skip to main content

Antara Kemanfaatan dan Keseimbangan: Mangkunegara VII dan Pengelolaan Hutan Mangkunegaran

*Nina Witasari  -  Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Open Access Copyright (c) 2017 Jurnal Sejarah Citra Lekha under http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0.

Citation Format:
Abstract
Telah berabad lamanya hutan-hutan di wilayah Mangkunegaran dikelola dengan memadukan sistem pengelolaan tradisional dan pengelolaan moderen Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali kembali konsep-konsep yang diterapkan pemerintah Mangkunegaran, khususnya Mangkunegara VII, dalam pengelolaan hutan  yang tidak sekadar mengadopsi peraturan kolonial, tetapi juga menyandarkan pada nilai-nilai tradisional yang telah ada dan tumbuh dalam masyarakat Jawa. Nilai-nilai tradisional yang dimaksud di sini yaitu berupa local wisdom dan local knowledge yang berkaitan dengan pelestarian hutan. Konsep moderen dalam pengelolaan hutan Mangkunegaran makin menguat pada masa Mangkunegara VII terutama dalam hal penentuan wilayah dan batasnya, sistem penanaman, penentuan jenis tanaman dan kondisi tanah, pemeliharaan tanaman reboisasi serta peraturan tentang perlindungan hutan dari penyakit tanaman dan penjarahan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah.Sumber sebagian besar didapat dari perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran Surakarta dan perpustakaan daerah Yogyakarta. Sumber yang diperolehmeliputi luas hutan milik Mangkunegaran, jumlah perusahaan dan kegiatan lain yang membutuhkan kayu baik sebagai bahan bakar maupun bahan baku, luas wilayah kerajaan, peraturan penggunaan tanah di wilayah Mangkunegaran,dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan hutan milik Praja Mangkunegaran. Dari sumber yang diperoleh kemudian dilakukan kritik sumber untuk selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan. Dari hasil analisis tersebut dihasilkan beberapa temuan yaitu pertama, eksploitasi yang dilakukan oleh Praja Mangkunegaran atas hutan-hutannya dengan dalih apapun telah membawa dampak buruk bagi lingkungan. Kedua, intensitas penggunaan batu bara yang menggantikan kayu sebagai bahan bakar industri menyebabkan eksploitasi hutan Mangkunegaran mengalami penurunan, tetapi pada saat yang sama produksi perusahaan dapat meningkat sehingga margin keuntungan makin besar. Ketiga, kondisi perekonomian praja yang membaik kemudian mendorong pemerintah Mangkunegaran untuk memberikan perhatian lebih kepada lingkungan, khususnya usaha-usaha untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan hutan
Fulltext View|Download
Keywords: Mangkunegara VII, pengelolaan hutan jati, politik ekologi

Article Metrics:

  1. Astiningrum, Nina. (2002). “Kebijakan Mangku-nagara VII dalam Pembangunan Perkotaan di Praja Mangkunegaran Tahun 1916-1944”, makalah tidak diterbitkan
  2. Berkes, Fikre, Johan Colding, Carl Folke. (2000). “Rediscovery of Traditional Ecological Knowledge as Adaptive Management”. Ecological Application, Vol. 10 (5): 1251
  3. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogya-karta: Tiara Wacana
  4. Mansfeld, S. (1986). “Sejarah Milik Mangkunega-ran”. Surakarta: Istana Mangkunegaran
  5. Margana, S. (1997/1998). Kapitalisme Pribumi dan Sistem Agraria Tradisional: Perkebunan Kopi di Mangkunegaran 1853-1881. Lembaran Sejarah, 1 (2): 72-103
  6. Martawijaya, A. dan I. Kartasujana. (1982). Inventarisasi dan Pemanfaatan Kayu Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, I (1): 23-30
  7. Muhlenfeld, A. (1987). Monographie van Onder-afdeling Wonogiri 1914, terjemahan R. Tg. Husodo Pringgokusumo. Surakarta: Perpus-takaan Rekso Pustoko Mangkunegaran
  8. Pringgodigdo, R.M.A.K. (1987). “Sejarah Perusahaan-perusahaan Mangkunegaran”. Surakarta: Istana Mangkunegaran
  9. Priyatmoko, Heri (2012). “Kisah Kelu Alas Kethu”, Harian Joglosemar, Sabtu, 19 Mei 2012
  10. Rofik, Ahmad (2000). “Pengelolaan Hutan oleh Dinas Wanamarta Mangkunegaran Periode 1911-1940: Studi Sejarah Perkebunan dalam Pemerintahan Tradisional”. Skripsi pada Fakultas Sastra Universitas Negeri Surakarta
  11. Santoso, Budiawan Dwi “Mengungkap Sejarah Pembangunan Kereta Api”, http://www.suaramerdeka.com, diunduh pada 16 Oktober 2013
  12. Soetono, H.R. (2000). “Timbulnya Kepentingan Tanaman Perkebunan di Daerah Mangkune-garan”. Surakarta: Istana Mangkunegaran
  13. Suhartono. (1991). Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta (1830-1920). Yogyakarta: Tiara Wacana
  14. Tjitrohupojo. (t.t.). Nayakatama, terjemahan Resopustaka. Surakarta: tanpa penerbit
  15. Wasino (2005). Mangkunegara IV: Entrepreneur King, the Founder of Mangkunegaran Sugar Industry. Journal Humaniora, 17 (1)
  16. Wasino (2008). Kapitalisme Bumiputera. Yogyakarta: LKiS
  17. Wasino (2014). Modernisasi di Jantung Budaya Jawa, Mangkunegaran 1896-1944. Jakarta: Penerbit Kompas
  18. “Tirtonadi dan Minapadi Obyek Wisata yang Kian Merana”, Suara Merdeka, 19 Maret 1983. Surakarta: Perpustakaan Rekso Pustoko) No. MN. 243
  19. http://mengakubackpacker.blogspot.com/2014/10/ponten-mangkunegaran-art-of-mck
  20. http://sejarahsemarang.wordpress.com/zaman-belanda/ir-herman-thomas-karsten
  21. http://edisicetak.joglosemar.co/berita/mangkunegara-vii-untuk-rudy

Last update:

  1. Pengelolaan Alam Wonogiri pada Paruh Pertama Abad XX

    Dennys Pradita, Hanif Risa Mustafa. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 19 (2), 2024. doi: 10.14710/sabda.19.2.41-52

Last update: 2024-12-26 09:38:18

No citation recorded.