skip to main content

Perbandingan Kadar IL-10 Serum dengan dan Tanpa Infiltrasi Levobupivakain pada Nyeri Pasca Insisi

1Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi, Indonesia

2Semarang, Indonesia

Published: 1 Jul 2010.

Citation Format:
Abstract
Latar belakang: Nyeri insisi menyebabkan peningkatan hormon glukokortikoid yang memperlama penyembuhan luka. Transmisi nyeri dapat dihambat dengan infiltrasi Levobupivakain 0,25 %. Terapi ini akan mengurangi supresi imunitas seluler sehingga fungsi makrofag dalam membantu aktifasi sel T tidak terhambat. Aktifasi sel T ini diduga akan meningkatkan kadar IL-10 serum.
Tujuan: Membandingkan kadar IL-10 serum dengan dan tanpa infiltrasi Levobupivakain 0,25 %.
Metode: Dilakukan penelitian eksperimental laboratorik dengan disain “Randomized Post test only control group design”, pada tigapuluh lima ekor tikus Wistar. Kelompok penelitian dibagi menjadi tiga kelompok secara acak. Kelompok kontrol (K) lima ekor tikus, kelompok Perlakuan 1 (P1) dan kelompok Perlakuan 2 (P2) masing-masing limabelas ekor tikus. Kelompok kontrol (K) tikus dibius, tanpa insisi dan tanpa infiltrasi lalu diperiksa kadar IL-10 serumnya pada hari pertama. Kelompok Perlakuan 1 (P1) tikus dibius lalu dilakukan insisi sepanjang 2 cm dipunggung kedalaman subkutis dan injeksi tanpa Levobupivakain 0,25 % disekitar luka. Kelompok Perlakuan 2 (P2) tikus dibius laku dilakukan insisi sepanjang 2 cm dipunggung kedalaman subkutis dan infiltrasi dengan Levobupivakain 0,25 % disekitar luka. Injeksi pada kelompok P1 dan infiltrasi pada kel ompok P2 diulangi dua kali tiap 8 jam selama 24 jam. Kadar IL-10 serum kelompok P1 dan kelompok P2 diperiksa pada hari ke pertama, kedua dan ketiga. Dibandingkan kadar IL-10 serum antara ketiga kelompok. Analisis statistik dengan program SPSS 10,0 for windows.
Hasil: Dari hasil pengamatan rerata berat badan tikus pada ketiga kelompok berbeda tidak bermakna dengan p = 0,874 ( p > 0,05 ). Kadar IL-10 serum pada kelompok K 0,13 ± 0,02 pg/ml, sedangkan kelompok perlakuan 1 (P1) hari pertama 0,16 ± 0,12 pg/ml ; hari kedua 0,16 ± 0,06 pg/ml dan hari ketiga 0,18 ± 0,07 pg/ml. Terjadi kenaikan sebesar 23 % pada hari pertama dan hari kedua serta 38 % pada hari ketiga pada kelompok perlakuan 1 (P1). Kadar IL-10 serum kelompok P2 pada hari pertama, kedua dan ketiga adalah 0,21 ± 0,15 pg/ml : 0,30 ± 0,11 pg/ml ; 0,29 ± 0,13 pg/ml. Terjadi kenaikan sebesar 61 % pada hari pertama, 130 % pada hari kedua dan 123 % pada hari ketiga. Data parameter klinis ketiga kelompok terdistribusi normal ( p > 0,05 ). Kadar IL-10 serum pada ketiga kelompok berbeda bermakna dengan nilai p 0,000 (p < 0,05). Kenaikan kadar IL-10 serum tertinggi adalah pada kelompok dengan infiltrasi Levobupivakain 0,25 % pada hari kedua yaitu sebesar 130 %.
Kesimpula: Infiltrasi Levobupivakain 0,25 % disekitar luka insisi meningkatkan kadar IL -10 serum. Terjadi kenaikan sebesar 23 % pada hari pertama dan hari kedua serta 38 % pada hari ketiga pada kelompok perlakuan 1 (P1). Dan pada kelompok perlakuan 2 (P2) terjadi kenaikan sebesar 61 % pada hari pertama, 130 % pada hari kedua dan 123 % pada hari ketiga. Kenaikan kadar IL-10 serum tertinggi adalah pada kelompok infiltrasi dengan Levobupivakain 0,25 % yang terjadi pada hari kedua yaitu sebesar 130 %.
Fulltext
Keywords: kadar IL-10 serum; infiltrasi levobupivakain 0,25 %; nyeri insisi

Article Metrics:

Last update:

  1. Lemuru Fish Oil (Sardinella longiceps) Therapy on Periodontal Wistar Rats Induced with Porphyromonas gingivalis Bacteria: Osteoblast and Osteoclast

    Dian Widya DAMAİYANTİ, Widyastuti WİDYASTUTİ, Ayulistya PARAMİTA, Aditya MEGANTARA, Mohammad IBROHİM. Journal of Biotechnology and Strategic Health Research, 3 (2), 2019. doi: 10.34084/bshr.597830

Last update: 2024-04-20 10:49:40

No citation recorded.