BibTex Citation Data :
@article{J@TI2046, author = {Singgih Saptadi and Anggrila Pritasari and Purnawan Adi}, title = {PENENTUAN KEBIJAKAN PENGIRIMAN MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI UNTUK PERISHABLE PRODUCT DALAM SUPPLY CHAIN MULTI-ESELON (Studi Kasus di TIKA Bakery)}, journal = {J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri}, volume = {5}, number = {1}, year = {2012}, keywords = {}, abstract = { Sepanjang persaingan dalam dunia industri semakin kuat, supply chain management menjadi hal yang sangat penting. TIKA Bakery yang secara terus menerus memproduksi roti selalu berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen dengan cepat, murah, dan kualitas produk yang tetap terjamin. Untuk mencapai tujuan tersebut TIKA Bakery tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus bekerja sama dengan pedagang rotinya dan Trijaya Niaga Distributor selaku supplier tepung terigu. Agar koordinasi dan kerjasama dalam satu supply chain tersebut tidak terjadi perbedaan dan konflik yang merugikan satu sama lain, diperlukan suatu kebijakan integrasi supply chain, dimana dalam penelitian ini adalah kebijakan dalam hal aliran material. Produk yang dihasilkan TIKA Bakery termasuk perishable product, oleh karena itu faktor yang berpengaruh terhadap habisnya persediaan tidak hanya permintaan tetapi juga kerusakan. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pengiriman untuk mendukung pengelolaan persediaan roti TIKA Bakery. Hsin Rau, dkk pada tahun 2003 mengembangkan sebuah model yang menggabungkan tiga konsep, yaitu model persediaan untuk deteriorating item, sistem persediaan multi-eselon, dan integrasi supply chain. Dengan menggunakan model tersebut dihasilkan suatu usulan kebijakan pengiriman, yaitu frekuensi pengiriman bahan baku dari Trijaya Niaga Distributor ke TIKA Bakery adalah 16 kali pengiriman, frekuensi pengiriman roti dari TIKA Bakery ke pedagang adalah 25 kali pengiriman selama satu bulan. Selain itu kebijakan pengiriman tersebut memberikan keuntungan, diantaranya yaitu jumlah roti yang kembali ke TIKA Bakery karena rusak berkurang dari 28% menjadi 3,47%. Kata kunci: kebijakan, multi-eselon, perishable, integrasi As the industrial environment becomes more competitive, supply chain management has become essential. TIKA Bakery which continuously produces bread always tries to fulfil consumer demand in fast, cheap and well guaranteed products quality. To reach the target TIKA Bakery cannot do it alone, they have to work on a cooperative basis with TIKA Bakery’s bread retailers and Trijaya Niaga Distributor as wheat flour supplier. In order to avoid conflict and difference between one another in cooperation and coordination of supply chain which can harm one another, they need an integration supply chain policy, which in this research is policy in the case of material stream. TIKA Bakery’s products included perishable product, therefore factor that having an effect to the inventory not only the demand but also the damage. Because of that, need a delivery policy to support inventory management in TIKA Bakery. Hsin Rau, et al in 2003 developing a model joining three concepts, there are inventory model for perishable product, multi-echelon inventory system, and integration supply chain. By using the model that result a proposal in delivery policy, those are frequency delivery of raw material from Trijaya Niaga Distributor to TIKA Bakery is 16 delivery times and frequency delivery of bread from TIKA Bakery to the retailers is 25 delivery times during one month. In addition, the delivery policy gives profit, which is the quantity of bread that return to TIKA Bakery is decrease from 28% to 3,47%. Keyword: policy, multi-echelon, perishable, integration approach. }, issn = {2502-1516}, pages = {67--76} doi = {10.12777/jati.5.1.67-76}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/view/2046} }
Refworks Citation Data :
Sepanjang persaingan dalam dunia industri semakin kuat, supply chain management menjadi halyang sangat penting. TIKA Bakery yang secara terus menerus memproduksi roti selalu berusaha untukmemenuhi permintaan konsumen dengan cepat, murah, dan kualitas produk yang tetap terjamin. Untukmencapai tujuan tersebut TIKA Bakery tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan harus bekerja samadengan pedagang rotinya dan Trijaya Niaga Distributor selaku supplier tepung terigu. Agar koordinasidan kerjasama dalam satu supply chain tersebut tidak terjadi perbedaan dan konflik yang merugikan satusama lain, diperlukan suatu kebijakan integrasi supply chain, dimana dalam penelitian ini adalahkebijakan dalam hal aliran material. Produk yang dihasilkan TIKA Bakery termasuk perishable product,oleh karena itu faktor yang berpengaruh terhadap habisnya persediaan tidak hanya permintaan tetapi jugakerusakan. Untuk itu diperlukan suatu kebijakan pengiriman untuk mendukung pengelolaan persediaanroti TIKA Bakery. Hsin Rau, dkk pada tahun 2003 mengembangkan sebuah model yang menggabungkantiga konsep, yaitu model persediaan untuk deteriorating item, sistem persediaan multi-eselon, danintegrasi supply chain. Dengan menggunakan model tersebut dihasilkan suatu usulan kebijakanpengiriman, yaitu frekuensi pengiriman bahan baku dari Trijaya Niaga Distributor ke TIKA Bakeryadalah 16 kali pengiriman, frekuensi pengiriman roti dari TIKA Bakery ke pedagang adalah 25 kalipengiriman selama satu bulan. Selain itu kebijakan pengiriman tersebut memberikan keuntungan,diantaranya yaitu jumlah roti yang kembali ke TIKA Bakery karena rusak berkurang dari 28% menjadi3,47%.Kata kunci: kebijakan, multi-eselon, perishable, integrasi
As the industrial environment becomes more competitive, supply chain management has becomeessential. TIKA Bakery which continuously produces bread always tries to fulfil consumer demand in fast,cheap and well guaranteed products quality. To reach the target TIKA Bakery cannot do it alone, theyhave to work on a cooperative basis with TIKA Bakery’s bread retailers and Trijaya Niaga Distributor aswheat flour supplier. In order to avoid conflict and difference between one another in cooperation andcoordination of supply chain which can harm one another, they need an integration supply chain policy,which in this research is policy in the case of material stream. TIKA Bakery’s products includedperishable product, therefore factor that having an effect to the inventory not only the demand but alsothe damage. Because of that, need a delivery policy to support inventory management in TIKA Bakery.Hsin Rau, et al in 2003 developing a model joining three concepts, there are inventory model forperishable product, multi-echelon inventory system, and integration supply chain. By using the model thatresult a proposal in delivery policy, those are frequency delivery of raw material from Trijaya NiagaDistributor to TIKA Bakery is 16 delivery times and frequency delivery of bread from TIKA Bakery to theretailers is 25 delivery times during one month. In addition, the delivery policy gives profit, which is thequantity of bread that return to TIKA Bakery is decrease from 28% to 3,47%.Keyword: policy, multi-echelon, perishable, integration approach.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-22 10:43:05
Penulis yang mempublikasikan artikel pada jurnal J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri ini setuju dengan ketentuan sebagai berikut:
View statistics of J@ti Undip:
Articles in J@ti Undip are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License