skip to main content

PERBANDINGAN FUNGSI KALIMAT KONDISIONAL TEWA DAN BAAI BERDASARKAN MODALITAS DAN TEORI TERITORI INFORMASI

*Ari Artadi  -  Department of Japanese Language and Culture, Darma Persada University, Jl. Haji Nuar No.92 RT 08 RW06 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jakarta 13450., Indonesia
Hari Setiawan  -  Department of Japanese Language and Culture, Darma Persada University, Jl. Haji Nuar No.92 RT 08 RW06 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jakarta 13450., Indonesia
Open Access Copyright (c) 2024 KIRYOKU under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract
Bahasa Jepang pada umumnya menggunakan pola kalimat to, tara, reba, dan nara untuk membentuk kalimat kondisional. Namun, kalimat kondisional bahasa Jepang juga dapat dibentuk dengan menggunakan pola tewa dan baai. Penjelasan tentang fungsi, makna, dan perbandingan pola kalimat kondisional tewa dan baai tersebut perlu diteliti. Dalam penelitian ini, kalimat kondisional yang dikumpulkan dari korpus media surat kabar Jepang akan dianalisis berdasarkan jenis kalimat kondisional, modalitas, dan teori teritori informasi. Analisis menunjukkan bahwa fungsi utama kalimat kondisional tewa adalah kalimat kondisional repetitif yang menunjukkan perihal yang tidak diinginkan. Modalitas yang digunakan adalah modalitas aletis atau modalitas epistemik. Modalitas intensional dan deontik tidak ditemukan dalam kalimat kondisional tewa. Oleh karena itu, kandungan informasi kalimat kondisional tewa berada dalam teritori penutur dan mitra tutur. Sebaliknya, fungsi utama kalimat kondisional baai adalah kalimat kondisional hipotetis yaitu untuk menunjukkan hipotesis atau asumsi yang kuat. Modalitas yang digunakan dalam kalimat kondisional baai beragam, mulai dari modalitas intensional hingga modalitas aletis. Oleh karena itu, informasi dalam kalimat kondisional baai berada di wilayah pembicara.
Fulltext View|Download
Keywords: kalimat kondisional; jenis kalimat kondisional; fungsi; modalitas; teritori informasi

Article Metrics:

  1. Alwi, Hasan. (1992). Modalitas Dalam Bahasa Indonesia. Kanisisus. Yogjakarta. Indonesia
  2. Akiko, Hazunuma., Arita, Sestsuko., dan Naoko, Maeda. (2001). Jokenhyougen. Kuroshio
  3. Artadi, Ari. (2014). Nihongo to Indoneshia-go no jōken bun no taishō kenkyū: Yōhō to omo-bushi no modariti o chūshin ni. (A Contrastive study of Japanese and Indonesian Language Conditional Sentence: Focusing on Usage and Main Clause Modality). Dissertation at Daito Bunka University. https://ci.nii.ac.jp/naid/500000971596
  4. Artadi, Ari., & Setiawan, Hari. (2020). Penggunaan dan Fungsi Kalimat Kondisional Bahasa Jepang “to”, “tara”, “reba” dan “nara” Berdasarkan Modalitas dan Teori Teritori Informasi. JLA (Jurnal Lingua Applicata) 4 (1), 41-52
  5. Artadi, Ari., & Setiawan, Hari. (2024). Perbandingan Fungsi Kalimat Kondisional Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia Berdasarkan Modalitas dan Teori Teritori Informasi. Proceedings of ASJI Annual International Symposium and Seminar on Japanese Studies in Indonesia, 336 – 358
  6. Artadi, Ari., Setiawan, Hari., Ladyansyah, Aulia Riszky. (2019). Fungsi dan Penggunaan Kalimat Kondisional Bahasa Jepang “tewa” dan “baai” Berdasarkan Modalitas dan Teori Teritori Informasi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2018-2019. Universitas Darma Persada. Jakarta. Indonesia
  7. Chaer, Abdul. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. PT Rineka Cipta. Jakarta. Indonesia
  8. Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. PT Rineka Cipta. Jakarta. Indonesia
  9. Kamio, Akio. (1990). Jouhou no Nawabari Riron.Taishukanshoten. Tokyo. Japan
  10. Kobayashi, Kenji. (1996). Nihongo no Jokenhyougen no Kenkyu. Hitsujishobo. Tokyo. Japan
  11. Kuno, Susumu. (1973). Nihonbunpo Kenkyuu. Taishukanshoten. Tokyo. Japan
  12. Maeda, Naoko. (2009). Nihongo no fukubun. Kuroshio. Tokyo. Japan
  13. Masuoka, Takeshi. (1991). Modariti. Kuroshio. Tokyo. Japan
  14. Masuoka, Takeshi. (1993). Nihongo Jokenhyougen. Kuroshio. Tokyo. Japan
  15. Masuoka, Takeshi. (1997). Fukubun. Kuroshio. Tokyo. Japan
  16. Morita, Yoshio. (2002). Nihongo Bunpou no Hyougen. Hitsujishobo. Tokyo. Japan
  17. Nihonkijutsubunpoukennkyukai. (2003). Gendai nihongo bunpou 4 dai 8 bu Modarity. Kuroshio
  18. Nurhayati, Iis Kurnia. (2014). Penerjemahan Kalimat Kondisional Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris: Kajian Sintaksis dan Semantik. Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya 42 (2)
  19. Siori, Syumi. (1993). Tewa Joukenbun no Seiyaku ni Tsuite. Handainihongokennkyuu, 5, 67-81. Osaka University. https://hdl.handle.net/11094/9642
  20. Sutedi, Dedi & Widiyanti, Susi. (2016). Kalimat Pengandaian Bahasa Jepang: Kajian Sintaktis Dan Semantis. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm. 23-32
  21. Setsuko, Arita. (2007). Nihongo no Jokenbun to Jikasetsusei. Kuroshio. Tokyo. Japan
  22. Palmer, Frank. (1986). Grammar (New Editon). Penguin Book
  23. Tanaka, Hiroshi. (1997). Tewa Joukenbun no Kouzou to Danwatekina Kinou. Bulletin of Center for Japanese Language. Waseda University. Tokyo. Japan Bulletin of Center for Japanese Language, Waseda University. Tokyo. Japan
  24. Tanaka, Hiroshi. (2004). Nihongofukubunhyougen no kenkyu – Setsuzoku to joujutsu no kouzo -.Hakuteisha. Tokyo. Japan
  25. XU, Xiuzi. (2021). Joken hyogen no shuhen keishiki `baai' no sonzai igi to joken yoho o kakutoku suru jōken (The Existential Meaning and the Conditions for Obtaining Conditional Usage of the “Baai” Form). https://higashiajiagengobunka.com/files/01-06.pdf

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-26 10:08:19

No citation recorded.