skip to main content

Kajian Kualitas Tanah pada Lahan Gambut Terbakar di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat

1Program Studi Ilmu Tanah, Universitas Tanjungpura, Indonesia

2Program Studi Agroteknologi, Universitas Tanjungpura, Indonesia

Received: 3 Jun 2021; Revised: 10 Aug 2021; Accepted: 20 Aug 2021; Available online: 27 Aug 2021; Published: 1 Nov 2021.
Editor(s): H Hadiyanto

Citation Format:
Abstract

Kebakaran lahan gambut menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gambut sehingga secara otomatis mempengaruhi kualitas tanah yang dinyatakan dengan Indeks Kualitas Tanah (IKT). Tujuan penelitian ini adalah menentukan indeks kualitas tanah dan faktor penentunya pada lahan gambut terbakar (GT) dan tidak terbakar (GTT). Penelitian dilakukan di Kelurahan Bansir Darat Kecamatan Pontianak Tenggara Kota Pontianak pada GTT  dan GT. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sampel tanah pada masing-masing lahan, pengamatan dan pengukuran kedalaman gambut, ketebalan lapisan gambut dan kematangan gambut serta perhitungan jumlah cacing. Analisis sifat fisika tanah meliputi bobot isi, kadar air kapasitas lapang, porositas total; sifat kimia tanah terdiri dari reaksi tanah (pH), karbon organik (C-organik), Nitrogen total (N-total), rasio CN, posfor tersedia (P-tersedia), natrium, kalium, kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan (Na-dd, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), kadar abu; dan jumlah cacing tanah untuk sifat biologi tanah. Hasil penelitian menunjukkan GT dengan kematangan saprik memiliki kedalaman gambut lebih dangkal dibandingkan GTT dengan kematangan hemik. Kadar air dan porositas pada GT juga lebih rendah dibandingkan GTT. Kation basa GT lebih tinggi dibandingkan GTT meskipun kriteria keduanya sangat rendah. Parameter penentu kualitas tanah yaitu C-organik, CN rasio, N-total, P-tersedia, kalsium, natrium, kalium, kejenuhan basa, bobot isi, kadar air dan porositas. Kedua lahan memiliki kriteria IKT rendah namun GT memiliki nilai yang lebih tinggi (0,34) daripada GTT (0,27). Meskipun nilai IKT pada GT lebih tinggi, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari pembakaran lahan gambut. Karena itu pemerintah melarang pembakaran lahan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang pelarangan pembakaran hutan dan lahan gambut.

Abstract

Peatland fires cause changes in the physical, chemical and biological characteristics of the peat soil. It automatically affects the quality of the soil as stated by the Soil Quality Index (IKT). The purpose of this study was to determine the soil quality index and its determinants in burnt (GT) and unburnt (GTT) peatlands. The research was conducted in Bansir Darat Village, Southeast Pontianak District, Pontianak City on GT and GTT. The research stages included taking soil samples from each land, observing and measuring the depth of the peat, the thickness of the peat layer, the maturity of the peat and counting the number of worms as well. Analysis of soil physical characteristics including bulk density, moisture content of field capacity, total porosity; soil chemistry consists of C-organic, total nitrogen (N-total), CN ratio, available phosphorus (P-available), exchangeable sodium (Na-dd), potassium (K-dd), calcium-dd (Ca-dd)dan magnesium (Mg-dd), cation exchange capacity (CEC), base saturation (KB), content of ash; and the number of earth worms for soil biology property. The results showed that the physical characteristics of peat on GT had a shallower peat depth with sapric compared to GTT with hemic. The water content and porosity on GT are lower than GTT as well. The base cation of GT is higher than GTT even though the criteria for both are very low. The determinants of soil quality were C-organic, CN ratio, N-total, P-available, calcium, sodium, potassium, base saturation, content weight, moisture content and porosity. The Soil Quality Index of both lands have low criteria but GT has a higher value (0.34) than GTT (0.27). Even though the IKT value in GT is higher, there are many negative impacts caused by burning peatlands. Therefore, the government forbids burning of land by issuing policies to prohibit the burning of forests and peatlands.

Fulltext View|Download
Keywords: Soil quality index; soil quality; burned peatlands; unburned peatlands
Funding: Universitas Tanjungpura under contract 2122/UN22/3/PG/2020

Article Metrics:

  1. Chandler, C., P. Cheney, L. Trabaud dan D. William. 1983. Fire in Forest Fire Behaviour and Effect. 1: 171-180 Canada. USA
  2. Depari, E., K dan Adinugroho, W., C. 2009. Dampak kebakaran hutan terhadap fungsi hidrologi. Makalah Mayor Silvikultur Tropik, Sekolah Pasca sarjana IPB. Bogor
  3. Hermanto dan Wawan, 2017. Sifat-sifat tanah pada berbagai tingkat kebakaran lahan gambut di Desa Rimba Panjang Kecamatan Tambang. JOM Faperta, 4 (2): 1-13
  4. Iswanto, D. S. 2005. Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Gambut pada Lahan Bekas Terbakar di Tegakan Acacia crassicarpa PT. Sebangun Bumi Andalas Wood Industries, Propinsi Sumatera Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
  5. Karlen, D. L, M.J. Mausbach, J.W. Doran, R.G. Cline, R.F. Harris, G.E. Schuman. 1997. Soil quality: a concept, definition, and framework for evaluation. Soil Sci Soc Amer J 61: 4-10
  6. Karlen, D.L., S.S. Andrews, J.W. Doran. 2001. Soil quality: current concepts and applications. Advances in Agronomy 74: 1-40
  7. Krüger J. P., J. Leifeld, S. Glatzel, S. Szidat, C. Alewell. 2015. Biogeochemical indicators of peatland degradation – a case study of a temperate bog in northern Germany. Biogeosciences, 12: 2861–2871 https://doi.org/ 10.5194/bg-12-2861-2015
  8. Lupascu, M., H. Akhtar, T.E.L. Smith, R. S. Sukri. 2020. Post-fire carbon dynamics in the tropical peat swamps forest of Brunei reveal long-term elevated CH4 flux. Global Change Biology, 00:1-21
  9. Neary, D.G.,, C. C. Klopatek, L. F. DeBanoc, P. F. Ffolliottc. 1999. Fire effects on belowground sustainability: a review and synthesis. Forest Ecology and Management, 122: 51-71
  10. Nurcholis, O. dan S. Kurniawan. 2021. Sifat Kimia Tanah Pasca Kebakaran Lahan di Kebun Kelapa Sawit di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 8 (1): 19-25
  11. Nusantara, R.W., A. Aspan, A. M. Alhaddad, U.E. Suryadi, Makhrawie, I. Fitria, J. Fakhrudin, Rezekikasari. 2018. Peat soil quality index and its determinants as influenced by land use changes in Kubu Raya District, West Kalimantan, Indonesia. Biodiversitas, 19 (2): 540-545
  12. Partoyo. 2005. Analysis of the soil quality of agricultural in Samas Samir Beach, Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian 2 (12): 140-151
  13. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 4 tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan
  14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2010 tentang Mekanisme Pencegahan Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan/Atau Lahan
  15. Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor 39 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
  16. Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Nomor 97 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
  17. Putra E. I dan H. Hayasaka. 2011 The effect of the precipitation pattern of the dry season on peat fire occurrence in the Mega Rice Project area, Central Kalimantan, Indonesia. Tropics, 19 (4): 145 – 156
  18. Raisei, F. dan M. Pejman. 2021. Assessment of post-wildfire soil quality and its recovery in semi arid upland rangeland in Central Iran through seleceting the minimum data set and quantitative soil quality index. Catena, 201. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0341816221000618
  19. Rachman, A., Sutono, Irawan, I. W. Suastika. 2017. Indikator Kualitas Tanah pada Lahan Bekas Penambangan. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11 (1): 1-10
  20. Rahsia, S.A., E. Gusmayanti, R.W. Nusantara. 2020. Emisi karbondiosida (CO2) lahan gambut pasca kebakaran tahun 2018 di Kota Pontianak. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18 (2): 384-391
  21. Ratnaningsih, A.T. dan S. R. Prastyaningsih. 2017. Dampak Kebakaran Hutan Gambut Terhadap Subsidensi di Hutan Tanaman Industri. Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan, 12 (1): 37-43
  22. Saharjo, B. H. 1995. Acacia mangium Amankah dari Gangguan. Rimba Indonesia XXX (3): 40 – 50. Jakarta
  23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
  24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan
  25. Wasis, B. 2003. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap Kerusakan Tanah. Jurnal Manajemen Hutan Tropika (IX)-2: 79 – 86
  26. Wasis, B., B. H. Saharjo, E. I. Putra. 2019. Impacts of Peat Fire on Soil Flora and Fauna, Soil Properties and Environmental Damage in Riau Province, Indonesia. Biodiversitas 20 (6): 1770-1775
  27. Yuningsih, L., Bastoni, T. Yulianty dan J. Harbi. 2019. “Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Lahan Hutan Gambut Bekas Terbakar: Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ilir SUmatera Selatan, Indonesia.” Jurnal Sylva Lestari VIII (1): 1–12

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-26 00:56:39

No citation recorded.