skip to main content

Faktor yang Terkait dengan Kejadian Filariasis Pada Daerah Endemis di Kabupaten Sigi

1Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

2Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Indonesia

3Badan Riset dan Inovasi Nasional, Indonesia

Received: 7 Sep 2023; Revised: 3 Nov 2023; Accepted: 27 Nov 2023; Available online: 1 Mar 2024; Published: 17 May 2025.
Open Access Copyright (c) 2024 MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Citation Format:
Abstract

Latar belakang : Filariasis adalah penyakit tropis yang terabaikan, disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Kasus filariasis menyerang sekitar seluruh dunia atau 1,3 miliar penduduk di 83 Negara berisiko tertular filariasis . Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2013 sebanyak 180 kasus dari 13 Kabupaten/Kota . Namun, faktor risiko terkait filariasis masih belum jelas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang terkait dengan kejadian filariasis pada daerah endemis di Kabupaten Sigi.

Metode : Observasi analitik dengan menggunakan rencana studi kasus kontrol, dilakukan di 13 kecamatan di Kabupaten Sigi, melibatkan 114 responden yang terdiri dari 38 kasus dan 76 kontrol. Pengumpulan data melalui lembar kuesioner menggunakan aplikasi Kobocollect dan daftar tilik untuk wawancara langsung dan observasi lingkungan organisasi. Analisis data menggunakan program Stata .

Hasil : Hasil penelitian ini menemukan enam variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian filariasis di daerah endemis di Kabupaten Sigi, meliputi suhu, kelembaban, tempat berkembang biak , keberadaan kandang ternak, kebiasaan keluar rumah pada malam hari, dan tidak menggunakan obat anti nyamuk. Hasil analisis regresi logistik yang paling dominan terhadap kejadian filariasis pada daerah endemis di Kabupaten Sigi adalah tempat perkembangbiakan nyamuk dengan nilai OR=8,57 (2,43-34,33), p-value=<0,001, keberadaan kandang ternak dengan nilai OR=5,16 (1,15-29,44), p-value= 0,044, dan tidak menggunakan obat anti nyamuk dengan nilai OR=6,06 (1,54-27,56), nilai p=0,013.

Simpulan : Keberadaan tempat berkembangbiak nyamuk vektor, keberadaan kandang ternak dan kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian filariasis pada daerah endemis di Kabupaten Sigi .

Kata kunci : Faktor risiko; penyakit kaki gajah; Kabupaten Sigi


ABSTRAK

Judul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Daerah Endemis di Kabupaten Sigi

Latar Belakang : Latar Belakang: Filariasis merupakan penyakit tropis terabaikan yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Filariasis menyerang sekitar seluruh penduduk dunia atau 1,3 miliar orang di 83 negara yang berisiko tertular filariasis. Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 terdapat 180 kasus dari 13 kabupaten/kota. Namun, faktor risiko yang berhubungan dengan filariasis masih belum jelas. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan filariasis di daerah endemis di Kabupaten Sigi.

Metode : Analisis observasional dengan desain studi kasus-kontrol, dilakukan di 13 kecamatan di Kabupaten Sigi, melibatkan 114 responden dari 38 kasus dan 76 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner menggunakan aplikasi Kobocollect dan checklist wawancara langsung serta observasi lingkungan tempat tinggal. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Stata.

Hasil : Hasil penelitian ini menemukan enam variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian filariasis di daerah endemis di Kabupaten Sigi, meliputi suhu, kelembaban, tempat perindukan nyamuk, keberadaan ternak, habitat keluar malam, dan tidak menggunakan obat nyamuk. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan faktor yang paling dominan terhadap kejadian filariasis di daerah endemis di Kabupaten Sigi adalah tempat perindukan nyamuk dengan OR = 8,57 (2,43–34,33), nilai p = 0,001, keberadaan ternak dengan OR = 5,16 (1,15-29,44), nilai p = 0,044, dan tidak menggunakan obat nyamuk dengan OR = 6,06 (1,54–27,56), nilai p = 0,013.

Kesimpulan : Keberadaan tempat perindukan nyamuk vektor, kandang ternak, dan kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian filariasis di daerah endemis di Kabupaten Sigi.

Kata Kunci : Faktor Risiko; penyakit kaki gajah; Kabupaten Sigi




Fulltext View|Download
Keywords: faktor risiko; filariasis; kabupaten sigi
Funding: Universitas Gajah Mada under contract MU123123)

Article Metrics:

  1. World Health Organization. Global programme to eliminate lymphatic filariasis. Geneva, Switzerland; 2013
  2. World Health Organization. The regional strategic plan for elimination of lymphatic filariasis 2010-2015. India; 2010
  3. Peraturan Kemenkes RI. Nomor 94 tentang penanggulangan Filariasis. Jakarta; 2014
  4. Dinkes Provinsi Kalimantan Barat. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak; 2014
  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman program eliminasi filariasis di Indonesia, Epidemiologi filariasis. Ditjen PPM &PL. Jakarta; 2012
  6. Sapada IE, Anwar C. Environmental and socioeconomic factors associated with cases of clinical filariasis in Banyuasin District of South Sumatra, Indonesia. International Journal of Collaborative Research on Internal Medincine and Publich Health 2015, 7(6):132-140
  7. Emmanuel C, Uttah. House type and demographic risk factors for sustained endemic filariasis in Sout-Eastern Nigeria. Pacific Journal of Medical Sciences 2013, 11(2): 12-21
  8. Wulandhari SA, Pawenang ET. Analisis sapsial aspek kesehatan lingkungan dengan kejadian filariasis di Kota Pekalongan. Unnes Journal of Public Health 2017, 6(1): 59-67
  9. Pulupina, F. F., Subhi, M., & Joegijantoro, R. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit Kaki Gajah (Filariasis). Media Husada Journal Of Environmental Health Science 2022, 2(1), 120-127
  10. Riani, I., Fahdhienie, F., & Arifin, V. N. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Filariasis Pada Masyarakat Di Desa Leubok Buni Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar Tahun 2022. Prepotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat 2023, 7(1), 981-995
  11. Juhanto, A., dan Miranti, M. Faktor Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Kaki Gajah Di Desa Kanyurang Kecamatan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan Hidup 2020, 5(1), 38-45
  12. Rahanyamtel, R., Nurjazuli, N. and Sulistiyani, S. ‘Faktor Lingkungan dan Praktik Masyarakat Berkaitan Dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Semarang’, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 2019, 18(1), p. 8. Available at: https://doi.org/10.14710/jkli.18.1.8-11
  13. Dickson, B. F., Graves, P. M., Aye, N. N., Nwe, T. W., Wai, T., Win, S. S. & McBride, W. J. Risk factors for lymphatic filariasis and mass drug administration non-participation in Mandalay Region, Myanmar. Parasites & Vectors 2021, 14(1), 1-14
  14. Astriana, Y., Afni, N., Andri, M., & Yani, A. Analisis Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi. Jurnal Kolaboratif Sains 2022, 5(1), 36–44. https://doi.org/10.56338/jks.v5i1.2185
  15. Pertiwi, K. D., & Nurjazuli, N. Faktor Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kota Semarang. Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan 2019, 1(2)
  16. Nabela, D., Hermansyah, H., & Ismail, N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan munculnya kembali penyakit kaki gajah di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan 2019, 6(2), 75-89
  17. Fatie, M., Rantetampang, A. L., & Lumbantobing, H. Factors Affecting the Spread of Filariasis Disease in Mimika District of Papua Province. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) 2016, 30 No.3, 181–189
  18. Amalia, I. S., & Annashr, N. N. Faktor sosiodemografi dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Kuningan. Jurnal Kampus Stikes Ypib Majalengka 2018, 6(1), 1-19
  19. Faizin, I. K., & Nasir, M. Karakteristik Penderita Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaleke. Jurnal Medical Profession (Medpro) 2019, 1(1), 43-49
  20. Rahmat, A., Rahmayanti, D., & Rachmawati, K.Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Barito Kuala. J Keperawatan dan Kesehatan 2020, 8(1), 48-58
  21. Verdonschot, P. F., & Besse-Lototskaya, A. A. Flight distance of mosquitoes (Culicidae): a metadata analysis to support the management of barrier zones around rewetted and newly constructed wetlands. Limnologica 2014, 45, 69-79
  22. Sinaga, J. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Batu Bara Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Universitas Sumatera Utara) 2019
  23. Amelia, R. Analisis faktor risiko kejadian penyakit filariasis. Unnes Journal of Public Health 2014, 3(1)
  24. Sanchez-Godoy, FD.Juarez-Murguia, A.Hernandez-Castro, R.Xicohtencatl-Cortes. ‘Characterization of aortic and brachiocephalic filariasis by Filarioidea sp (Nematoda:Spirurida:Filarioidea) in Mexican ramphastids’, International Journal for Parasitology: Parasites and Wildlife 2020, 11, pp. 282–286. Available at: https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ijppaw.2020.03.003
  25. Saraiva RG, Dimopoulos G. Bacterial natural products in the fight against mosquito-transmitted tropical diseases. Natural Product Reports 2020, 37: 338–354
  26. Febrianto, B., Maharani, A., & Widiarti, W.Faktor Risiko Filariasis di Desa Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.2018; http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/360208pdf/bagus.pdf
  27. Sularno S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis Di Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 2017, 16: 22
  28. Ferraz LRM, Silva LCPBB, Souza ML de, Alves LP, Sales V de AW, Barbosa I do NG et al. Drug associations as alternative and complementary therapy for neglected tropical diseases. Acta Tropica 2022, 225: 106210
  29. Veridiana NN, Chadijah S, Ningsi N. PENGETAHUAN, SIKAP DAN Perilaku Masyarakat Terhadap Filariasis Di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Buletin Penelitian Kesehatan 2015, 43. doi: 10.22435/bpk.v43i1.3968.47-54
  30. Ike Ani, W., & Suhartono, N. Hubungan Kondisi Lingkungan, Sosial Ekonomi dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 2013,12(1)

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2025-05-17 11:54:22

No citation recorded.