1Departemen Anestesiolgoi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP Dr. Kariadi, Indonesia
2Semarang, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JAI6294, author = {Imam Suyuti and IGN Panji and Mohamad Harahap}, title = {Pengaruh Pretreatment Magnesium Sulfat Dan Atrakurium Terhadap Perubahan Tekanan Intraokuler Akibat Suksinilkolin}, journal = {JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)}, volume = {1}, number = {2}, year = {2009}, keywords = {suksinilkotin; tekanan intraokuler; magnesium sulfat; atracurium}, abstract = { Latar belakang : Suksinilkolin satu-satunya pelumpuh otot dengan onset cepat dan durasi kerja sangat singkat, tetapi mempunyai efek samping diantaranya menaikkan tekanan intraokuler. Prekurarisasi dengan pelumpuh otot non depolarisasi menyebabkan peningkatan dosis suksini lkolin. Magnesium bekerja secara kompetitif pada neuromuscular junction menduduki prejunctional site. Tujuan : Membuktikan bahwa pretreatment magnesium sulfat sama baiknya dengan pretreatment atracurium untuk mencegah kenaikan tekanan intraokuler akibat pem berian suksinilkolin. Metode : Penelitian ini merupakan uji klinis tahap II, dirancang sebagai double blind randomized controlled trial. Sampel 54 pasien, dibagi dalam 2 kelompok; kelompok I : diberikan magnesium sulfat 40 mg/kg diencerkan sampai 20 ml, i.v dimasukkan dalam 10 menit, 13 menit sebelum induksi, dilanjutkan NaCl 3 ml3 menit sebelum induksi. Kelompok II (kontrol) : mendapatkan NaCl 20 ml dimasukkan dalam l0 menit, dilanjutkan atracurium 0.05 mg/kg diencerkan sampai 3 ml, 3 menit sebelum induksi. Tekanan intraokuler diukur sebelum perlakuan, 2 menit setelah pemberian suksinilkolin dan segera setelah intubasi. Hasil : Tidak terjadi peningkatan tekanan intraokuler 2 menit setelah pemberian suksinilkolin pada kelompok I maupun kelompok II, justru terjadi penurunan tekanan intaokuler pada kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna, pada perubahan tekanan intraokuler setelah pemberian suksinilkolin pada kelompok I maupun II. Simpulan : Tidak terjadi kenaikan tekanan intraokuler setelah pemberian suksinilkolin pada pasien yang mendapat pretreatment magnesium sulfat, maupun yang mendapat pretreatment atracurium. Tidak terdapat perbedaan yang bermaknapada perubahan tekanan intraokuler setelah pernberian magnesium sulfat maupun atracurium. }, issn = {2089-970X}, doi = {10.14710/jai.v1i2.6294}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/6294} }
Refworks Citation Data :
Latar belakang: Suksinilkolin satu-satunya pelumpuh otot dengan onset cepat dan durasi kerja sangat singkat, tetapi mempunyai efek samping diantaranya menaikkan tekanan intraokuler. Prekurarisasi dengan pelumpuh otot non depolarisasi menyebabkan peningkatan dosis suksini lkolin. Magnesium bekerja secara kompetitif pada neuromuscular junction menduduki prejunctional site.
Tujuan: Membuktikan bahwa pretreatment magnesium sulfat sama baiknya dengan pretreatment atracurium untuk mencegah kenaikan tekanan intraokuler akibat pem berian suksinilkolin.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis tahap II, dirancang sebagai double blind randomized controlled trial. Sampel 54 pasien, dibagi dalam 2 kelompok; kelompok I : diberikan magnesium sulfat 40 mg/kg diencerkan sampai 20 ml, i.v dimasukkan dalam 10 menit, 13 menit sebelum induksi, dilanjutkan NaCl 3 ml3 menit sebelum induksi. Kelompok II (kontrol) : mendapatkan NaCl 20 ml dimasukkan dalam l0 menit, dilanjutkan atracurium 0.05 mg/kg diencerkan sampai 3 ml, 3 menit sebelum induksi. Tekanan intraokuler diukur sebelum perlakuan, 2 menit setelah pemberian suksinilkolin dan segera setelah intubasi.
Hasil: Tidak terjadi peningkatan tekanan intraokuler 2 menit setelah pemberian suksinilkolin pada kelompok I maupun kelompok II, justru terjadi penurunan tekanan intaokuler pada kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna, pada perubahan tekanan intraokuler setelah pemberian suksinilkolin pada kelompok I maupun II.
Simpulan: Tidak terjadi kenaikan tekanan intraokuler setelah pemberian suksinilkolin pada pasien yang mendapat pretreatment magnesium sulfat, maupun yang mendapat pretreatment atracurium. Tidak terdapat perbedaan yang bermaknapada perubahan tekanan intraokuler setelah pernberian magnesium sulfat maupun atracurium.
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-27 17:15:18
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University as publisher of the journal. Copyright encompasses exclusive rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) and Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here:[Copyright Transfer Form JAI]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document:
Mochamat (Editor-in-Chief)
Editorial Office of JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Department of Anesthesiology and Intensive Therapy, Faculty of Medicine, Diponegoro University/ Dr. Kariadi General Hospital Medical Center (RSUP Dr. Kariadi)
Jl. Dr. Soetomo No. 16 Semarang, Central Java, Indonesia, 50231
Telp. : (024) 8444346
Email : janestesiologi@gmail.com
View My Stats
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License