBoundary_Layer
  6. Hart, D. (2010). BAM-1020 Smart Heater Idle Wattage Setting. Diakses dari https://www.metone.com/wp-content/uploads/2019/03/bam_heater_idle_wattage_setting.pdf
  7. Hermayana, F.F. (2012). Kajian Atmosfer Bawah Wilayah Tropis dan Subtropis. skripsi. F.MIPA.Bogor : Institut Pertanian Bogor
  8. Huang, C.H, dan Tai, C.Y. (2008). Relative Humidity Effect On PM2.5 Readings Recorded By Collocated Beta Attenuation Monitors. Environmental Engineering Science, 25 (7). DOI: 10.1089/ees.2007.0142
  9. Jacob, D.J. (1999). Introduction To Atmospheric Chemistry. New Jersey: Princetown University Press
  10. Jurnal lingkungan. (2010).Pencemar Antropogenik. Jurnal Lingkungan. Diakses dari https://jurnalingkungan.wordpress.com/sumber-pencemar-antropogenik
  11. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses dari https://kbbi.web.id/portabel
  12. Kho, D. (2020). Menghitung Koefisien Korelasi dengan Menggunakan Microsoft Excel. Teknik Elektronika. Diakses dari https://teknikelektronika.com/menghitung-koefisien-korelasi-dengan-menggunakan-microsoft-excel/
  13. Larasati,R. (2016). Awan dan Presipitasi. Diakses dari https://rlarasati.wordpress.com/2016/01/28/awan-dan-presipitasi/
  14. Met One Instrument, Inc . (2016). BAM 1020 Particulate Montor Operation Manual. BAM1020-9800REV W., 1600 NW Washington Blvd: Met One Instrument, Inc
  15. Mukono, H.J. (2008). Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan. Cetakan Ketiga. Surabaya : Airlangga University Press
  16. Pujiastuti,P.S.,Juli., dan Dirgawati, M. (2013). Karakteristik Anorganik PM10 di Udara Ambien Terhadap Mortalitas dan Morbiditas Pada KAwasan Industri di kota Bandung. Jurnal Institut Teknologi Nasional. 1 (1) :24-34
  17. R-Stats. (1999).Korelasi Pearson. Diakses dari https://www.rumusstatistik.com/2019/06/korelasi-pearson.html
  18. Sari,I.F. (2015). Proses Terjadinya Embun (Pengembunan). Diakses dari http://tamanbahasaindonesia.blogspot.com/2015/03/proses-terjadinya-embun-pengembunan.html,
  19. Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
  20. Sas, D.E. (2016). Batas Waktu Pagi, Siang, Sore Pada Jam. Diakses dari https://wawasan85.blogspot.com/2016/11/batas-waktu-pagi-siang-sore-pada-jam.html
  21. Schaefer Italy. (2020). Diffusing Wave Spectroscopy. Diakses dari https://www.schaefer-tec.it/it/cat-prodotti/diffusing-wave-spectroscopy-dws
  22. Sillin, J. (2018). The Planetary Boundary Layer. Diakses dari https://blog.weather.us/theplanetary-boundary-layer/
  23. SKC Inc. (1999). User’s Guide: SKC Environmental Particulate Air Monitor Model SKC EPAM-5000. 863 Valley View Road Eighty Four, PA: Environmental Devices Corporation
  24. Soedomo, M. (2001), Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah), Bandung : ITB
  25. Soemarwoto, O. (2004). Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta: Djambatan
  26. Stasiun GAW Bukit Kototabang, (2019). Laporan Sampling KU daerah Payakumbuh, Lubuk Basung, Dharmasraya, Padang tahun 2019. Bukit Kototabang: BMKG-Stasiun GAW Bukit Kototabang
  27. Taqiyya, M. (2014). Teknologi Modifikasi Cuaca. Majalah 1000guru. Diakses dari http://majalah1000guru.net/2014/02/modifikasi-cuaca
  28. Tjasyono, B. (2017). Mikrofisika Awan Dan Hujan. BMKG. Jakarta
  29. Wikipedia.(2013).Aerosol. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Aerosol

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-20 08:02:59

No citation recorded.