skip to main content

Analisis Spasial Kejadian Filariasi di Kabupaten Demak Jawa Tengah

1Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University, Indonesia

2Faculty of Public Health, Diponegoro University, Indonesia

3Prodi Magister Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia

Open Access Copyright 2018 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA under http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Latar Belakang: Filariasis merupakan salah satu penyakit tular vektor yang kurang mendapatkan perhatian, termasuk kelompok Neglected Tropical Diseases (NTDs). Kabupaten Demak merupakan salah satu wilayah di Propinsi Jawa Tengah  yang merupakan daerah endemis filarisis (mf rate>1%). Kejadian filarisis di daerah ini diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik dan biologis (nyamuk) yang mempunyai peran penting dalam penyebaran penyakit filarisis. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya penderita baru,  mengidentifikasi kondisi lingkungan fisik dan biologi yang berkaitan dengan sebaran filarisis di Kabupaten Demak.

Matede: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional. Sebanyak 30 kasus filariasis dijadikan indek kasus yang selanjutnya dipilih secara purposif sebanyak 140 yang tinggal di sekitar 30 kasus tersebut untuk dilakukan pengamblan darah jari. Observasi lingkungan dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan (breeding places dan resting places) dari yang diduga sebagai nyamuk vektor filariasis. Penangkapan nyamuk dilakukan di sekitar rumah penderita filariasis. Pengukuran koordinat kasus filariais dilakukan dengan pesawat Geographic Positioning System (GPS). Pemeriksaan darah jadi jari dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) Propinsi Jawa Tengah. Sedang bedah nyamuk dilakukan di Balai Penelitian Vektor Penyakit Banjarnegara. Analisis data dlakukan secara deskriptif, analisis spasial dilakukan dengan software ArcGis 9.3.

Hasil: Penelitian ini tidak menemukan penderita baru filarisis (mf rate=0%). Sebanyak 129 ekor nyamuk telah dilakukan pembedahan dengan hasil semuanya negatip cacing filaria. Hasil identifikasi nyamuk menemukan spesies nyamuk Culex quinquefasciatus merupakan nyamuk yang dominan (72,86%) di lokasi penelitian.Terdapat breeding places (40%) berupa genangan air terbuka (SPAL) dan resting places (83,3%) berupa semak-semak di sekitar rumah penderita. Analisis spasial menunjukkan bahwa kasus filariasi hampir menyebar di seluruh wilayah Kaputaen Demak. Daerah cekungan aliran air nampaknya merupakan kondisi dimana kasus filariasis banyak terjadi.

 

Simpulan: Kasus filariasis hampir menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Demak dengan konsentrasi lebih banyak pada daerah cekungan aliran air Semarang-Demak.

 

ABSTRACT

Title: Spatial Analysis of Lymphatic Filariasis in Demak Dictric, Central Java

Background: Lymphatic filariasis (LF) is one of vector related diseaseswhich less attention from goverment, It was classified as Neglected Tropical Diseases (NTDs). Demak District is one of area in Central Jawa which was endemic of LF (mf rate>1%). It may be related to the physical and biologycal environment condition which have important role in the spreading of LF. This research aimed to identify new cases, find mosquitoe vector , and asses the condition of physical and biologycal environment related to the distribuion of LF cases in Demak District.

 

Methods: It was an observational research using cross-sectional design. As more as 30 LF cases defined as index case and then 140 persons living around index case were selected for blood testing of microfilaria. Observation was conducted to assess the presence of breeding and resting places for mosquitoes development. Mosquito collection was conducted around the houses the LF cases early in the morning. Site of LF cases were measured using Geographic Positioning System (GPS) Apparatus. Blood test for identifying microfilaria was performed at Province Health Labotatory of Centra Java. Mosquotoes dissection was performed at Research Institule of  Disease Vector Banjarnegara. Data would be analyzed descriptively and spatial analysis was performed using ArcGis 9.3.

Results: This research did’t find new cases of filariasis (mf rate=0%). As more as 129 mosquitoes had been dissected and all of them indicated negative of filarial worm. This research showed that Culex quinquefasciatus as dominant mosquitoe species with the proportion of 72,86%. Water puddle (40%) and small three (83,3%) were found as a good habitats located around the house of filariasis cases. Spatial analysis indicated that filariasis cases spread in all over area of Demak Distirct, and It concentated in the area of undergroud water flow of Semarang-Demak

Conclusion: Lymphatif Filariasis cases were nearly distributed all over area of Demak Distict and It was concentrated in area with underground water flow Semarang-Demak.

Fulltext View|Download
Keywords: Kasus filariasis; sebaran spasial; Demak. (Lymphatic Filarisis; spatial distribution; Demak)

Article Metrics:

  1. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor 94 tahun 2014, tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta; 2015
  2. World Health Organization. Global Programe to Eliminate Lymphatic Filariasis. Progress Report, 2014. Weekly Epidemiological Record 2015; 90(38): 489-504
  3. Ditjen P2M & PLP. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Nasional: Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2010
  4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehaan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang; 2016
  5. Short communication dengan Ka Bid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2017
  6. Upadhyayula SM, Mutheneni SR, Kadiri MR, Kumaraswamy S, Nagalla B. A Cohort Study of Lymphatic Filariasis on Socio Econoniic Conditions in Andhra Pradesh, India. PLoS ONE (online),7(3): e33779. Available from: www.plosone.org
  7. Jeevan BS, Valérie O, Garib DT. Mapping of lymphatic filariasis in Nepal. Filarial Journal 2003,2(2):1-9
  8. Windiastuti I.A, Suhartono, Nurjazuli. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah, Sosial Ekonomi, dan Perilaku Masyarakat denganKejadian Filariasis di Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 2013, 12(1): 51-57
  9. Sularno S, Raharjo M, Nurjazuli. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis Di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 2017, 16(1): 22-28
  10. Nurjazuli. Entomology Survey Based on Lymphatic Filariasis Locus in The District of Pekalongan City Indonesia. International Journal of Sciences: Basicand Applied Research2015, 22(1): 295-302
  11. Sapada, I.E., Anwar, C., Salni, et al. 2015. Environmental and socioeconomic factors associated with cases of clinical filariasis in Banyuasin District of South Sumatra, Indonesia. International Journal of Collaborative Research on Internal Medincine and PublichHalth 2015, 7(6):132-140
  12. Emmanuel C, Uttah. 2013. House type and demographic risk factors for sustained endemic filariasis in Sout-Eastern Nigeria. Pacific Journal of Medical Sciences2013, 11(2): 12-21
  13. Wulandhari SA, Pawenang ET. Analisis sapsial aspek kesehatan lingkungan dengan kejadian filariasis di Kota Pekalongan. Unnes Journal of Public Health 2017, 6(1): 59-67

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-04-19 23:32:08

No citation recorded.