skip to main content

Hubungan Antara Kejadian Infeksi Tinea Pedis Dengan Pekerja Jasa Cuci Mobil di Wilayah Jatibening

1Department of Dermatology and Venereology, Fakultas Kedokteran,, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta 13630, Indonesia

2Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang 50275, Indonesia

Open Access Copyright 2023 Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang: Tinea pedis adalah penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi jamur dermatofita ,yang mana penyakit ini terjadi pada daerah kulit seperti daerah punggung kaki, telapak kaki, pergelangan kaki, serta daerah interdigitalis. Pekerjaan sebagai pekerja jasa cuci mobil yang hampir setiap hari kontak langsung  dengan air  dapat menjadi salah satu faktor risiko terinfeksi tinea pedis. Tujuan dari  penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor kebersihan, durasi kerja, lama kerja dan pemakaian sepatu tertutup (sepatu bot) pada pekerja jasa cuci mobil dengan kejadian penyakit tinea pedis di wilayah Jatibening

Metode: Penelitian dilakukan menggunakan metode potong lintang. Data diperoleh berdasarkan kuesioner dan dibantu dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan KOH 10%. Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan metode aturan praktis, dengan jumlah sampel sebesar 30 responden. Hasil penelitian diolah menggunakan program statistik komputer SPSS memakai Chi-Square dan Mann-Whitney.

Hasil dan diskusi: hasil penelitian menunjukkan bahwa semua  responden berjenis kelamin laki-laki dengan mayoritas responden  berusia 11 dan 22 tahun (20%) dan mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA/SMK (30%). Dari hasil analisis bivariat tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara durasi kerja (nilai p = 0,321), faktor kebersihan (nilai p = 0,637), lama kerja (nilai p = 0,794), dan pemakaian sepatu tertutup (nilai p = 0,660) terhadap kejadian infeksi tinea pedis.

Simpulan: Faktor kebersihan perorangan, durasi kerja, lama kerja dan pemakaian sepatu tertutup selama bekerja tidak berhubungan dengan kejadian infeksi tinea pedis di tempat pencucian mobil di Jatibening, Bekasi. Perlu ditelti faktor resiko lainnya terhadap timbulnya tinea pedis pada pekerja jasa cuci mobil didaerah Bekasi.

 

ABSTRACT

Title : The Correlation between the incidence of Tinea Pedis Infection and Car Wash Workers in the Jatibening Region

Background : Tinea pedis is a disease caused by a dermatophyte fungal infection, which occurs in areas of the skin such as the back of the feet, soles, ankles, and the interdigital areas. Working as a car wash service worker who has direct contact with water almost every day can be a risk factor for infection with tinea pedis. The purpose of this study was to find out whether there is a relationship between cleanliness, duration of work, length of work and wearing closed shoes (boots) in car wash workers with the incidence of tinea pedis in the Jatibening region.

Methods : The research was conducted using a cross sectional method. Data were obtained based on a questionnaire and assisted by a physical examination and 10% KOH examination. Calculation of the sample size in this study using the rule of thumb method, with a sample size of 30 respondents. The results of the research were processed using the statistical computer program SPSS using Chi-Square and Mann-Whitney.

Results : the results showed that all respondents were male with the majority of respondents aged 11 and 22 years (20%) and the majority of respondents' last education was SMA/SMK (30%). From the results of bivariate analysis, there was no significant relationship between work duration (p value = 0.321), hygiene factor (p value = 0.637), length of work (p value = 0.794), and wearing of closed shoes (p value = 0.660) to the incidence of infection tinea pedis.

Conclusion : Personal hygiene, duration of work, length of labour, and wearing closed shoes have no significant correlation with the incidence of tinea pedis infection at a car wash in Jatibening, Bekasi. It is necessary to find other risk factors for the emergence of tinea pedis in car wash workers in the Bekasi area.

 

 

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  ES
Etichal Statement
Subject
Type ES
  Download (1MB)    Indexing metadata
 CTA
Copyright Transfer Agreement
Subject
Type CTA
  Download (290KB)    Indexing metadata
 Turnitin
Turnitin
Subject
Type Turnitin
  Download (1MB)    Indexing metadata
Keywords: tinea pedis; jasa cuci mobil

Article Metrics:

  1. Muhtadin F, Latifah I. Hubungan Tinea Pedis dengan Lamanya bekerja sebagai Nelayan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu Jakarta Utara. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2018;10(1):103–4. https://doi.org/10.37012/jik.v10i1.22
  2. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2013
  3. Husni H, Asri E, Gustia Rina. Identifikasi Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di Kelurahan Jati Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7(3): 331-335. https://doi.org/10.25077/jka.v7i3.882
  4. Budimulja U, Bramono K, Widyati S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Linuwih SW Menaldi S, editor. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018
  5. Odom R. Pathophysiology of dermatophyte infections. J Am Acad Dermatol. 1993;28(5):S2–7. https://doi.org/10.1016/S0190-9622(09)80300-9
  6. Agustine R. Perbandingan Sensitivitas Dan Spesifisitas Pemeriksaan Sediaan Langsung KOH 20% Dengan Sentrifugasi Dan Tanpa Sentrifugasi Pada Tinea Kruris. [Padang]: Universitas Andalas; 2012
  7. Oktavia A. Prvalensi dermatofitosis di poliklinik kulit dan kelamin RSUD Tangerang periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2011 [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2012
  8. Amalia AU. Karakteristik penderita dermatofitosis dibeberapa rumah sakit di wilayah Indonesia periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 [Sripsi]. Makassar: Universitas Bosowa; 2020
  9. Harlim A. Buku Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK UKI; 2019
  10. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Gupta R. Tinea Pedis-an Update. Asian J Med Sci, 2011; 2(2):134–8. https://doi.org/10.3126/ajms.v2i2.4430
  11. Sitepu EH, Muis K, Putra IB. Dermatophytes and bacterial superinfectives in tinea pedis patients at Haji Adam Malik Central Hospital, Medan-Indonesia. Bali Medical Journal. 2018 Aug 8;7(2): 452-456. https://doi.org/10.15562/bmj.v7i2.778
  12. Asali T, Natalia D. Uji Resistensi Jamur Penyebab Tinea Pedis pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak terhadap Griseofulvin. Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. 2018; 4(1): 579-587. https://doi.org/10.32585/jmiak.v1i1.125
  13. Napitupulu AN, Subchan P, Widodo AYL. Prevalensi dan Faktor Resiko Terjadinya Tinea Pedis pada Polisi Lalu Lintas Kota Semarang. Jurnal Kedokteran Diponogoro. 2016; 5(4):495–503
  14. Zulkoni A. Parasitologi Untuk Keperawatan, Kesmas dan Teknik Lingkungan. Makassar: Numed; 2011
  15. Toukabri N, Dhieb C, Euch D el, Rouissi M, Mokni M, Sadfi-Zouaoui N. Prevalence, Etiology, and Risk Factors of Tinea Pedis and Tinea Unguium in Tunisia. Canadian Journal of Infectious Diseases and Medical Microbiology. 2017; 9:1-9. https://doi.org/10.1155/2017/6835725
  16. Haryani S, Batubara DE. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Angka Kejadian Tinea Pedis Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Sonomartini kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara Sumatra. Jurnal Ilmiah Kohesi. 2021;5(2): 1-7. https://doi.org/10.25157/ma.v7i1.4479
  17. Kurniawati RD. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Tinea Pedis Pada Pemulung di TPA Jatibarang Semarang Jurnal Kesehat Lingkung Indones. 2006; 5(1): 25-28
  18. Soekandar TM. Dermatomikosis Superficilis Pedoman Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: FKUI; 2001
  19. Wardani I. Hubungan Praktik Kebersihan Diri dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Angka Scabies pada Pemulung di TPA Bakung Bandar Lampung. Universitas Diponogoro (Skripsi); 2007
  20. DermNet NZ. Tinea pedis. DermNet NZ, 2013 Apr [cited 2022 Jun 8]; Available from: https://dermnetnz.org/topics/tinea-pedis
  21. Supriyatin. Identifikasi Jamur Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes Pada Sela-sela jari kaki Pekerja Cuci Steam Motor dan Mobil yang Berada di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Jurnal Analis Kedokteran 2018; 1(1): 44-59
  22. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2008
  23. Best Practice. Tinea Pedis: Not Just the Curse of the Athlete. Best Practice Journal. 2014; 65: 33-38
  24. Mannis MJ, Huntley AC, Macsai MS, Huntley AC. Eye and Skin Disease. Philadelphia: Lippincott-Raven; 1996
  25. Reddy K. Fungal Infections (Mycoses): Dermatophytoses (Tinea, Ringworm). Journal of Gandaki Medical College-Nepal. 2017;10(01): 1-13. https://doi.org/10.3126/jgmcn.v10i1.17901
  26. Durdu M, Ilkit M. Tinea pedis: The Etiology And Global Epidemiology of a Common Fungal Infection. Critical Reviews Microbiology. 2015; 41(3): 374-388, DOI: 10.3109/1040841X.2013.856853
  27. Rosida F, Ervianti E. Penelitian Retrospektif: Mikosis Superfisialis (Retrospective Study: Superficial Mycoses). Journal Unair [Internet]. 2017 Aug [cited 2022 Feb 2];117–23. Available from: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/download/5561/3403

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-26 02:58:26

No citation recorded.