1Jurusan Fisika, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. H. Hadari Nawawi, Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, 78124, Indonesia
2Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JIL66236, author = {Novi Ramadhani and Andi Ihwan and Randy Ardianto}, title = {Analisis Fisis Atmosfer Saat Hujan Lebat Di Kabupaten Melawi Menggunakan Model WRF-ARW (Studi Kasus 30 Oktober 2021)}, journal = {Jurnal Ilmu Lingkungan}, volume = {23}, number = {3}, year = {2025}, keywords = {Hujan lebat, Bencana banjir; Model; WRF-ARW; Kabupaten Melawi}, abstract = { Pada akhir bulan Oktober hingga awal bulan November 2021 telah terjadi banjir akibat curah hujan tinggi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Banjir menggenangi sejumlah kecamatan di Kabupaten Melawi seperti Menukung dan Ella Hilir. Peningkatan banjir akibat curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan dampak kerugian material bahkan memakan korban jiwa. Kajian fisis atmosfer sangat diperlukan untuk memahami penyebab terjadinya hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan bencana banjir. Penelitian ini menerapkan model cuaca numerik Weather Research and Forecasting-Advanced Research WRF (WRF-ARW) untuk menganalisis kondisi fisis atmosfer saat kejadian banjir di Kabupaten Melawi dengan menggunakan data Final Global Data Assimilation System (FNL) untuk menjalankan model tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa beberapa parameter meteorologi menjadi faktor utama terjadinya hujan lebat yang menyebabkan banjir di Kabupaten Melawi. Parameter meteorologi seperti suhu udara, tekanan permukaan, kecepatan dan arah angin, kelembapan relatif, serta outgoing longwave radiation (OLR) dapat menyebabkan terjadinya hujan di Kabupaten Melawi. Sebelum hujan lebat terjadi di Kabupaten Melawi, terlebih dahulu ditandai dengan suhu udara yang tinggi mengakibatkan lajunya penguapan, tekanan permukaan yang rendah di beberapa wilayah yang menyebabkan terjadinya pola angin konvergensi, sehingga memunculkan awan-awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan. Kondisi atmosfer di Kabupaten Melawi yang lembab juga memicu terjadinya hujan lebat yang ditandai dengan nilai CAPE yang tinggi berkisar antara 1000 hingga 1300 J/kg. Hasil penelitian ini memberikan informasi penting yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Melawi untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir. Informasi tentang kondisi atmosfer yang dapat mendukung terjadinya hujan lebat memungkinkan adanya peringatan dini yang lebih akurat dan tepat waktu. }, pages = {597--604} doi = {10.14710/jil.23.3.597-604}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/66236} }
Refworks Citation Data :
Pada akhir bulan Oktober hingga awal bulan November 2021 telah terjadi banjir akibat curah hujan tinggi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Banjir menggenangi sejumlah kecamatan di Kabupaten Melawi seperti Menukung dan Ella Hilir. Peningkatan banjir akibat curah hujan yang tinggi dapat menimbulkan dampak kerugian material bahkan memakan korban jiwa. Kajian fisis atmosfer sangat diperlukan untuk memahami penyebab terjadinya hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan bencana banjir. Penelitian ini menerapkan model cuaca numerik Weather Research and Forecasting-Advanced Research WRF (WRF-ARW) untuk menganalisis kondisi fisis atmosfer saat kejadian banjir di Kabupaten Melawi dengan menggunakan data Final Global Data Assimilation System (FNL) untuk menjalankan model tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa beberapa parameter meteorologi menjadi faktor utama terjadinya hujan lebat yang menyebabkan banjir di Kabupaten Melawi. Parameter meteorologi seperti suhu udara, tekanan permukaan, kecepatan dan arah angin, kelembapan relatif, serta outgoing longwave radiation (OLR) dapat menyebabkan terjadinya hujan di Kabupaten Melawi. Sebelum hujan lebat terjadi di Kabupaten Melawi, terlebih dahulu ditandai dengan suhu udara yang tinggi mengakibatkan lajunya penguapan, tekanan permukaan yang rendah di beberapa wilayah yang menyebabkan terjadinya pola angin konvergensi, sehingga memunculkan awan-awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan. Kondisi atmosfer di Kabupaten Melawi yang lembab juga memicu terjadinya hujan lebat yang ditandai dengan nilai CAPE yang tinggi berkisar antara 1000 hingga 1300 J/kg. Hasil penelitian ini memberikan informasi penting yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah di Kabupaten Melawi untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir. Informasi tentang kondisi atmosfer yang dapat mendukung terjadinya hujan lebat memungkinkan adanya peringatan dini yang lebih akurat dan tepat waktu.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2025-06-03 01:29:02
View My Stats
JURNAL ILMU LINGKUNGAN ISSN:1829-8907 by Graduate Program of Environmental Studies, School of Postgraduate Studies is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Based on a work at www.undip.ac.id.