skip to main content

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Semak di KHDTK Wanadipa Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Departement of Biologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275, Indonesia

Received: 1 Oct 2023; Revised: 25 Feb 2024; Accepted: 13 Jun 2024; Available online: 11 Nov 2024; Published: 11 Nov 2024.
Editor(s): Budi Warsito

Citation Format:
Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna nya. KHDTK Wanadipa merupakan bagian dari hutan Penggaron yang secara khusus diperuntukkan untuk penelitian dan pengembangan kehutanan di Kabupaten Semarang. KHDTK Wanadipa banyak ditumbuhi berbagai jenis vegetasi tumbuhan, salah satunya adalah tumbuhan semak yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keaneakaragaman jenis tumbuhan semak di KHDTK Wanadipa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode plot dengan ukuran plot 5m x 5m. Penelitian dilakukan di 3 stasiun yaitu stasiun 1 (kawasan konservasi), stasiun 2 (kawasan kemitraan) dan stasiun 3 (kawasan rehabilitasi agroforestry). Masingmasing stasiun diambil 5 plot ulangan. Hasil penelitian didapatkan 15 jenis tumbuhan semak yang terdiri dari 12 famili. Jenis tumbuhan semak yang paling banyak ditemukan yaitu kirinyuh (Chromolaena odorata) sebesar 51.600 individu/Ha dengan dominansi 21,14%, dan singkong (Manihot utilisima) sebesar 41.600 individu/Ha, dengan nilai dominansi 13%. Ada beberapa jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat antara lain tumbuhan widuri (Calotropis gigantea), kirinyuh (Chromolaena odorata), singkong (Manihot utilisima), sentro (Centrosema pubescens), murbei (Morus alba), katuk (Sauropus androgynus), sirih hutan (Piper aduncum), dan takokak (Solanum torvum). Kirinyuh (Chromolaena odorata), tembelekan (Lantana camara) dan Lantana trifolia merupakan jenis tumbuhan yang memiliki sifat allelopati dan dapat digunakan sebagai herbisida alami.

Fulltext View|Download
Keywords: Tumbuhan Semak; Keanekaragaman Jenis; KHDTK Wanadipa

Article Metrics:

  1. Borokini T.I, Omotayo F.O. 2012. Phytochemical and Ethnobotanical Study of Some Selected Medicinal Plants from Nigeria. J Med Plant Res, 6(7): 1106–1108
  2. Bradshaw, J. E. 2010. Handbook of Plant Breeding: Root and Tuber Crops. Springer. Dundee:14
  3. Department of Natural Resources, Mines, dan Water. 2006. Natural Resources, Mines, and Water
  4. Siam Weed Declared no 1. Queensland: Department of Natural Resources, Mine, and Water
  5. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta
  6. Fitriany, Rizka A.M. 2014. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Herba Pada Area Tidak Bertajuk Blok Curah Jarak di Hutan Musim Taman Nasional Baluran. Malang
  7. Frastika, D., Pitopang, R., dan Suwastika I. N. 2017. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R. M. King dan H. Rob) sebagai Herbisida Alami terhadap Perkecambahan Biji Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) R.Wilczek) dan Biji Karuilei (Mimosa invisa Mart. ex Colla). Journal of Science and Technology, 6(3): 225-238
  8. Handayani, T., dan Yustiah, Y. 2014. Analisis Vegetasi Strata Semak Berdasarkan Cluster Lingkungan Abiotik di Sempadan Sungai Tepus Sleman Yogyakarta sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X. Jurnal Bioedukatika, 2(1): 30-34
  9. Irsyam, Arifin, S. D., Hariri, M. R., Chikmawati, T. 2016. Tambahan Jenis Lantana (Verbenaceae) di Jawa : Lantana Montevidensis (Spreng) Briq. Floribunda, 5(5): 178-181
  10. Karyati., dan Adhi, M. A. 2018. Jenis-jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Mulawarman University Press. Samarinda
  11. Kusuma, Tyas, C., Hadi, Mochamad., dan Hidayat, Jafron, W. 2022. Struktur Komunitas Kupu-Kupu (Lepidoptera: Rhopalocera) di KHDTK Wanadipa Undip Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. BIOMA, 24 (1): 90-95
  12. Ledo, S., dan Seran, W. 2019. Keanekaragaman Tumbuhan Obat Taman Wisata Alam Baumata serta Pemanfaatannya oleh Masyarakat Lokal di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan, 11 (2): 299-310
  13. Mandiri. T. K. T. 2012. Pedoman Bertanam Buah Naga. Bandung: CV. Nuansa Aulia
  14. Ministry Of Environment And Forestry. 2015. Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta
  15. Nirmala, C., dan Sridevi, M. 2021. Ethnobotanical, Phytochemistry, and Pharmacological Property of Waltheria indica Linn. Future Journal of Pharmaceutical Sciences, 7-14
  16. Nugroho, P., Wiyono, W., & Alhafi, A. N. 2021. Delivering Benefits from State Forest: Lesson from Partnership of Nature-Based Tourism Development in KPH Yogyakarta. Jurnal Sylva Lestari, 9(2), 239
  17. Permada Nusantara Hijau. 2021. Laporan Akhir Penataan Areal Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanadipa Untuk Penelitian dan Pengembangan Universitas Diponegoro Di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah Luas ± 99,65 Hektar. Yogyakarta
  18. Ray, S. and Saini, M.K. 2022. Impending Threats to The Plants with Medicinal Value in the Eastern Himalayas Region: An Analysis on the Alternatives to Its Non-Availability. Phytomedicine Plus, 2 (1)
  19. Sutedi, E. 2005. Agronomi dan Pemanfaatan Centosema Pubescens in Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. 21-28
  20. Thamrin, S., Aisikin, Wililis. 2013. Tumbuhan Kirinyu Chromolaena odorata (L)
  21. (Asteraceae:Asterales) sebagai Insektisida Nabati untuk Mengendalikan Ulat Grapyak. Spodoptera litura. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 32 No. 3 September 2013: 112-121
  22. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Pasal 1 ayat 2

Last update:

No citation recorded.

Last update: 2024-11-11 21:44:53

No citation recorded.