Research Center for Limnology and Water Resources, National Research and Innovation Agency (BRIN), Soekarno’s Science and Technology Area Jalan Raya Jakarta- Bogor, Km 46 Cibinong, Bogor – West Java, Indonesia , Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{Bioma54731, author = {Syarif Prasetyo}, title = {Ragam Metode Pengendalian Gulma Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm) Di Danau Rawapening Jawa Tengah, Indonesia}, journal = {Bioma : Berkala Ilmiah Biologi}, volume = {26}, number = {1}, year = {2024}, keywords = {Danau Rawapening, Eceng gondok, Kontrol Fisika, kimiawi dan Biologi}, abstract = { Abstrak Danau Rawapening disorot mengalami penurunan kualitas lingkungan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari semakin meluasnya invasi gulma eceng gondok yang meutupi permukaan air. Tumbuhan air dari Sungai Amazon yang masuk daftar 100 gulma paling invasif di dunia ini memiliki kemampuan tumbuh pesat secara vegetatif dan generatif. Eceng gondok memicu percepatan penyusutan air pada danau melalui evapotranspirasi, menurunkan kadar oksigen terlarut yang berakibat pada hilangnya beragam spesies dan menurunnya produksi ikan. Pertumbuhan eceng gondok yang tak terkendali juga mengganggu navigasi kapal, merusak jaring nelayan, merusak turbin pembangkit listrik tenaga air, merusak pemandangan dan menjadi habitat bagi vektor penyakit. Kajian pustaka terkait metode pengendalian eceng gondok ini bertujuan untuk memberikan pilihan alternatif dalam mengatasi gulma invasif tersebut di Danau Rawapening. Semua metode dalam pengendalian eceng gondok memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing baik pengendalian secara fisik (mekanis), kimiawi maupun pemanfaatan agen biologis. Pengendalian secara fisik tidak memerlukan keahlian khusus untuk membersihkan eceng gondok dari perairan. Namun, eceng gondok yang dipotong dan tenggelam akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut serta penyuburan (eutrofikasi) perairan sehingga dapat memicu ledakan pertumbuhan eceng gondok itu sendiri. Pengendalian secara kimiawi dapat menghemat biaya maupun tenaga dibandingkan secara fisik, terutama untuk penanganan invasi eceng gondok di perairan luas. Namun, pemakaian herbisida dalam pengendalian eceng gondok juga dapat memusnahkan tumbuhan non target yang dapat menimbulkan permasalahan ekologis secara luas. Pengendalian menggunakan agen biologis untuk mengurangi jumlah eceng gondok menjadi opsi yang dapat dipilih. Kelemahan pengendalian secara biologis adalah lamanya proses pembersihan dibandingkan dengan metode mekanis dan kimiawi, sehingga membuat seseorang menjadi eggan untuk mengaplikasikannya. Metode biologis relatif aman bagi kesehatan lingkungan perairan tetapi membutuhkan waktu Panjang sedangan metode mekanis dan kimiawi dapat diterapkan secara efektif dan efisien, tetapi berdampak negatif terhadap kondisi ekologi perairan. }, issn = {2598-2370}, pages = {1--11} doi = {10.14710/bioma.2024.54731}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/bioma/article/view/54731} }
Refworks Citation Data :
Abstrak
Danau Rawapening disorot mengalami penurunan kualitas lingkungan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari semakin meluasnya invasi gulma eceng gondok yang meutupi permukaan air. Tumbuhan air dari Sungai Amazon yang masuk daftar 100 gulma paling invasif di dunia ini memiliki kemampuan tumbuh pesat secara vegetatif dan generatif. Eceng gondok memicu percepatan penyusutan air pada danau melalui evapotranspirasi, menurunkan kadar oksigen terlarut yang berakibat pada hilangnya beragam spesies dan menurunnya produksi ikan. Pertumbuhan eceng gondok yang tak terkendali juga mengganggu navigasi kapal, merusak jaring nelayan, merusak turbin pembangkit listrik tenaga air, merusak pemandangan dan menjadi habitat bagi vektor penyakit. Kajian pustaka terkait metode pengendalian eceng gondok ini bertujuan untuk memberikan pilihan alternatif dalam mengatasi gulma invasif tersebut di Danau Rawapening. Semua metode dalam pengendalian eceng gondok memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing baik pengendalian secara fisik (mekanis), kimiawi maupun pemanfaatan agen biologis. Pengendalian secara fisik tidak memerlukan keahlian khusus untuk membersihkan eceng gondok dari perairan. Namun, eceng gondok yang dipotong dan tenggelam akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut serta penyuburan (eutrofikasi) perairan sehingga dapat memicu ledakan pertumbuhan eceng gondok itu sendiri. Pengendalian secara kimiawi dapat menghemat biaya maupun tenaga dibandingkan secara fisik, terutama untuk penanganan invasi eceng gondok di perairan luas. Namun, pemakaian herbisida dalam pengendalian eceng gondok juga dapat memusnahkan tumbuhan non target yang dapat menimbulkan permasalahan ekologis secara luas. Pengendalian menggunakan agen biologis untuk mengurangi jumlah eceng gondok menjadi opsi yang dapat dipilih. Kelemahan pengendalian secara biologis adalah lamanya proses pembersihan dibandingkan dengan metode mekanis dan kimiawi, sehingga membuat seseorang menjadi eggan untuk mengaplikasikannya. Metode biologis relatif aman bagi kesehatan lingkungan perairan tetapi membutuhkan waktu Panjang sedangan metode mekanis dan kimiawi dapat diterapkan secara efektif dan efisien, tetapi berdampak negatif terhadap kondisi ekologi perairan.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-08 09:37:38
View My Stats