skip to main content

Kearifan Lokal Masyarakat sebagai Upaya Konservasi Hutan Pelawan di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung

1Jurusan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia

2Jurusan Biologi, Universitas Brawijaya, Indonesia

Received: 20 Apr 2018; Published: 10 Jun 2018.
Editor(s): H Hadiyanto

Citation Format:
Abstract

ABSTRAK

Penurunan keanekaragaman hayati umumnya disebabkan oleh adanya degradasi sumberdaya hayati dan kurangnya upaya konservasi. Oleh karena itu, salah satu upaya konservasi sumberdaya alam dapat dilakukan dengan mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat dalam melestarikan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016-Februari 2017 di Hutan Pelawan, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara secara mendalam (In-depth Interview) dan FGD (Focus Group Discussion) yang terbagi menjadi small group discussion dan final group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah penamaan Hutan Pelawan berasal dari pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) yang mendominasi kawasan hutan tersebut. Hutan ini mengalami pro dan kontra sebelum ditetapkan sebagai kawasan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) Kabupaten Bangka Tengah. Pada saat ini, kondisi hutan tersebut  telah memiliki tiga fungsi utama yaitu: konservasi sumberdaya hayati, pembangunan berkelanjutan, dan logistic support (penelitian, pendidikan, dan monitoring). Kearifan lokal masyarakat yang masih terjaga dan berkaitan langsung dengan upaya konservasi sumberdaya alam Hutan Pelawan masih dapat ditemukan seperti tradisi musung madu dengan cara membuat sunggau untuk mendapatkan hasil berupa air madu dari Apis dorsata (madu liar). Selain itu, masyarakat juga masih mempercayai tentang mitos tumbuh jamur Pelawan (Heimioporus sp.) yang hanya dapat tumbuh pada inang pohon T. merguensis disaat adanya hujan petir. Oleh karena itu, perlunya mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat dalam mendukung upaya konservasi dengan merevitalisasi dan mereaktualisasi kearifan lokal tersebut yang diberi dasar hukum sebagai dasar kekuatan masyarakat, serta perlunya kajian penelitian yang ilmiah dalam mendukung kearifan lokal sebagai upaya konservasi lingkungan sehingga memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat tersebut.

Kata kunci: Kearifan lokal, sumberdaya hayati, konservasi, hutan pelawan.

ABSTRACT

The decrease in biodiversity is generally caused by the degradation of biological resources and the lack of conservation efforts. Therefore, one of nature resource conservation efforts can be done by integrating local wisdom of society in preserving environment sustainable. This research was conducted on October 2016-February 2017 in Pelawan Forest, Central Bangka Regency, Bangka Belitung. The research method used is observation, In-depth Interview and FGD (Focus Group Discussion) divided into small group discussion and final group discussion. The results show that the history of naming the Pelawan Forest comes from the tree of Pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) that dominate the forest area. This forest is experiencing pros and cons before it is designated as Biodiversity Park of Central Bangka Regency. At the moment, the forest condition already has three functions, namely: biological resource conservation, sustainable development, and logistic support (research, education, and monitoring). Local wisdom community who are still awake and directly related to natural resources conservation Pelawan Forests can still be found as a tradition musung madu how to make a honey with sunggau to get the results in the form of honey of Apis dorsata (Wild Honey). In addition, people also still believe in the myth of growing mushrooms Pelawan (Heimioporus sp.) which can only grow on the host tree T. merguensis in the presence of thunderstorms. Therefore, the need to integrate the local wisdom of communities in support of conservation efforts by revitalization and the implementation of the local wisdom is given the basic law as the basis of power of the community, as well as the need for a review scientific research in support of local wisdom as environmental conservation efforts so as to give a positive impact to the lives of the community.

Keywords: Local wisdom,  biodiversity, conservation, Pelawan forest.

Citation: Henri, Hakim, L., dan Batoro, J. (2018). Kearifan Lokal Masyarakat sebagai Upaya Konservasi Hutan Pelawan di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 49-57,doi:10.14710/jil.16.1.49-57

Fulltext View|Download
Keywords: Kearifan lokal; sumberdaya hayati; konservasi; hutan pelawan.

Article Metrics:

Last update:

  1. Community’s local wisdom and its relationship with environmental conservation efforts in Bangka Belitung, Indonesia

    Henri, F Fatansyah, Alita, Y Lestari, A Sonia, J E Putri, Rahmasari. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1115 (1), 2022. doi: 10.1088/1755-1315/1115/1/012036
  2. Limits of acceptable change for sustainable management of the Pelawan Biodiversity Park, Bangka Belitung Islands

    M R B Boentoro, Kisworo, T Wherrett. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 913 (1), 2021. doi: 10.1088/1755-1315/913/1/012056
  3. Proceedings of the International Conference on Language, Education, and Social Science (ICLESS 2022)

    Halim Ahmad, Tri Retnaningsih Soeprabowati, Hartuti Purnaweni. 2023. doi: 10.2991/978-2-494069-15-2_23
  4. Utilization and cultivation opportunities of pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) as a biomas energy source in Southern Sumatera

    H Siahaan, A Sumadi, Purwanto. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 415 (1), 2020. doi: 10.1088/1755-1315/415/1/012009

Last update: 2024-11-20 15:27:14

  1. Utilization and cultivation opportunities of pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) as a biomas energy source in Southern Sumatera

    H Siahaan, A Sumadi, Purwanto. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 415 (1), 2020. doi: 10.1088/1755-1315/415/1/012009