skip to main content

Hannah Arendt dan Konsep Politik Sebagai Ruang ‘Di-Antara’ Manusia: Refleksi untuk Konteks Indonesia

Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero, Indonesia

Open Access Copyright (c) 2023 Politika: Jurnal Ilmu Politik under https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/.

Citation Format:
Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengelaborasi pemahaman Hannah Arendt tentang politik sebagai ruang ‘di-antara’ manusia dan pengaruhnya pada upaya menciptakan model politik bermartabat. Lewat analisis kualitatif ditemukan bahwa bagi Arendt, politik bukanlah realisasi kodrat bawaan manusia, tetapi sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan karena itu dia berada di luar atau ‘di-antara’ manusia. Ketika pluralitas manusia melakukan sesuatu atau bertindak secara bersama-sama, tercipta sebuah ruang publik politis di antara mereka dan ketika orang berkomunikasi satu sama lain sebagai pribadi yang bebas dan setara, tercipta sebuah jaringan relasi. Itu berarti, inti politik adalah tindakan dan pembicaraan. Kedua elemen ini, penulis beragumen, merupakan persyarat utama untuk sebuah politik bermartabat, yang dari perspektif Arendt, dapat diciptakan kalau ada pengakuan akan perbedaan di antara warga negara atau kelompok masyarakat dan adanya komunikasi konstan di antara warga negara. Terkait dengan pentingnya komunikasi, pada bagian akhir, akan ditunjukkan relevansi pemikiran Arendt dalam membaca fenomena oligarki, buzzer politik, dan pembungkaman suara-suara kritis lewat penerapan UU ITE di Indonesia.

Fulltext View|Download
Keywords: politik; komunikasi; deliberasi, politik bermartabat; Hannah Arendt

Article Metrics:

  1. Amnesty International. (2023). Apa Saja Pasal Bermasalah dalam Draft Revisi Kedua UU ITE? dikutip dari https://www.amnesty.id/pasal-bermasalah-dala-draft-revisi-kedua-uu-ite/
  2. Antaki, Mark. (2010). What Does It Mean to Think about Politics?. In Thinking in Dark Times: Hannah Arendt on Ethics and Politics, Roger Berkowitz, cs (eds.). New York: Fordham University Press
  3. Arendt, Hannah. (1951). The Origins of Totalitarianism, New York: A Harvest Book, Harcourt Brace Company
  4. Arendt, Hannah. (1958). The Human Condition. Chicago: The University of Chicago. Press
  5. Arendt, Hannah. (1994). Essays in Understanding. Jerome Kohn (ed.). New York: Schocken Books
  6. Arendt, Hannah. (1961). Between Past and Future. New York: The Viking Press
  7. Arendt, Hannah. (1972). Crises of the Republik. New York: Harcourt
  8. Arendt, Hannah. (1978). The Life of the Mind. New York & London: A Harvest Book and Harcourt Inc
  9. Arendt, Hannah. (2005). The Promise of Politics. New York: Schocken Books
  10. Azra, Azyumardi. (2021). Membendung Oligarki
  11. Benhabib, Seyla. (2012). Arendt and Adorno: The Elusiveness of the Particular and the Benjaminian Moment. California: Stanford University Press
  12. Budi, F. (2023). Politik yang Bermartabat. Dikutip dari https://rumahfilsafat.com/2011/04/20/politik-yang-bermartabat/
  13. Canovan, Margaret. (1995). Hannah Arendt: A Reinterpretation of Her Political Thought, Cambridge: Cambridge University Press
  14. Furnival, J., S. (1948). Colonial Policy and Practice: A Comparative Study of Burma and Netherlands India. Cambridge: Cambridge University Press
  15. Hull, Margaret-Betz. (2002). The Hidden Philosophy of Hannah Arendt. London: Routledge Curzon, Taylor & Francis Group
  16. Juditha, Christianty. (2019). Buzzer di Media Sosial pada Pilkada dan Pemilu Indonesia. In Prosiding Seminar nasional Komunikasi dan Informatika
  17. Knauer, James. (1985). Rethinking Arendt’s Vita Activa: Toward A Theory of Democratic Praxis. Praxis International, 5
  18. Mabille, Ms., L. (2004). Nietzsche and Arendt in Casterbridge: On the Burden of History. Phronimos, 5
  19. MacIntyre, A. (1998). Politics, Philosophy, and the Common Good. Kelvin Knight (ed.), The Alasdair MacIntyre Reader. Indiana: Nortre Dame University Press
  20. Robert, Miller, Patricia, Roberts-Miller, Patricia. (2002) Fighting without Hatred: Hannah Arendt’s Agonistic Rhetoric. Jac, Vol. 22, No. 3
  21. Noor Shobah, Rita. (2022). Isi Pembicaraan Rocky Gerung dan Gibran Rakabuming: Soal Berguru Hingga Cara Jokowi Ambil Keputusan. Dikutip dari dari https://kaltim.tribunnews.com/2022/09/25/isi-pembicaraan-rocky-gerung-dan-gibran-rakabuming-soal-berguru-hingga-cara-jokowi-ambil-keputusan/
  22. Remer, Gary. (2008). Genres of Political Speech: Oratory and Conversation, Today and in Antiquity. Language & Communication, 28: 182–196
  23. Roberts-Miller, Patricia. (2002). Fighting without Hatred: Hannah Arendt’s Agonistic Rhetoric. Jac, 22
  24. Sugiono, Shiddiq. (2020). Fenomena Industri Buzzer di Indonesia: Sebuah Kajian Ekonomi Politik Indonesia. Commicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1)
  25. Susanti, Bivitri. (2022). Berdebatlah, Para Calon Pemimpin. Dikutip dari https://www.kompas.id/baca/opini/2022/09/berdebatlah-para-calon-pemimpin/
  26. Taylor, Charles. (2021). The Politics of Recognition. In Campus wars. Routledge
  27. Villa, Dana. (2006). Introduction: the Development of Arendt’s Political Though. In Dana Villa (ed.) The Cambridge Companions to Hannah Arendt. Cambridge: Cambridge University Press

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-20 09:35:13

No citation recorded.