1Master of Environmental Engineering, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275, Indonesia
2Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponergoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JIL56240, author = {Ajeng Destiasari and Sri Sumiyati and Titik Istirokhatun}, title = {Review Metode Kompos Aerob: Windrow, Takakura dan Composter Bag}, journal = {Jurnal Ilmu Lingkungan}, volume = {22}, number = {2}, year = {2024}, keywords = {Aerob; Composting Bag; Kompos; Takakura; Vermicomposting; Windrow}, abstract = { Kenaikan penduduk setiap tahunnya menjadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) semakin padat oleh sampah sehingga diperlukannya pengolah sampah seperti pengomposan. Sampah organik dapat diubah menjadi humus dan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk dengan pengomposan aerobik. Kompos aerob membutuhkan oksigen, porositas, dan kadar air yang berfungsi sebagai alat stabilisasi limbah padat dengan variabel seperti suhu, kelembaban, dan oksigen. Proses pengomposan memiliki beberapa fase yaitu fase dekomposisi, fase pendinginan, dan fase pematangan. Kualitas kompos dipengaruhi oleh pemilihan teknologi, limbah hijau yang digunakan, tingkat kejenuhan pada wadah yang digunakan untuk pengolahan, rasion C/N, pH, kelembaban, dan lama waktu pengomposan. Pembuatan kompos dengan teknik aerob bisa menggunakan macam-macam metode seperti Metode Vermicomposting merubah cacing menjadi kascing, Metode Takakura menggunakan box atau drum berongga, dan Metode Windrow sistem terbuka dengan tumpukan statis. Berdasarkan kajian literatur bahwa pewadahan ketiga metode tersebut dapat digantikan dengan Composting Bag. Composting Bag merupakan wadah kompos yang dapat digunakan untuk proses pembuatan kompos yang sederhana menggunakan teknik aerob. Berbahan dasar UV Resisten dan memiliki tekstur rongga menjadikan Composting Bag mampu bertahan di berbagai cuaca sehingga kestabilan proses pengomposan terjaga dan memberikan pertukaran udara yang bagus karena oksigen merupakan hal penting bagi pengomposan aerob. Selain itu, Composting Bag menjadi solusi untuk lahan yang sempit. }, pages = {355--364} doi = {10.14710/jil.22.2.355-364}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/56240} }
Refworks Citation Data :
Kenaikan penduduk setiap tahunnya menjadikan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) semakin padat oleh sampah sehingga diperlukannya pengolah sampah seperti pengomposan. Sampah organik dapat diubah menjadi humus dan dimanfaatkan kembali sebagai pupuk dengan pengomposan aerobik. Kompos aerob membutuhkan oksigen, porositas, dan kadar air yang berfungsi sebagai alat stabilisasi limbah padat dengan variabel seperti suhu, kelembaban, dan oksigen. Proses pengomposan memiliki beberapa fase yaitu fase dekomposisi, fase pendinginan, dan fase pematangan. Kualitas kompos dipengaruhi oleh pemilihan teknologi, limbah hijau yang digunakan, tingkat kejenuhan pada wadah yang digunakan untuk pengolahan, rasion C/N, pH, kelembaban, dan lama waktu pengomposan. Pembuatan kompos dengan teknik aerob bisa menggunakan macam-macam metode seperti Metode Vermicomposting merubah cacing menjadi kascing, Metode Takakura menggunakan box atau drum berongga, dan Metode Windrow sistem terbuka dengan tumpukan statis. Berdasarkan kajian literatur bahwa pewadahan ketiga metode tersebut dapat digantikan dengan Composting Bag. Composting Bag merupakan wadah kompos yang dapat digunakan untuk proses pembuatan kompos yang sederhana menggunakan teknik aerob. Berbahan dasar UV Resisten dan memiliki tekstur rongga menjadikan Composting Bag mampu bertahan di berbagai cuaca sehingga kestabilan proses pengomposan terjaga dan memberikan pertukaran udara yang bagus karena oksigen merupakan hal penting bagi pengomposan aerob. Selain itu, Composting Bag menjadi solusi untuk lahan yang sempit.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-01 01:25:08
View My Stats
JURNAL ILMU LINGKUNGAN ISSN:1829-8907 by Graduate Program of Environmental Studies, School of Postgraduate Studies is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Based on a work at www.undip.ac.id.