BibTex Citation Data :
@article{Interaksi6591, author = {Utami Setyowati}, title = {Kajian Semiotika tentang Etika Komunikasi Anas Urbaningrum dalam Pengaruh Budaya Jawa}, journal = {Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi}, volume = {2}, number = {2}, year = {2013}, keywords = {}, abstract = { Abstract : Basically Javanese people are identically with calm attitude, such as : polite, friendly, tender and humble. They are tend to pay attention and respect to people whom talk to. Moreover, Javanese is one of language that having high civilization. Usually people speak in Javanese by selecting vocabulary that adjusting to people whom talk to.Related to the ethics of communication, the article tries to elaborate the Anas’ statements in Javanese, such as : “politik para sengkuni” and “nabok nyilih tangan” in semiotics studies. However, semiotics is devide into semantic, syntactic and pragmatic. Semiotic perspective is not only focus on the words, but language structure, community and culture also.According the Anas’ statements, we conclude that Anas’s statements have two meanings. First, in descriptive ethical analyzing states that Anas’ statements are normal because Anas is Javanese people who like to use symbol to express their feeling. Second, in normative ethical anaylizing, the statements are impolite because they are uttered to the elder people. Key words : communication ethics, culture, semiotic. Abstraksi : Secara umum orang Jawa identik dengan sikap sopan, segan, lebih menyembunyikan perasaan atau tidak suka langsung berterus terang, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun obyek yang diajak bicara. Hingga saat ini pun bahasa Jawa masih dianggap sebagai bahasa yang memiliki peradaban tinggi karena bahasa tersebut memiliki strata yakni tingkatan bahasa yang diucapkan dengan pemilihan kata yang disesuaikan dengan obyek yang diajak berbicara atau dengan siapa kita berkomunikasi.Berkaitan dengan etika berkomunikasi, artikel ini menguraikan tentang pernyataan dari Anas Urbaningrum yang menggunakan istilah dalam budaya atau bahasa Jawa yakni “politik para sengkuni” dan “nabok nyilih tangan” dalam kajian semiotika. Pada dasarnya kajian semiotika terbagi dalam 3 (tiga) hal, yakni : semantik, sintaktik dan pragmatik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam prespektif semiotika, pemahaman bukan hanya pada kata-kata, melainkan juga pada struktur bahasa, masyarakat dan budaya dengan unsur komunikasi didalamnya.Berdasarkan kajian semiotika, dapat disimpulkan bahwa pernyataan Anas dalam bahasa Jawa tersebut dalam etika komunikasi mengandung 2 (dua) hal. Dalam etika deskriptif pernyataan Anas adalah wajar mengingat Anas adalah orang Jawa yang kurang lugas dan senang menggunakan simbol. Namun secara etika normatif dianggap tidak sopan karena ditujukan untuk orang yang lebih tua. Kata kunci : etika komunikasi, budaya, semiotika. }, issn = {2548-4907}, pages = {185--192} doi = {10.14710/interaksi.2.2.185-192}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/6591} }
Refworks Citation Data :
Abstract :
Basically Javanese people are identically with calm attitude, such as : polite, friendly, tender and humble. They are tend to pay attention and respect to people whom talk to. Moreover, Javanese is one of language that having high civilization. Usually people speak in Javanese by selecting vocabulary that adjusting to people whom talk to.Related to the ethics of communication, the article tries to elaborate the Anas’ statements in Javanese, such as : “politik para sengkuni” and “nabok nyilih tangan” in semiotics studies. However, semiotics is devide into semantic, syntactic and pragmatic. Semiotic perspective is not only focus on the words, but language structure, community and culture also.According the Anas’ statements, we conclude that Anas’s statements have two meanings. First, in descriptive ethical analyzing states that Anas’ statements are normal because Anas is Javanese people who like to use symbol to express their feeling. Second, in normative ethical anaylizing, the statements are impolite because they are uttered to the elder people.
Key words : communication ethics, culture, semiotic.
Abstraksi :
Secara umum orang Jawa identik dengan sikap sopan, segan, lebih menyembunyikan perasaan atau tidak suka langsung berterus terang, menjaga etika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupun obyek yang diajak bicara. Hingga saat ini pun bahasa Jawa masih dianggap sebagai bahasa yang memiliki peradaban tinggi karena bahasa tersebut memiliki strata yakni tingkatan bahasa yang diucapkan dengan pemilihan kata yang disesuaikan dengan obyek yang diajak berbicara atau dengan siapa kita berkomunikasi.Berkaitan dengan etika berkomunikasi, artikel ini menguraikan tentang pernyataan dari Anas Urbaningrum yang menggunakan istilah dalam budaya atau bahasa Jawa yakni “politik para sengkuni” dan “nabok nyilih tangan” dalam kajian semiotika. Pada dasarnya kajian semiotika terbagi dalam 3 (tiga) hal, yakni : semantik, sintaktik dan pragmatik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam prespektif semiotika, pemahaman bukan hanya pada kata-kata, melainkan juga pada struktur bahasa, masyarakat dan budaya dengan unsur komunikasi didalamnya.Berdasarkan kajian semiotika, dapat disimpulkan bahwa pernyataan Anas dalam bahasa Jawa tersebut dalam etika komunikasi mengandung 2 (dua) hal. Dalam etika deskriptif pernyataan Anas adalah wajar mengingat Anas adalah orang Jawa yang kurang lugas dan senang menggunakan simbol. Namun secara etika normatif dianggap tidak sopan karena ditujukan untuk orang yang lebih tua.
Kata kunci : etika komunikasi, budaya, semiotika.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2025-06-26 22:05:02
In order to be accepted and published by Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, the author (s) who submit a manuscript should complete the review process. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi articles are distributed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-SA 4.0). Articles can be read, shared, and adapted even for commercial purposes under the following conditions:
The copyright of received articles is assigned to the author (s). The author (s) have the right to the articles that have been published. The Editorial Team of Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi and the Author(s) strive to ensure that no errors occur in the articles that have been published, both data errors and statements in the articles. Authors who publish in this journal agree to the following terms:
Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) before and during submission, as it can lead to productive exchanges and earlier and greater citation of published work.