1Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
2Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{METANA37911, author = {Siswo Sumardiono and Isti Pudjihastuti and Rizka Amalia}, title = {Kajian Sifat Morfologi dan Mekanis Biofoam dari Tepung Tapioka dan Serat Limbah Batang Jagung}, journal = {METANA}, volume = {17}, number = {1}, year = {2021}, keywords = {biofoam; tapioka; batang jagung; SEM; kuat tekan}, abstract = { Styrofoam atau polystyrene (PS) foam yang diolah, umumnya digunakan sebagai kemasan makanan. Rendahnya tingkat daur ulang pada polystyrene menyebabkan adanya polusi lingkungan yang merupakan ancaman serius terhadap kehidupan dan kesehatan manusia. Penggunaan styrofoam harus dihentikan dan dilakukan upaya alternatif bahan pengemas lain yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pengganti styrofoam adalah biofoam yang menggunakan bahan baku utama limbah batang tanaman jagung sebagai sumber serat utama dan tepung tapioka sebagai sumber pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi produksi biofoam biodegradabel dari tepung tapioka dan limbah batang jagung sebagai pengganti styrofoam sintetis di pasaran. Pengaruh penambahan bahan baku limbah batang jagung, tepung tapioka, dan polivinil alcohol (PVA) terhadap sifat fisis produk biofoam telah dipelajari dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian biofoam terbaik diperoleh dari komposisi pati tapioka 56,25 g, serat jagung 18,75 g dan PVA 25 g. Hasil pengujian SEM, menunjukkan bahwa bahwa permukaan biofoam tidak lebih rata dibandingkan styrofoam. Pada hasil foto SEM masih terlihat adanya sedikit granula pati utuh karena pada proses gelatinisasi mengalami pembengkakan (swelling) tetapi belum terdisintegrasi (breakdown). Namun, sebagian besar granula lain mengalami retrogradasi akibat gelatinisasi. Biofoam hasil penelitian memiliki nilai kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan Styrofoam komersial dengan nilai kuat tekan sebesar 14.162 MPa. }, issn = {2549-9130}, pages = {22--26} doi = {10.14710/metana.v17i1.37911}, url = {https://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/37911} }
Refworks Citation Data :
Styrofoam atau polystyrene (PS) foam yang diolah, umumnya digunakan sebagai kemasan makanan. Rendahnya tingkat daur ulang pada polystyrene menyebabkan adanya polusi lingkungan yang merupakan ancaman serius terhadap kehidupan dan kesehatan manusia. Penggunaan styrofoam harus dihentikan dan dilakukan upaya alternatif bahan pengemas lain yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pengganti styrofoam adalah biofoam yang menggunakan bahan baku utama limbah batang tanaman jagung sebagai sumber serat utama dan tepung tapioka sebagai sumber pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi produksi biofoam biodegradabel dari tepung tapioka dan limbah batang jagung sebagai pengganti styrofoam sintetis di pasaran. Pengaruh penambahan bahan baku limbah batang jagung, tepung tapioka, dan polivinil alcohol (PVA) terhadap sifat fisis produk biofoam telah dipelajari dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian biofoam terbaik diperoleh dari komposisi pati tapioka 56,25 g, serat jagung 18,75 g dan PVA 25 g. Hasil pengujian SEM, menunjukkan bahwa bahwa permukaan biofoam tidak lebih rata dibandingkan styrofoam. Pada hasil foto SEM masih terlihat adanya sedikit granula pati utuh karena pada proses gelatinisasi mengalami pembengkakan (swelling) tetapi belum terdisintegrasi (breakdown). Namun, sebagian besar granula lain mengalami retrogradasi akibat gelatinisasi. Biofoam hasil penelitian memiliki nilai kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan Styrofoam komersial dengan nilai kuat tekan sebesar 14.162 MPa.
Note: This article has supplementary file(s).
Article Metrics:
Last update:
Last update: 2024-11-22 21:26:34
METANA diterbitkan oleh Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.