skip to main content

Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Leptospirosis Di Dinas Kesehatan Kota Semarang

*Charisna Neilal Muna  -  Suyatno Farm Kabupaten Semarang, Indonesia
Farid Agushybana scopus  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia
Mursid Raharjo  -  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Kasus leptospirosis masih menjadi perhatian terutama di negara tropis, seperti Indonesia. Kota Semarang menjadi salah satu kota dengan kejadian leptospirosis yang mengalami peningkatan dalam 2 tahun terakhir. Surveilans epidemiologi dilakukan dalam rangka pengendalian leptospirosis. Permasalahan yang terjadi dalam surveilans leptospirosis, yaitu manajemen data yang kurang lengkap, informasi dan pemetaan kasus kurang informatif, serta akses pengguna terhadap ketersediaan data yang kurang memadai. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengembangan sistem informasi surveilans leptospirosis dengan SIG dalam mendukung pengendalian berdasarkan faktor risiko lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Metode penelitian adalah research action dengan pendekatan kualitatif, serta pengembangan sistem dengan metode FAST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas informasi yang dihasilkan menurut aspek kemudahan, kelengkapan, ketersediaan, keakuratan, dan ketepatan waktu telah dinilai lebih baik dan mampu mengatasi permasalahan yang ada sebelumnya untuk mendukung tindakan pengendalian. Sistem informasi surveilans leptospirosis dapat diaplikasikan di sarana pelayanan kesehatan untuk melaporkan kasus secara langsung agar jangkauan data dan informasi lebih luas, akurat, dan efisien.


Fulltext View|Download
Keywords: Sistem Informasi, surveillance, leptospirosis

Article Metrics:

  1. WHO. Human Leptospirosis: Guidance For Diagnosis, Surveillance And Control. Geneva: World Health Organization/ International Leptospirosis Society; 2003
  2. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017
  3. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang; 2016
  4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit) Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011
  6. Gracie R, Barcellos C, Magalhaes M, Santos RS, Barrocas PRG. Geographical Scale Effects on the Analysis of Leptospirosis Determinants. International Journal of Environmental Research and Public Health, 2014; 11:p.10366-10383
  7. Abass RS, Alla MY, El-Eragi AM. Spatial Risk Analysis of Water Borne Diseases (Bovine Leptospirosis) in the Rive Nile State-Sudan. Journal of Geographic Information System, 2014; 6:p.1-10
  8. Irwansyah E. Sistem Informasi Geografis: Prinsip Dasar dan Pengembangan Aplikasi. Yogyakarta: Digibooks; 2013
  9. Zhang, LQ. Geospatial Informatics Techniques Based Reproductive Health Surveillance System. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, 2008; 37(7):p.171-176
  10. Sunaryo S. Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan dan Penentuan Zona Kerawanan Leptospirosis di Kota Semarang. Research and Development Animal Born Deseases Control Station Banjarnegara Central Java, 2009

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-03-27 15:31:05

No citation recorded.