skip to main content

Pengaruh Asap Rokok pada Peningkatan Konsentrasi PM2.5 dan PM10 di Ruang Tamu Akibat Merokok di Dalam dan di Luar Rumah

1Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bandung, Indonesia

2Department of Refrigeration & Air Conditioning, Politeknik Negeri Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir, Bandung, Indonesia 40559, Indonesia

3Jurusan Teknik Refrigerasi & Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung, Indonesia

4 Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bandung, Indonesia

5 Jurusan Teknologi Industri Kimia, Universitas Padjajaran, Indonesia

6 Faculty of Mechanical Engineering, Universiti Teknikal Malaysia, Malaysia

View all affiliations
Received: 10 Jan 2023; Revised: 31 Jul 2023; Accepted: 21 Sep 2023; Available online: 16 Nov 2023; Published: 10 Dec 2023.
Editor(s): Budi Warsito

Citation Format:
Abstract
Udara bersih adalah kebutuhan dasar untuk menjamin kesehatan bagi penghuni rumah. Asap rokok adalah salah satu polutan yang sering berada di rumah. Efek negatif dari asap rokok pada kesehatan telah dilaporkan oleh beberapa ahli. Namun, hingga saat ini, masih banyak dijumpai perokok yang merokok di tempat sembarang di sekitar rumah, seperti di teras, di dalam ruang tamu dan di kamar mandi. Perilaku ini akan berdampak buruk bagi kualitas udara di dalam rumah. Partikulat berdiameter kurang dari 2.5 µm (PM2.5) dan kurang dari 10 µm (PM10) adalah salah satu polutan utama yang dihasilkan oleh asap rokok. Berdasarkan beberapa penelitian, melaporkan bahwa selain akan mengendap di paru-paru, PM2.5 dan PM10 dapat menyebabkan beberapa penyakit, antara lain asma, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), kanker paru-paru dan meningkatkan tingkat mortalitas. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran PM2.5 dan PM10 di dalam ruang tamu akibat perokok yang merokok di kamar mandi, di dalam ruang tamu dan di teras. Pengukuran konsentrasi PM2.5 dan PM10 dilakukan di rumah dengan luas sekitar 45 m2. Pengambilan data dilakukan sebelum merokok, 15 menit setelah rokok dinyalakan, 30 dan 60 menit setelah rokok dimatikan.  Berdasarkan pengukuran didapat bahwa konsetrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu akan meningkat di atas baku mutu untuk semua lokasi merokok di area rumah. Meskipun perokok merokok di teras dengan pintu ruang tamu tertutup, konsentrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu tetap meningkat, dari yang sebelumya 27 dan 68 µg/m3 menjadi 63 dan 127 µg/m3. Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa meskipun merokok di luar rumah, dengan pintu tertutup, tetap dapat meningkatkan konsentrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu jauh di atas di atas baku mutu. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi seluruh penghuni rumah.

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  Research Instrument
Turnitin
Subject
Type Research Instrument
  Download (1MB)    Indexing metadata
Keywords: Asap rokok; teras; ruang tamu; kamar mandi; PM2.5; PM10

Article Metrics:

  1. Almaidah, F., S. Khairunisa, I.P. Sari, C.D. Shrisna, A. Firdaus, Z.H. Kamiliya, et al. (2021). Survei faktor penyebab perokok remaja mempertahankan perilaku merokok. Jurnal Farmasi 8(1), 20-26
  2. Brasche, S., & Bischof, W. (2005). Daily time spent indoors im German homes- baseline data for the assessment of indoor exposure of German occupants. International Journal of Hygiene and Environmental Health 208(4), 247-253
  3. Chen, J., & G. Hoek. (2020). Long-term exposure to PM and all-cause-specific mortality: Systematic review and meta-analysis. Environment Internasional 143, 105974
  4. https://doi.org/10.1016/j.envint.2020.105974
  5. Eisner, M.D., J. Balmes, P.P. Katz, L. Trupin, E.H. Yelin, & P.D. Blanc. (2005). Lifetime environmental tobacco smoke exposure and the risk of chronic obstructive pulmonary disease. Environmental Health 4(1), 7
  6. doi: 10.1186/1476-069X-4-7
  7. Goldberg, M.S., R.T. Burnett, & D. Stieb. (2003). A review of time-series studies used to evaluate the short-term effects of air pollution on human health. Reviews on Environmental Health 18, 269-303. doi: 10.1515/reveh.2003.18.4.269
  8. Hackshaw, A.K., M.R. Law, & N.J. Wald. (1997). The accumulated evidence on lung cancer and environmental tobacco smoke. BMJ 315, 980-988
  9. doi: 10.1136/bmj.315.7114.980
  10. Hahn, E.J., M.K. Rayens, N. York, C.T. Okoli M. Zhang, M. Dignan, & W.K. Al-Delaimy. (2006). Effects of a smoke-free law on hair nicotine and respiratory symptoms of restaurant and bar workers. Journal of Occupational and Environmental Medicine 48(9), 906-913
  11. doi: 10.1097/01.jom.0000215709.09305.01
  12. Johansson, S., M. Landtrom, L. Bjermer & R. Henriksson. (2000). Effects of tobacco smoke on tumor growth and radiation response of dunning R3327 prostate adenocarcinoma in rats. The Prostahe 42, 253-259
  13. Johnsson, T., T. Tuomi, H. Riuttala, M. Hyvӓrinen, M. Rothberg, & K. Reijula. (2006). Environmental tobacco smoke in Finnish restaurants and bars before and after smoking restriction were introduced. The Annals of Occupational Hygiene 50, 331-341
  14. doi: 10.1093/annhyg/mel011
  15. Kemenkes RI. (2017). Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), Warta Kemas, Jakarta
  16. Lagrue, G., A. Branellec, & F. Lebargy. (1993). Toxicology of tobacco. Rev Prat 43, 1203-1207
  17. Larsson, M., G. Boёthius, S. Axelsson, & S.M. Montgomery. (2008). Exposure to environmental tobacco smoke and health effects among hospitality workers in Sweden-Before and after the implementation of a smoke-free law. Scandinavian Journal of Work Environment & Health 34(4), 267-277. doi: 10.5271/sjweh.1234
  18. Monn, C. (2001). Exposure assessment of air pollutants: a review on spatial heterogeneity and indoor/outdoor/personal exposure to suspended particulate matter, nitrogen dioxside and ozone. Atmospheric Environment, 35(1), 1-32
  19. https://doi.org/10.1016/S1352-2310(00)330-7
  20. Mueller, D., S. Uibel, M. Braun, D. Klingelhoefer, M. Takemura, & D.A. Groneberg. (2011). Tobacco smoke particles and indoor air quality (ToPIQ) – the protocol of a new study. Journal of Accupational Medicine and Toxicology 6, 1-5
  21. Orellano, P., J. Reynoso, N. Quaranta, A. Bardach, & A. Ciapponi. (2020). Short-term exposure to particulate matter (PM10 and PM2.5), nitrogen dioxside (NO2), and Ozone (O3) and all-cause-specific mortality: Systematic review and meta-analysis. Environment Internasional 142, 105876. https://doi.org/10.1016/j.envint.2020.105876
  22. Pangestu N., & A.I. Fibriana. (2017). Faktor risiko kejadian autisme. Higea Journal of Public Health Research and Development 1(2), 141-150
  23. Peraturan (MENKES) Menteri Kesehatan Nomor 1007/PER/V/2011, tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
  24. Stayner, L., J. Bena, A.J. Sasco, R. Smith, K. Steenland, M. Kreuser, & K. Straif. (2007). Lung cancer risk and workplace exposure to environmental tobacco smoke. American Journal of Public Health 97(3), 545-551
  25. doi: 10.2105/AJPH.2004.061275
  26. Vodonos, A., Y.A. Awad, & J. Schwartz. (2018). The concentration-response between long-term PM2.5 exposure and mortality; a meta-regression approach. Environmental Research 166, 677-689. DOI: 10.1016/j.envres.2018.06.021
  27. Wang, Y., L. Shi, M. Lee, Liu P., Q. Di, A. Zanobetti, & J.D. Schwatz (2017). Long-term exposure to PM2.5 and mortality among older adults in the Southeastern US. Epidemiology 28, 207-214
  28. doi: 10.1097.EDE.0000000000000614
  29. WHO. (2006). Air quality guidelines: Global update 2005: Particulate matter, ozone, nitrogen dioxide, and sulfur dioxide. World Health Organization
  30. WHO. (2021). WHO global air quality guidelines: Particulate matter (PM2.5 and PM10), ozone, nitrogen dioxide, sulfur dioxide and carbon monoxide. World Health Organization. ISBN 978-92-4-003421-1
  31. Wierzbicka, A., Y. Omelekhina, A.T. Saber, E. Bloom, L., Gren, et al. (2022). Indoor PM2.5 from occupied residences in Sweden caused higher imflammation in mice compared to outdoor PM2.5. Indoor Air 32(12), e13177. https://doi.org/10.1111/ina.13177

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-12-26 12:42:20

No citation recorded.