BibTex Citation Data :
@article{Kapal12400, author = {Amir Marasabessy and Saut Siagian}, title = {ANALISIS KERETAKAN PELAT ZONA LAMBUNG KAPAL BERBAHAN FIBER GLASS}, journal = {Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan}, volume = {13}, number = {3}, year = {2016}, keywords = {laminasi; blistering; zona lambung; fiber glass; keretakan}, abstract = { Produksi kapal fiber glass di berbagai galangan kapal di Indonesia proses laminasi masih dilakukan secara manual ( hand lay - up ) di areal terbuka, hal ini sangat rentang terjadi udara terperangkap ( air trap ) yang dapat menimbulkan lepuh ( blistering ). Perawatan pitting defect akibat blistering , oleh galangan kapal hanya di sekrap, dibersihkan, didempul, diratakan/ dihaluskan dan gelcoat painting . Tujuan penelitian adalah menyelidiki penyebab kerusakan/ keretakan pelat zona lambung berkaitan dengan blistering . Metode yang digunakan adalah mengamati proses produksi dan pemeliharaan zona lambung kapal fiber glass dan pengujian pelat blistering zona lambung yang dibandingkan dengan pelat asli menggunakan peralatan uji FTIR sesuai standar ASTM E1252-07 dengan metode ATR dan Morphology Analysis . Sesuai pengamatan lapangan, galangan kapal tidak melakukan pengukuran kandungan air diarea blistering yang terdapat pitting defect sehingga terjadi peristiwa osmosis sebagaimana ditunjukan pada spektrum FTIR yakni terjadi penurunan intensitas bilangan gelombang dari gugus puncak 1724 cm -1 ke 1722 cm -1 disamping terdapat puncak tambahan pada sampel pelat blister akibat reaksi hidrolisa pada serat penguat, juga terdapat kerusakan yang signifikan pada pelat blistering dan terdapat rongga sehingga menimbulkan kelembaban dalam serat penguat. Dalam waktu (2 s/d 3) tahun serat penguat akan menjadi rapuh/getas sehingga jika terjadi benturan dengan gelombang laut atau objek lain dapat menyebabkann kerusakan/keretakan. }, issn = {2301-9069}, pages = {99--108} doi = {10.14710/jmki.%v.%i.%Y.41-45}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/view/12400} }
Refworks Citation Data :
Produksi kapal fiber glass di berbagai galangan kapal di Indonesia proses laminasi masih dilakukan secara manual (hand lay-up) di areal terbuka, hal ini sangat rentang terjadi udara terperangkap (air trap) yang dapat menimbulkan lepuh (blistering). Perawatan pitting defect akibat blistering, oleh galangan kapal hanya di sekrap, dibersihkan, didempul, diratakan/ dihaluskan dan gelcoat painting. Tujuan penelitian adalah menyelidiki penyebab kerusakan/ keretakan pelat zona lambung berkaitan dengan blistering. Metode yang digunakan adalah mengamati proses produksi dan pemeliharaan zona lambung kapal fiber glass dan pengujian pelat blistering zona lambung yang dibandingkan dengan pelat asli menggunakan peralatan uji FTIR sesuai standar ASTM E1252-07 dengan metode ATR dan Morphology Analysis. Sesuai pengamatan lapangan, galangan kapal tidak melakukan pengukuran kandungan air diarea blistering yang terdapat pitting defect sehingga terjadi peristiwa osmosis sebagaimana ditunjukan pada spektrum FTIR yakni terjadi penurunan intensitas bilangan gelombang dari gugus puncak 1724 cm-1 ke 1722 cm-1 disamping terdapat puncak tambahan pada sampel pelat blister akibat reaksi hidrolisa pada serat penguat, juga terdapat kerusakan yang signifikan pada pelat blistering dan terdapat rongga sehingga menimbulkan kelembaban dalam serat penguat. Dalam waktu (2 s/d 3) tahun serat penguat akan menjadi rapuh/getas sehingga jika terjadi benturan dengan gelombang laut atau objek lain dapat menyebabkann kerusakan/keretakan.
Article Metrics:
Last update:
KEKUATAN BENTURAN KAPAL KAYU 5-7 GT SAAT MERAPAT KE DERMAGA: UPAYA UNTUK MENENTUKAN KETEBALAN MINIMAL LAMINASI FRP
Last update: 2024-11-20 07:44:33
View statistics
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.