skip to main content

PENGARUH FLUKTUASI INDUSTRIALISASI TERHADAP KAPABILITAS MASYARAKAT PEDESAAN DI MAGELANG: PERSPEKTIF PERENCANAAN WILAYAH

*Retno Widodo Dwi Pramono  -  Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Industrialisasi sebagai pemicu transformasi struktur ekonomi, sangat penting bagi proses perkembangan wilayah. Namun, industrialisasi dapat mengalami fluktuasi. Wilayah yang bergantung pada investasi luar, sering mengalami de-industrialisasi akibat migrasi industri ke wilayah yang dianggap lebih menguntungkan, misalnya karena tenaga kerja yang lebih murah dan pasar yang sedang berkembang. Bagaimana akibat perkembangan industrialisasi dan de-industrialisasi pada masyarakat lokal yang agraris? Tulisan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut dari perspektif perencanaan wilayah. Dengan mengambil kasus pada 2 kecamatan di Magelang dan berdasarkan data series  dari tahun 1970-an hingga 2010 serta  observasi investigatif secara langsung ke masyarakat, penelitian mengungkap akibat positif dan negatif dari perkembangan industri di wilayah ini, dan sisi positif maupun negatif dari fase de-industrialisasi. Pada masa perkembangan industri, hal yang paling positif adalah meningkatnya rasio lahan per petani yang memberi peluang bagi unit usaha petani untuk meningkatkan skala ekonominya melalui sewa-menyewa lahan. Temuan lain yang menarik adalah de-industrialisasi Industri skala menengah dan besar yang investasinya dari luar, memicu re-industrialisasi oleh masyarakat lokal dalam bentuk pertumbuhan industri rumah tangga. Dari tulisan ini, dalam melakukan tugasnya, perencana wilayah harus mengantisipasi dinamika seperti arahan alokasi penggunaan lahan serta manajemen pemanfaatanya.
Fulltext View|Download
Keywords: Perencanaan wilayah; Industrialialisasi; de-industrilasasi, re-industrialisasi; tanah pertanian; kapabilitas masyarakat

Article Metrics:

  1. Álvarez, J., Bilancini, E., D'Alessandro, S., Porcile, G., (2011) Agricultural institutions, industrialization and growth: The case of New Zealand and Uruguay in 1870–1940. Explorations in Economic History 48 (2011) 151–168. doi: 10.1016/j.eeh.2010.05.004
  2. Amstrong, H. W. & Taylor, J. (2000) Regional Economics and Policy, Blackwell: Oxford
  3. Arsyad, Lincolin (2004). Ekonomi Pembangunan. Edisi Ke-empat. STIE YKPN
  4. Bertrand, Alvin L. and Harold W. Osborne. (1959) “The Impact of Industrialization on a Rural Community.” Journal of Farm Economics, Vol. XLI, No. 5. December, 1959
  5. Bloch, A. (2000). Technologies transfer to a developing country: the road to industrialization. Preprints of IFAC Conference on Technology Transfer
  6. Browett, J. (1985). The Newly Industrializing Countries and Radical Theories of Development World Development. Elsevier
  7. BPS Jawa Tengah (2004). Laporan Sensus Pertanian 2003, Jawa Tengah Angka 2004. Semarang, Jawa Tengah
  8. BPS Kabupaten Magelang (1975 – 2005). Kabupaten Magelang dalam Angka 1975 – 2005. Magelang
  9. Dasgupta, S and Singh, A. (2006). Working Paper: Manufacturing, Services and Premature Deindustrialization in Developing Countries. A Kaldorian Analysis. UNU World Institute for Development Economics Research (UNU-WIDER)
  10. https://www.wider.unu.edu/sites/default/files/rp2006-49.pdf
  11. Friedmann, J. (1996) ‘The Core Curriculum in Planning Revisited’, Journal of Planning Education and Research, 15, 89
  12. Kim, J. Hong. (2011) ‘Linking Land Use Planning and Regulation to Economic Development: A Literature Review’, Journal of Planning Literature February, 26(1), 35-47
  13. Kaldor, N. (1966). Marginal Productivity and the Macro-Economic Theories of Distribution: Comment on Samuelson and Modigliani. The Review of Economic Studies, Vol. 33, No. 4 (Oct., 1966), pp. 309-319
  14. Kitson, M and Michie, J. (1997) Does Manufacturing Matter?, International Journal of the Economics of BusinessVol4, No.1:71-96
  15. Mirana (2008). Industrialisasi di Indonesia: dalam Jebakan Mekanisme Pasar dan Desentralisasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Ekonomi UI, Jakarta
  16. Pramono, R. W. D., & Woltjer, J. (2011). Wellbeing and a Capability Approach in Planning Evaluation and Regional Development. Chapter In Evaluation for Participation and Sustainability in Planning Edited by Angela Hull, E.R. Alexander, Abdul Khakee, Johan Woltjer. Routledge
  17. Putterman, L. (2013). Institutions, social capability, and economic growth. Economic systems, 2013 - Elsevier
  18. Republik Indonesia. (1960). Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. LEMBARAN NEGARA 1960 – 104. Sekretaris Negara, Jakarta
  19. Rowthorn, R. E. and Wells, J. R., (1987), De-Industrialisation and Foreign Trade, Cambridge, Cambridge University Press
  20. Rowthorn, R., and Ramaswamy, Ramana (1997). Deindustrialization: Causes and Implications. IMF Working Paper
  21. Sachs, Jeffrey D., Shatz, Howard J., Deardorff, Alan, and Hall, Robert E.. (1994) Brookings Papers on Economic Activity, Vol. 1994, No. 1. (1994), pp. 1-84. URL: http://links.jstor.org/sici?sici=0007-2303%281994%291994%3A1%3C1%3ATAJIUM%3E2.0.CO%3B2-7
  22. Sen, A. K. (2000) Development as Freedom, Oxford University Press
  23. Sigurdson (1977). Rural Industrialization in China. This Monograph on Rural Industrialization In China. Books.google.com
  24. Škuflić, L & Družić, M (2016) Deindustrialisation and productivity in the EU, Economic Research-Ekonomska Istraživanja, 29:1, 991-1002, DOI: 10.1080/1331677X.2016.1235505

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-04-25 00:54:01

No citation recorded.