skip to main content

Percakapan Institusional antara Dokter dan Pasien dalam Bahasa Jepang

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Jl. Prof. DR. Selo Soemardjan Kampus, Pondok Cina, Beji, Depok City, West Java 16424, Indonesia

Received: 9 Feb 2024; Revised: 2 Feb 2024; Accepted: 8 Jun 2024; Published: 30 Jun 2024.
Open Access Copyright (c) 2024 AUTHOR under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Citation Format:
Abstract

Studi ini bertujuan menjelaskan tuturan dokter kepada pasien dalam percakapan institusional bahasa Jepang. Sumber data berupa ujaran-ujaran dokter kepada pasien dalam serial drama Jepang Koi wa Tsuzuku yo Dokomademo. Data penelitian dibuat transkripsinya menggunakan aplikasi ELAN, dan ditampilkan dengan metode transkripsi ortografis. Jumlah keseluruhan data adalah 137 tuturan dan 115 di antaranya adalah tuturan dalam percakapan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis tuturan dokter kepada pasien dalam percakapan institusional, yaitu (i) tuturan rencana tindakan, (ii) tuturan nasihat, dan (iii) tuturan pertanyaan kondisi pasien. Ketiga jenis tuturan ini masing-masing dibagi menjadi dua bagian berdasarkan mitra tuturnya, yaitu pasien dewasa dan anak-anak. Ada perbedaan ragam tutur dan cara memanggil pasien pada tuturan dokter kepada pasien dewasa dan anak-anak dalam percakapan institusional.

Fulltext View|Download
Keywords: Percakapan Institusional; Tuturan Dokter kepada Pasien; Bahasa Jepang

Article Metrics:

  1. Arminen, Ilkka. (2005). Institutional Interaction: Studies of Talk at Work. Burlington: Ashgate Publishing Company
  2. Atkinson, J. M. (1982). Understanding Formality: The Categorization and Production of “Formal” Interaction. The British Journal of Sociology, 33(1), 86–117. JSTOR. https://doi.org/10.2307/589338
  3. Backhaus, P. (2013). “Me Nurse, You Resident”: Institutional Role-Play in a Japanese Caring Facility. Dalam Communication in Elderly Care: Cross-Cultural Perspective (1 ed., hlm. 129–144). Bloomsbury Publishing
  4. Backhaus, P. (2018). Reclaiming agency in resident–staff interaction: A case study from a Japanese eldercare facility. Discourse Studies, 20(2), 205–220. https://doi.org/10.1177/1461445617734932
  5. Drew, P., & Heritage, J. (1992). Talk at Work: Language Use in Institutional and Work-Place Settings. Cambridge: Cambridge University Press
  6. Filia (2017). Wakimae dalam Performa Stimulus-Respons Bahasa Jepang pada Percakapan Tayang Bincang Televisi. Universitas Indonesia. Disertasi (tidak diterbitkan)
  7. Heritage, J. (2013). Language and Social Institutions: The Conversation Analytic View. 外国语(上海外国语大学学报, 36(4), 2–27. https://doi.org/doi: CNKI:SUN:WYXY.0.2013-04-001
  8. Kobayashi, Takuji. (2012). Minna no Nihongo I (2nd ed.). Tokyo: 3A Corporation
  9. Kobayashi, Takuji. (2013). Minna no Nihongo II (2nd ed.). Tokyo: 3A Corporation
  10. Monahan, R. (2018). Understanding Japan’s Sensei. Dalam The Wiley International Handbook of Educational Foundations (hlm. 189–204). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. https://doi.org/10.1002/9781118931837.ch12
  11. Obana, Y. (2012). Re-examination of yoroshiku onegaishimasu—The routine formula as the linguistic implementation of one’s tachiba-role. Journal of Pragmatics, 44(11), 1535–1548. https://doi.org/10.1016/j.pragma.2012.06.020
  12. Sacks, H., Schegloff, E. A., & Jefferson, G. (1974). A Simplest Systematics for the Organization of Turn-Taking for Conversation. Language, 50(4), 696–735. JSTOR. https://doi.org/10.2307/412243
  13. Schegloff, E. A. (1999). Discourse, Pragmatics, Conversation, Analysis. Discourse Studies, 1(4), 405–435. https://doi.org/10.1177/1461445699001004002
  14. Tanaka, K. (Direktur). (2020). Koi wa Tsuzuku yo Dokomademo [Serial Drama]. Tokyo: TBS
  15. Tanimori, Masahiro. (1994). Handbook of Japanese Grammar. Singapore: Tuttle Publishing

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-12 15:17:28

No citation recorded.